Tentang Lebaran
#1
Kayuh langkah setapak setapak pelahan,
mengeja rambu jarak tempuh di tepian jalan,
Satu persatu batas kota terlewati
Seperti obrolan idul Fitri yang menghitung,
nama tersisa dari teman kerabat dan famili
"Si A telah tiga bulan lalu pergi
bapak B mangkat selepas bulan haji
bude C sebulan lalu mati"
mati akan selalu menjadi misteri,
Tahun depan,
Akankah kita masih bisa berbincang,
Atau tinggal sekedar bahan,
Beberapa orang menyebut nama kita,
" Dia telah pergi,
padahal tahun lalu masih ngobrol seperti ini"
#2
Setelah salaman,
Maka ruang penuh bincang,
Hilir mudik bergantian nama, masa dan cerita
Hingga tak terasa dosa dosa
menggumpal dalam obrolan,
Seperti lemak rendang, opor ,gule , sate
menyusupi darah,
Mengendap,
di sepanjang pembuluh,
di akhir senja
Ada yang memberat di kepala,
Tak jelas sungguh
apakah sesal tentang kata-kata tak guna,
Yang berlepasan tanpa sengaja,
Atau muara kelezatan sajian hari raya
yang mengaliri lidah tanpa jeda,
(Mei 2022)
TETANGGAMU
Tetangga sebelah mendadak kaya,
dapat hadiah, bertumpuk uang tunai
dari undian minyak goreng
rumahnya dibagusin,
beli segala barang mewah
termasuk seperangkat gitar dan bas,
plus sound system komplet, mahal.
gonjrang-gonjreng, damdem-dandem,
jingkrak-jingkrak, nyanyi-nyanyi,
bikin single lagu, terus viral
tiap hari. Berisik.
bukannya tobat,
kemarin malah nambah beli drum,
merek baru, kualitas super,
bisa bikin album laris
tiap hari. Berisik.
Dasar tetangga berisik,
atau tetangganya yang gak punya tutup kuping?
- ekpan - puisi dan sepak bola - 11052022
MU
Benteng setan jebol, berkali-kali
diumpat: setan!!!
muka setan yang merah merona,
memucat masam, berkali-kali
setan tenan.
Belajar dari Nama-nama Hari
Selain cara memanggil, hal pertama yang banyak diajarkan oleh orang tua kepada anaknya saat mulai mengerti adalah mengenalkan angka, berhitung lebih tepatnya. Orang tua akan terlihat sangat gembira ketika anak sudah mampu menghitung satu sampai sepuluh dengan lancar. Kapan mulai bisa berhitung tanpa meloncat-loncat mungkin menjadi salah satu moment perkembangan anak yang akan selalu diingat.
Soal adanya tahapan untuk dapat menghitung secara berurutan pada anak ini biasa terjadi. Dari pengalaman anak sendiri dan beberapa kenalan, ada fase dimana anak memerlukan waktu sebelum akhirnya mampu menyebut urutan angka-angka itu dengan benar. Umumnya angka 1 sampai dengan 3 bisa dengan mudah disebutkan namun setelah itu banyak variasi yang terjadi. Ada yang melupakan angka 4, langsung loncat ke 5, 6, 7 atau angka lainnya. Jika sudah begitu, orang tua biasanya akan menyampaikan kembali kepada anak urutan mana yang sesuai.
Tidak semua orang tua hanya merasa gemas ketika anak lupa mengurutkan angka, ada juga yang kesal karena kejadian sama yang terus berulang. Maka untuk lebih memudahkan anak mengingat, para pendidik usia dini telah menciptakan banyak lagu-lagu sederhana dengan nada yang riang sebagai alat bantu bagi anak untuk lebih mudah mengingat. Memang demikianlah salah satu tips dalam pengajaran pada anak usia dini, belajar dengan riang, berkembang dengan senang.
Ada banyak lagu anak populer yang dimaksudkan atau bernilai untuk pendidikan. Dari mulai mengenalkan warna dalam lagu balonku sampai lagu yang mengajarkan nama-nama hari. Nama-nama hari ini termasuk juga hal awal yang diajarkan kepada anak karena nama hari adalah sesuatu yang kita temui setiap hari. Lagunya begitu populer hingga saya rasa semua anak usia balita pernah menyanyikannya.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu itu nama-nama hari. Sederhana dan langsung ke tujuan dengan nada yang terdengar menyenangkan. Cukup dengan bernyanyi seluruh nama hari sudah dapat dikuasai. Saya termasuk yang mengamalkan metode pengajaran nama-nama hari pada anak melalui lagu ini. Hasilnya cukup menggembirakan walaupun tidak langsung sesuai harapan.
Kendalanya hampir sama dengan pengenalan angka. Meskipun di lagu Nama-nama Hari itu hari Senin sampai Minggu sudah diurutkan dan anak dengan mudah bernyanyi sesuai urutannya, ketika ditanya hari apa esok setelah hari ini selalu saja ada yang tertukar di awal-awal pengajaran. Contohnya adalah saat anak diberitahu bahwa kalau hari ini adalah hari Selasa, kemudian ditanya, ‘Besok jadinya hari apa?’ Kadang Ia menjawab Kamis, Sabtu atau hari lainnya. Jika sudah begitu, biasanya saya mengarahkan anak untuk kembali mengingat urutan hari dalam lagu Nama-nama Hari. Begitulah sampai akhirnya anak mulai lancar dan benar saat memberikan jawaban sesuai dengan hari yang ditanyakan.
Ada kejadian lucu soal nama-nama hari itu ketika anak yang sudah mulai bersekolah masih belum juga tidur saat malam sudah mulai larut. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Usai pulang dari pergi jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, anak begitu antusias untuk membuka mainan yang baru dibelikan untuknya begitu tiba di rumah. Meskipun sudah dibujuk untuk besok saja membukanya karena sudah malam, tetapi namanya juga anak, ia tak kuasa menahan hasrat untuk melihat kembali mainan yang kini sudah resmi menjadi miliknya itu.
Sebagai orang tua kami sudah mahfum, jika ini dibuka pasti bukan hanya sekadar melihat tetapi akan dilanjutkan dengan memainkannya. Maka sebelum dibuka, kami melakukan ‘negosiasi’ agar situasi ke depan tetap kondusif. Di satu sisi keinginan anak terpenuhi namun dalam batas-batas yang tidak membuat malam menjadi lebih panjang. ‘Boleh dibuka tetapi sebentar saja memainkannya, ya. Lima belas menit, setelah itu kita persiapan untuk tidur.’ Tawaran yang langsung diiyakan anak tanpa pikir panjang karena begitu kebeletnya untuk membuka mainan yang ada di depannya.
Dan kejadian selanjutnya mungkin sudah bisa diduga. Menjelang durasi batas lima belas menit itu tiba, belum ada tanda-tanda anak akan mengakhiri permainannya. Asyik dan terhanyut di dalamnya. Maka disinilah peran kami selaku orang tua untuk mengingatkannya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati tadi. Soal perjanjian di awal ini penting dalam mengatur anak-anak jaman sekarang. Dengan adanya pembicaraan awal soal batasan-batasan, kita sebagai orang tua akan lebih mudah sewaktu sudah tiba waktunya untuk mengambil tindakan. Biasanya respon anak hanya sedikit protes atau berusaha merayu meminta tambahan waktu.
Demikianlah yang terjadi saat kami mengingatkan pada anak bahwa masa bermainnya sudah selesai. ‘Sudah mainnya ya, Nak. Sudah lima belas menit, besok boleh main lagi. Sekarang kita siap-siap bobo dulu, besok kan Adek sekolah. Hayo, inget gak besok hari apa?’ Meskipun masih tersirat wajah kurang senang, ia menyerahkan mainan yang masih ada ditangannya, tetapi bukannya menjawab ia malah balik bertanya, ‘Hari apa memang besok, Yah?’
Disinilah kejadian lucu itu. Saat diberitahu bahwa hari ini adalah hari Minggu dan kemudian sambil mengingatkan lagu Nama-nama hari kami bertanya, ’Habis Minggu, apa?’ Ada jeda bagi kami untuk menunggu jawaban darinya tiba. Entah mungkin karena masih terganggu karena hasrat bermainnya yang belum tuntas atau mungkin tengah mencoba kembali mengingat urutan hari dari lagu Nama-nama Hari, jawaban yang keluar darinya adalah,’Habis Minggu, Itu nama-nama hari, Yah!’
Jawaban yang ‘benar’ sekaligus membuat kami terpana dan tertawa. Benar karena memang begitulah liriknya. ‘Tapi bukan itu jawaban yang diminta, Bambang!’, ujar kami. Tentu saja hanya dalam hati. Nama anak kami bukan Bambang. Itu adalah kalimat canda yang biasa diungkapkan orang-orang saat ada ketidaknyambungan antara pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Karena sudah menjelang larut malam, kami hanya memberi jawaban singkat pada anak bahwa besok adalah hari Senin. Sambil mengantarkannya ke kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum tidur, diam-diam kami merasa masih berhutang penjelasan pada anak bagaimana peralihan nama hari dari Minggu ke Senin itu. Sebelum tidur kami mengingatkan diri bahwa mengajarkan anak, bahkan untuk hal yang sederhana sekali pun memerlukan banyak perhatian tidak cukup hanya dengan lagu saja.
Kami akhiri malam itu dengan mengecup keningnya dan mengucapkan, ‘Selamat malam sayang, selamat bobo anak pintar.’
BK,190322
Entah
Gerangan apa telah merapuhkan jiwa?
Malam merintih di atas buih
Saat kusentuh lembut jemari dan wajahmu
Telah kurobek tirai kesopanan
Dan andai kau tahu,
Kini aku terperangkap dalam jaring-jaring
penyesalan
Perjumpaan kita baru sekejap saja
Tetapi kita sudah hendak kemana?
Bila lautan berdegup dengan
hempasan-hempasan gelombang
Dan kehadiran malam ditandai dengan kerlip
bintang-bintang
Lalu, pada apakah perjumpaan kita mencoba
mengurai makna?
Disini, saat aku tenggelam dalam kesendirian
Merpati jiwaku terbang menembus awan
Tetapi jawaban, entah dimana masih
tersimpan
Yang kudapati hanya
Sebuah jiwa yang teramat lelah
Dan ingin bersandar
ND453
Move On - Move Forward
Pengakuan
Mungkin
Melasti,
Jimbaran,
Badung
dan Bali
Serta engkau
Negeri yang teramat indah dikunjungi,
tapi tetap saja,
padaku telah ada dia,
yang hadirnya seumpama rumah,
ruang dimana aku,
akan selalu merindukan pulang
(Ujung harapan, 220222 )
@tetehnumaketiung