Ada isak lirih namun masih cukup terdengar di situasi hiruk pikuk pada hari yang dicemas-cemaskan, hari yang dinantikan untuk sebuah kabar kepastian penempatan menyusul tuntasnya masa pendidikan selama tiga tahun terakhir ini.
Pejuang Dalam Sepi
Sunday Pop Culture
Hari ini Minggu, 14 Juni 2024. Biasanya saya gereja pagi tapi karena satu dan banyak alasan lainnya maka hari ini diputuskan untuk gereja sore. Dikarenakan cuaca panas dan untuk mengurangi pengeluaran pada akun belanja listrik maka diputuskan untuk menunggu waktu ibadah dimulai sambil ngopi di sebuah mall dekat gereja, sudah adem ACnya kopinya juga gratis karena ditukar komik yang sudah lama nongkrong di lemari buku.
Tadinya mau menghabiskan waktu dengan membaca buku. Sudah membawa buku lama "Filosofi Teras" untuk dibaca kembali. Tetapi yang terpegang pertama kali ketika merogoh ke dalam tas adalah kantong kacang bersalut merk Kacang Shanghai Zico produksi Tomohon, Sulawesi Utara yang sisa sepertiga. Alhasil, saya makan kacang sambil scroll HP dan menemukan pernyataan bahwa menulis online adalah salah satu hal yang ROI-nya paling tinggi dan kebanyakan orang lebih nyaman mengunggah poto liburannya dari pada menuliskan opininya di dunia maya karena takut menunjukkan jati dirinya.
Oleh karena itu saya menulis tulisan ini untuk diunggah ke bukan nota dinas dengan harapan akan menjadi jalan ninja saya untuk aktif menulis kembali di BND. Nah, kembali ke judul. Sunday pop culture adalah kebiasaan kebanyakan orang menghabiskan hari Minggunya dengan ngopi di mall sambil main HP, ngobrol dengan handai taulan, membaca buku, atau sekedar bengong menunggu malam tiba dan kembali ke rumah sendirian karena memang dia jomblo. Ya tentu saja penjelasan di atas yang buat ya saya dan tentu tanpa ada penelitian kuantitatif dan kuantitatif terlebih dahulu, kalau kata anak jaman old bisa dibilang "ngemeng aja". Karena sudah saya beritahukan maka saya harap anda sekalian tidak terlalu kecewa jika sebelumnya berharap istilah tersebut adalah hasil penelitian yang telah dituangkan ke dalam sebuah jurnal ilmiah bertaraf Q1.
Jadi, bagaimana hari Minggumu kawan, apakah kamu juga ngopi di mall?
#happysunday
Interaksi
Jejak selalu menjadi yang tertinggal
Kadang juga bukan menjadi yang ditinggal
Namun memang perjalanan itu sebuah
kepastian
Dalam mencari sebuah kenangan kehidupan
Dalam perjalanan yang cukup lama
Bukan hal mudah untuk dilupakan
Meski suka dan duka dalam makna
Hingga sekian purnama pun akan
terlewatkan
Interaksi dalam kehidupan akan banyak
makna
Bukan interaksi dari Tulus yang penuh
cinta
Interaksi ini penuh makna kehidupan fana
Meskipun dalam sebuah fakta dan realita
Namun perjalanan itu akan menjadi
akhiran
Tanpa aksara dan suara
Hingga kehilangan menjadi sebuah oase
kenangan
Tanpa pamitan dan bara
Jakarta, 06 Oktober 2023
Puisi ini juga bisa dinikmati pada tautan berikut :
https://rulyardiansyah.blogspot.com/
Sepeninggal
Jejak jejak langkah telah dijalani
Adakah tanda kehidupan yang tertinggal
Perlukah stempel kehidupan di tandai
Perjalanan hidup akan menjadi guru terbaik
Tanpa cela dan tanpa dusta
Kirakah kami yang menetap menjadi nyaman
?
Bukankah kehidupan itu berputar
Pencarian diri atas hingar bingar
kehidupan
Hanya bagian dari sandiwara kehidupan
Sang Penghibur
Perkenalkan, namaku Sang Penghibur
Perjalanan hidupku di atur atur
Kadang ngawur
Kadang ngelindur
Akulah Sang Penghibur
Kadang dibutuhkan
Kadang dipertahankan
Tidak jarang di abaikan
Kadang lemah Iman
Sekali lagi ku katakan padamu
Akulah Sang Penghibur
Jakarta, 16 Mei 2024
Pemimpin
Luasnya samudra tak bisa dinakhodai
Bila tidak dengan seorang yang pandai
Tingginya gunung tak bisa didaki
Bila tidak dengan seorang yang rendah
hati
Banyaknya pengalaman tak bisa di jalani
Bila tidak dengan jejak yang mumpuni
Banyaknya tugas tak bisa di geluti
Bila tidak dengan nurani yang suci
Seberapa banyak orang yang dipimpin
Tak akan berhasil dengan kearifan
Seberapa banyak harta yang dimiliki
Tak akan nikmat tanpa keberkahan
Seberapa banyak kekuasaan yang di dekam
Tak akan berhasil dengan sikap bijak
Seberapa banyak dunia yang kau genggam
Tak akan berhasil dengan hak hakiki
Pemimpin itu ibarat angin
Bisa dirasakan tapi tak bisa dikuasai
Pemimpin itu ibarat cinta
Bisa dirasakan tapi tak bisa dimiliki
Hingga akhirnya angin yang membawa kebenaran
Hingga akhirnya cinta yang membawa kebahagiaan
Bekasi, 14 November 2021
Celoteh Angan Semu
Celoteh menurut KBBI (kata benda) artinya obrolan atau percakapan yang tidak keruan (seperti percakapan anak kecil). Sedangkan bentuk tidak baku dari celoteh itu keloceh. Angan juga menurut KBBI (kata benda) artinya pikiran, ingatan, maksud, niat. Jadi celoteh angan dengan terjemahan bebas versi diri sendiri merupakan obrolan atau percakapan yang tidak keruan atas sebuah pikiran, ingatan, maksud atau niat. Dalam konteks ini hanya obrolan yang tidak memerlukan pihak lain, jadi saya asumsikan seperti monolog, tanpa harus lawan diskusi dengan orang kedua. Sedangkan kata semu, sesuatu yang bisa maupun tidak bisa di rengkuh, bisa menjadi angan jika tidak terwujud.
Kenapa hal ini perlu saya angkat sebagai sebuah pemikiran (tidak serius, tapi bisa juga serius) mungkin juga tidak terlalu penting. Awalnya ketika berangkat bekerja, baik dengan kuda besi atau KRL atau kendaraan lain, saya banyak melihat hal – hal yang tidak seharusnya terjadi, tapi sejauh ini saya belum melihat langsung kecelakaan lalu lintas terhadap orang lain yang tidak berkendara atau berkendara atau pejalan kaki. Mari kita celoteh satu per satu sebagai sebuah renungan jika seandainya kita melakukan itu dan pihak yang menjadi korban adalah keluarga kita.
Moda KRL. Penggunaan moda ini relatif sudah lebih baik dan teratur sejak dipimpin oleh Ignasius Jonan selaku Direktur Utama PT KAI tahun 2009 s.d. 2014. Banyak perubahan fundamental yang dirubah, SDM, Proses Bisnis, Kelengkapan Kereta serta Teknologi Informasi serta menghilangkan adanya per-calo-an. Para penumpang kereta baik kereta jarak jauh dan KRL sekarang sudah bisa merasakan kenyamanan dalam menggunakan moda transportasi ini. Atas perubahan ini saya mensyukuri dan semoga tetap berlangsung lama atas legasi nya pak Jonan.
Moda Mobil. Moda ini relatif nyaman dan berbeda dengan kereta jarak jauh dan KRL. Jika seseorang memiliki mobil ini, “biasanya” menjadi indikator bahwa kebutuhan lainnya sudah terpenuhi, meskipun ada juga yang memenuhi mobil dulu dibanding kebutuhan pokok lainnya. Teori nya Abraham Maslow tidak terlalu belaku untuk orang yang masuk dalam kategori ini. Tapi bukan teorinya yang ingin saya jadikan celoteh atau ungkapkan, namun ada beberapa pertanyaan yaitu :
§ kenapa ada beberapa kendaraan berjalan pelan tetapi di lajur kanan? Padahal lajur itu untuk kendaraan lebih cepat
§ kenapa marka jalan hanya berlaku di jalan tol (kadang berlaku) tetapi tidak di jalan bukan tol?
§ kenapa kebanyakan pemilik kendaraan pribadi parkir di jalan umum?
§ kenapa banyak mobil bagus tetapi berkendara tidak sesuai aturan? Misal dalam hal belok kanan, kiri dan berhenti bahkan melewati kendaraan lain di jalan tol dari bahu jalan
§ kenapa perilaku pengendara kendaraan lebih besar cenderung arogan dalam berkendara?
§ kenapa juga banyak sering sekali menggunakan klakson? Padahal penggunaan klakson itu dibatasi dalam kondisi tertentu.
§ kenapa juga banyak pengendara “merasa penting” hingga menggunakan “lampu strobo” sehingga mengabaikan kendaraan lain? Padahal kendaraan lain juga memiliki kepentingan yang sama. Padahal presiden ketika dikawal tidak menggunakan “sirene dan strobo”, bukankah jika presiden bersikap demikian, jajaran dibawahnya harus sama bukan melampaui?
Biarlah pertanyaan ini tetap ada dan mungkin memang tidak perlu ada jawaban, karena hanya pengendara yang pernah melakukan hal hal di atas lebih mengetahui kenapa bisa demikian. Mungkin penerapan aturan dan pengenaan sanksi nya masih belum terlalu nyata dan berdampak langsung. Perlu di reviu kembali penerapan dan pengenaan sanksi nya oleh aparat terkait sehingga semua akan berjalan dengan tertib dan tidak ada kecelakaan bagi pihak yang di rugikan.
Moda motor. Kalau bahas ini juga tidak akan selesai pembahasannya. Saya selaku pengendara kuda besi juga tidak sempurna dalam berkendara, tetapi saya selalu berusaha dengan sebaik - baiknya dan tertib. Jadi beberapa pertanyaan dengan celoteh saya yaitu
§ kenapa banyak pengguna motor terbiasa melawan arah?
§ kenapa banyak pengguna motor sering berjalan di atas trotoar, dengan mengambil hak pejalan kaki dan merasa tidak bersalah? Hal ini juga menjadi keheranan saya apakah Ojol juga memang diperbolehkan menggunakan trotoar? Banyak penentang larangan penggunaan trotoar juga dari para pelaku ojol.
§ kenapa banyak pengendara motor berhenti di atas garis zebra cross? (peruntukan pejalan kaki yang akan menyeberang)
§ kenapa banyak pengendara juga masih belum tau jika tanda belok kiri langsung tidak ada artinya harus mengikuti rambu lalu lintas yang ada?
§ kenapa banyak pengendara motor tidak menggunakan helm? Padahal kalau pengendara tidak menggunakan helm berarti dia tidak peduli dengan orang lain, karena keselamatan dirinya aja sudah tidak peduli, bagaimana dengan orang lain.
§ kenapa pengendara motor jika di sore hari banyak mengajak berkendara motor bersama keluarganya (namun berkendara tidak menggunakan perlengkapan keselamatan seperti helm dan lainnya)?
Sama dengan pertanyaan diatas, biarlah pertanyaan ini menjadi pertanyaan yang mungkin hanya bisa di jawab oleh para pengendara yang melakukan hal hal diatas.
Mungkin bisa jadi solusi untuk mengamankan pengguna jalan di trotoar, bisa dipasang paku jalan yang tidak bersahabat untuk roda motor tapi bersahabat dengan kaki pejalan kaki, sehingga pengguna motor tidak berani menggunakan trotoar sebagai jalan pintasnya. Selain itu juga penerapan aturan juga harus tegas dan tidak pilih pilih, sehingga berlaku setara.
Semoga kita semua selalu berkendara sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Lalu Lintas dan Angkutan JalanPermata
Saya mengenal Kartini DJA ini pertama kali saat kami bergabung dalam satu komunitas penulisan di DJA. Seorang teman yang menurut saya mempunyai hasrat belajar dan berprestasi yang begitu kuat dimanapun Beliau berada dan ditempatkan. Mungkin ini adalah buah dari doa yang disematkan oleh orang tua Beliau pada namanya” Permata”, sosok yang diharapkan akan sealau berkilau dimanapun dan kapanpun berada.
Saat bertugas di Sekretariat Ditjen Anggaran, Beliau
adalah salah satu dari inisiator dan pengelola media sosial DJA, sebuah corong
media terkini untuk mengamplifikasi kebijakan pemerintah khususnya berkaitan
dengan pengelolaan anggaran.
Melalui tangan dinginnya, media sosial DJA semakin
dikenal dan memperoleh banyak perhatian dan subscriber
dari masyarakat. Dari dunia kepenulisan, Beliau juga pernah menjadi juara pada
satu kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Bagian Pengembangan SDM DJA. Dalam
dunia komunikasi Beliau menjadi langganan penugasan sebagai Master Of Ceremony untuk acara di level organisasi
DJA maupun Kemenkeu. Beberapa kiprah yang telah dilakukan pada saat itu, pada
kemudian hari menjadikan Beliau mendapat penghargaan sebagai kesatria inspirasi
DJA.
Dalam hal belajar dan mencari ilmu, Beliau punya keinginan
kuat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pernikahan dan/atau tugas tugas domestiknya selaku ibu rumah tangga tidak menjadi
penghalang untuk mencapai cita-citanya tersebut. Beruntungnya, pasangan beliau
sangat mendukung dan memegang prinsip bahwa “lelaki dan perempuan mempunyai
kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu”. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
tersebut akhirnya datanga pada tahun 2021, setelah lolos dalam seleksi penerima
beasiswa double degree dari FETA Scholarship di dua perguruan tinggi ternama di dalam dan luar negeri.
Jalan Terjal
Berkat
Karunia Allah yang Maha Kuasa, Kesempatan menuntut ilmu dan melanjutkan
Pendidikan sebagaimana yang Beliau cita-citakan akhirnya datang. Sejak awal
prosesnya, Beliau menyadari sepenuhnya bahwa melanjutkan pendidikan setelah
menikah mempunyai konsekuensi, harus
bisa membagi waktu, perhatian dan
pemikiran agar bisa menjalani perkuliahan tanpa mengabaikan tugas domestiknya
selaku ibu rumah tangga.
Tetapi
ternyata takdir Tuhan berkehendak lain, beliau harus menjalaninya dengan proses
yang lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya. Pandemi covid 19 yang
melanda tanah air dan beberapa negara, menjadikan demikian banyak hal berubah
dan menuntut orang untuk menyesuaikannya. Termasuk dalam proses belajar
mengajar.aktifitas belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka
harus dilakukan secara daring/online. Namun yang lebih berat, selama proses perkuliahan
Beliau mengalami kehamilan yang tak
direncanakan, melahirkan dan harus membawa putra putrinya yang masih bayi untuk
menemani berangkat melanjutkan Pendidikan ke Melbourne.
Tanjakan pertama
Saat kuliah di Universitas Indonesia, kondisi pandemi menjadikan UI
mengambil kebijakan proses belajar mengajar di lakukan secara online/daring.
Perlu upaya ekstra untuk menyesuaikan dengan kebijakan ini, selain merubah
kebiasaan dan budaya belajar, perlunya perangkat pendukung yang memadai, juga memerlukan
konsentrasi lebih karena pada saat bersamaan harus membagi perhatian ke
anak-anak/keluarga.
Selain kondisi tersebut, tantangan terberat yang dirasakan beliau adalah
mengalami kehamilan yang tak direncanakan. Seperti kebanyakan ibu hamil pada
umumnya, pada trimester pertama Beliau mengalami “morning sickness”’ satu kondisi di mana beliau merasa mual, lelah ,
kram dan emosi yang tidak stabil. Dalam kondisi seperti inilah, beliau tetap harus menyelesaikan penugasan, thesis, publikasi
dan diskusi Beberapa kali terjadi dalam perkuliahan, muntah sebelum dan sesudah
presentasi menjadi semacam “’ritual”’ yang harus dijalani.
Berkat kerja keras, dukungan suami dan karunia Tuhan, pada bulan Juni tahun 2021 Beliau menyelesaikan kuliah
di Universitas Indonesia. Hal yang membanggakan dan patut dicontoh adalah di
tengah tantangan yang dihadapi, Beliau memperoleh penghargaan sebagai mahasiswi
peraih IPK tertinggi pada tahun ajaran 2021/2022.
Tanjakan kedua
Setelah menyelesaikan perkuliahan di Universitas Indonesia, Beliau tidak
langsung berangkat ke Melbourne. Selain pandemi
Covid 19 yang belum mereda yang menjadikan penutupan/pembatasan perjalanan
lintas negara dan perkuliahan dilakukan secara daring/online, pada awal
pertengahan perkuliahan beliau juga mengajukan cuti untuk persiapan dan
pemulihan pasca melahirkan. Hingga akhirnya lahir putri kedua Beliau dalam
kondisi sehat walafiat.
Dengan meredanya pandemi covid, pada bulan Juni 2022 perkuliahan di
Universitas Melbourne mulai dilakukan secara tatap muka/offline. Sebuah pilihan
berat harus Beliau ambil, membawa serta kedua anaknya ke Melborne, di mana sibungsu belum genap berusia dua
bulan. Beruntungnya kebijakan organisasi memungkinkan suami Beliau untuk mengajukan cuti karena alasan penting, sehingga bisa mendampingi Beliau
ke Melbourne selama sisa masa perkuliahan.
Dalam beberapa momen, proses keberangkatan dan masa-masa perkuliahan di
melbourne ini menghadirkan drama yang cukup menguras air mata (namun menjadi
kenangan indah bermasa-masa setelahnya). Bayi kecil yang belum genap dua bulan harus menjalani perjalanan dari Jakarta ke
melbourne selama sepuluh jam. Rentang waktu perjalanan yang bahkan buat orang
dewasa sekalipun terasa meletihkan. Namun bersyukurnya sepanjang perjalanan bayi
kecil tersebut sehat, anteng dan tidak rewel dalam pelukan Ibu dan Bapaknya secara
bergantian.
Tiba di Melbourne, Beliau dan keluarga harus segera beradaptasi dengan
perbedaan budaya, bahasa dan cuaca antara Melbourne dan Jakarta. Terkait kendala bahasa dan budaya, sang kakak yang
di sekolahkan di Taman Kanak-kanak, sempat mengalami kesulitan beradaptasi..
Ada rasa sedih ketika terkadang menyaksikan teman sang kakak tak bisa memahami
apa yang sang kakak ingin sampaikan demikian
juga sebaliknya, hingga sang kakak lebih memilih untuk menyendiri. Secara
telaten beliau dan suami membantu dan mengajari sang kakak untuk bisa
berkomunikasi dan beradaptasi, hingga tak lama kemudian telah mempunyai banyak
teman belajar dan bermain.
Di Kampus , Beliau harus menjalani padatnya rutinisas perkulihan,
penugasan, diskusi, presentasi, publikasi dan kunjungan ke perpustakan. Di luar
itu, Beliau bersama suami bahu membahu menjalani kehidupan berkeluarga, memasak
bersama , membersihkan rumah, mengantar vaksin anak, bermain dan mengunjungi
tempat-tempat wisata di seputaran kota.
Akhirnya, sesuai target pada bulan Agustus Tahun 2022.Beliau
menyelesaikan pendidikannya di Unievrsitas Melbourne. Seperti tak pernah bosan
untuk berprestasi, Beliau juga mendapatkan first
class honours Sebuah gelar untuk peraih nilai IPK tertinggi.
Epilog
Hasrat dan keinginan untuk berprestasi, akan mendorong orang untuk
berupaya melakukan dengan cara terbaik dan meraih hasil terbaik. Beliau masih terus
menjadi “’permata”’ di tempat
penugasan berikutnya. Terakhir kali pada acara serambi DJA tahun 2023 Beliau
menerima penghargaan sebagai AnggaranKsatriainsipirasi.
Demikian,
Selamat Hari Kartini, untuk seluruh Ibu di Indonesia
Sutikno Slamet, 21 April 2023