By UpsMengapa lagulagumu menyayat hati ditinggal kekasihtapi saat menyanyikannya kau bisa bergaya gembiraBerapa banyak kau pernah punya kekasih Mengapa mereka pergi tak lagi mau berjumpa?Apa salahmu?Atau itu semua hanya modus-muBersedih dijauhi kekasihMenuai simpati demi menggaet kekasih baruLalu kaupun kembali ditinggal pergi?Kalau begitu, siapa sebenarnya yang patah hati?Kupikir, yang patah ...
Pisah
Aku biarkan amarah bersemayam di dalam kedua bola matanya.
Setelah apa yang telah kulakulan, melulunlantakan pondasi kepercayaan yang telah dibangun sekian lama.
Di sebuah bangku taman usang, sekumpulan burung gereja berlompatan mencari makan.
Aneka warna warni bunga menarik pandangan.
Semua itu tak mampu menyuguhkan kebahagiaan, padaku yang terjebak dalam ruang kata.
Setelah kata-kata itu melesat ...
Rindu Yang Lelah Bertamu
Ini sudah kali ketiga,
tepat di akhir prahar kelima,
rindu tak jua mengetuk pintu;
Entah dia lelah
dengan kudapan yang itu-itu saja:
sepiring asa dan secangkir dusta;
Entah dia lelah
duduk menunggu tanpa kata,
lalu berlalu tanpa cinta;
Entah dia lelah
menyingkat waktu,
lalu kembali jadi rindu.
Jakarta, 07072 ...
Indahnya Bukan untuk Dimiliki

Setiap hari pemandangan laut lepas
nan indah ini dapat Kami nikmati. Desiran ombak, air laut biru nan
bening, bukit-bukit nan gagah, burung-burung yang berterbangan sungguh
amat indah dipandang, dimana mata ini seolah tak pernah jemu untuk
memandangnya. Sore hari setelah selesai waktu ...
Naskah Amarah
Presiden marah,Pada Menteri
Menteri marah,
Pada Dirjen
Dirjen marah,
Pada Direktur
Direktur marah,
Pada Kasubdit
Kasubdit Marah,
Pada Kasi
Kasi marah,
Pada StaffStaff marahPada orang rumah,Orang rumah bertanya"Aku salah ?"Staff menjawab
Tidak!,
marahTak selalu karna ada salahMarah dan kena marahSudah tertulis di naskahKita hanya memerankannya
Ujung Harapan, 1 juli 2020
#cerit ...
RINDU MAL
Suara kalian menggema penuhi
telinga,
Sayup terdengar dentingan
musik menambah berisik,
Sesekali toa menganga
memanggil nama,
atau sekedar menyemat serangkai
maklumat
sembari melontarkan persen harga
potongan,
Terus saja jejakku menjejak,
Menyusuri mengkilat ubin berkotak-kotak,
Menjadi pematang deretan kedai
beranak pinak,
Yang terkadang suaranya kompak
berpaduan:
“Silakan, Kakak!”
“Nyari ...
Langganan:
Postingan (Atom)