Nasibmu, Rokayah
Bijaksana-bijaksini
- Ojok1: jangan (Jawa Timuran)
- Tulang2: paman dari pihak ibu (Batak);
- Opung3: kakek/ nenek (Batak);
- Bere-bere4: ponakan(jamak) (Batak).
- kbbi.web.id
- en.wikipedia.org
SBN dan Utang Pemerintah
Terungkap, Siapa Bang Bujet Sebenarnya
- Ngedab-ngedabi (bahasa Jawa) = kemampuannya di atas rata-rata, sakti
- Maqom (bahasa Arab) = tempt kedudukan
- Tulisan ini untuk mengenang Mas Walidi almarhum sebagai rekan yang asyik diajak berdiskusi.
Merebut Hidup
“Tolong, pak. Ada nenek-nenek berkelahi,”
Penjual Tali Ingin Naik Haji
Di momen pergantian tahun dari tahun 2017 ke tahun 2018 ini, saya membaca sebuah tulisan dari grup whatsapp pengajian, dimana isi tulisan tersebut membuat kelopak mata saya tidak sanggup menahan air mata setelah membacanya. Isi tulisan tersebut menceritakan tentang kisah perjalanan dipenghujung kehidupan Almarhum Bapak Fulan ~ salah satu jama’ah pengajian ~ yang menurut saya pribadi sangat mulia dan layak untuk dijadikan teladan.
Singkat cerita, Almarhum merupakan salah satu jama’ah pengajian yang selalu berusaha untuk hadir di majelis ‘ilmu. Menukil dari yang disampaikan ketua pengajian, Bapak H. Taufik, “Ia datang sendiri dengan rasa ingin belajar agama yg begitu tinggi. Di usianya yang memang sudah tua, ia ingin mempersiapkan bekal untuk dibawa menghadap Illahi (Tuhan YME). Dengan tidak ada rasa malu, ia serius belajar membaca alqur'an dan memperbaiki kesempurnaan sholatnya. Setiap kali ia selesai sholat, ia mengambil alqur'an dan membacanya di salah satu pojok masjid. Mulanya ia terbata-bata, selang beberapa waktu ia mulai mampu membaca al qur’an dengan lancar. Begitu juga sholatnya, ia sering bertanya tentang sholat yang sebelumnya sering ia tinggalkan. Almarhum berusaha mengqodlo (mengganti sholat yang pernah ditinggalkan) di sela-sela tahajjudnya”.
Suatu hari, almarhum datang menemui ketua pengajian ~ Bapak H. Taufiq ~, dan berkata, "Bang Haji, saya punya uang 20 juta, saya mau umroh, tolong bantu saya mendaftar umroh". Dengan rasa haru dan bangga, Pak H. Taufiq menyampaikan keinginan almarhum kepada Tuan Guru. Tuan Guru menyarankan untuk mendaftar haji saja, dengan harapan bisa berangkat haji bersama. Almarhum-pun menuruti saran Tuan Guru. Hari berikutnya, almarhum saya antar mendaftar Haji di salah satu BankSyariah dan Kementerian Agama, lalu mendapatkan quota haji di tahun 2021”.
Suatu hari, almarhum bercerita tentang bagaimana ia bisa mengumpulkan uang untuk umroh/haji, hingga tabungannya mencapai 20 juta rupiah. Singkat cerita, almarhum selalu menyisihkan sebagian uang hasil jualan tali. Uang tersebut kemudian ia simpan di batang bambu di atas pintu rumah tanpa di ketahui istri dan anaknya. “Yang membuat saya terharu....” lanjut Pak H. Taufiq, “suatu hari, saat almarhum pulang dari berjualan tali, di pinggir jalan ada tumbuh pohon bayam liar. Ia pun memetiknya dan membawanya pulang untuk dimasak oleh istrinya. Almarhum berharap, uang masak hari itu bisa ia simpan lebih banyak ditabung. Subhanallah... begitu kuat keinginannya utk berUMROH...😥😥”.
“Setiap bulan” lanjut Pak H. Taufiq, “beliau slalu titip uang ke saya (500 ribu s.d. 800 ribu rupiah) untuk di tabung di rekening hajinya. Karena beliau tidak bisa baca tulis, jadi selalu dititipkan ke saya. Alhamdulillah sampai terakhir nilai tabungannya sudah cukup untuk melunasi sisa ONH (ongkos naik haji), dan membuat acara Walimatussafar (syukuran sebelum melakukan perjalanan umroh/haji). Beliau juga seorang jama'ah yg rajin dan ikhlas dalam menuntut ‘ilmu. Beliau selalu datang lebih awal, dengan harapan bisa ikut pembacaan hizib (bacaan di awal pengajian) yang menjadi wirid rutin kita sebelum ta'lim. Beliau memahami apa yg sudah di jelaskan Tuan Guru, salah satunya tentang penghujung hari Jum'at yang mustajab untuk berdo'a. Beliau selalu pulang paling akhir, membantu saya merapikan piring kotor, menggulung karpet dan merapikan lekar (meja berukuran kecil untuk alas kitab).
Meskipun hujan, beliau selalu hadir. Beliau juga beberapa kali ikut lelang tanah di pesantren Assafinah. Insya Allah ini bisa menjadi penerang di alam kubur beliau.... Amiiin. Tapi .... rencana Allah siapa yang tahu....?. Hari Jum’at tanggal 29 Desember 2017, beliau masuk rumah sakit. Belum sempat saya dan kita menjenguknya, Allah panggil beliau untuk menghadapNYA, Ahad tanggal 31 Desember 2017 jam 05.30 wib. Satu lagi jamaah At-Taufiq pulang ke Rahmatulloh... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜”.
Demikian, semoga cerita di atas dapat di ambil hikmahnya atau pelajaran berharga ~ khususnya untuk saya pribadi. Semoga Allah Swt mengaruniai Rahmat (kasih sayangNYA) kepada almarhum. Al Faatihah…
Review: Cloud Atlas
Rhesus
Kita semua sama, yaitu sama-sama berbeda.
Pernahkan terpikir mengapa kita mempunyai golongan darah? Siapakah yang pertama membuat golongan darah? Apakah perlunya?
Golongan darah pertama kali diperkenalkan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901. Ia melihat bahwa tidak semua transfusi darah berhasil, dimana beberapa sel darah segera bergumpal setelah dilakukan transfusi, dan ada juga yang tidak bergumpal. Ia segera melakukan penelitian atas beberapa sampel darah, dan menemukan bahwa terdapat protein di semua permukaan sel darah merah, dan protein ini disebut sebagai antigen. Seseorang dengan antigen A akan mempunyai antibodi untuk antigen B pada plasma darahnya. Seseorang dengan antigen B akan mempunyai antibodi untuk melawan antigen A di plasma darahnya. Golongan darah AB mempunyai kedua antigen A dan B, namun tidak mempunyai antibodi A dan B. Sebaliknya, golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, namun di plasma darahnya terdapat kedua antibodi A dan B. Apakah arti semua ini? Golongan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan (universal recipient) sementara golongan darah O dapat menyumbangkan darahnya ke semua tipe. Begitulah asumsinya sampai suatu kejadian di tahun 1939 ketika seorang pasien mengalami komplikasi setelah menerima transfusi darah O. Sejak saat ini mulai dikenal adanya istilah faktor Rh (rhesus) dimana 85% populasi dunia adalah Rh+ sementara sisanya, 15% manusia diperkirakan sebagai Rh- (Rh neg) atau tidak mempunyai faktor rhesus, yang secara spesifik ditujukan untuk antigen-D.
Sebenarnya ada banyak macam antigen di sel darah kita, namun yang secara signifikan berpengaruh terhadap penerimaan/penolakan transfusi darah selain antigen A dan B adalah antigen D yang kini dikenal sebagai Rh. Dengan demikian, apabila golongan darah O disebut sebagai 'donor universal', maka yang dimaksud sebenarnya adalah golongan darah O negatif, karena selain tidak mempunyai antigen A dan B, ia juga tidak mengandung antigen D (Rh). Selain Rh positif dan Rh negatif, ada juga yang disebut sebagai Rh null (nol/kosong) atau yang sering disebut juga sebagai 'Golden Blood' dimana ia sama sekali tidak memiliki satupun dari 61 tipe antigen pada darah manusia.
Apabila seseorang dengan Rh negatif menerima transfusi darah dari Rh positif, maka serta merta tubuhnya akan menolak darah tersebut, karena antigen D dianggap sebagai benda asing yang harus diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya. Serta merta antibodinya membuat pertahanan, sehingga sedianya sel darah merah yang sangat dibutuhkan oleh tubuhnya malah dirusak seketika. Inilah yang terlihat sebagai penggumpalan sel darah. Persoalan Rh tidak hanya muncul ketika seseorang akan menerima transfusi darah. Apabila seorang ibu dengan Rh negatif mengandung janin dengan Rh positif (yang diturunkan dari pasangannya), maka sistem imunitas ibu ini akan berbenturan dengan darah sang bayi, sehingga ada kalanya kita mendengar kasus kematian bayi sebelum lahir atau tak lama setelah ia dilahirkan. Di zaman kedokteran yang telah maju seperti sekarang, isu ini dengan mudah dapat diatasi dengan injeksi Rhogam kepada sang ibu untuk mengendalikan reaksi autoimunitasnya terhadap darah sang bayi.
Mengapa ada Rh positif dan negatif? Apakah gunanya? Pertanyaan ini sudah menarik banyak ahli untuk menjelaskan dari sisi medis, antropologis, religius, bahkan mengkaitkannya dengan makhluk asing (alien). Populasi Rh- (rhesus negatif) terbanyak di dunia berada di suatu tempat terpencil di Pegunungan Pyrennes, perbatasan antara Prancis Selatan dan Utara Spanyol yang kini dikenal sebagai wilayah Basques. Di sana, sekitar 40% penduduknya adalah Rh-. Selain itu, populasi lainnya dengan Rh- terbanyak berada di Maroko, yaitu pada suku nomaden yang lazim disebut Berber, selain juga ditemukan banyak di populasi Irlandia Utara dan Skotlandia. Bila dilihat berdasarkan suku bangsa, maka Rh negatif banyak dijumpai pada ras Eropa (15%), Afrika (7%) dan paling sedikit di Asia (1%).
Ada yang berpendapat bahwa golongan darah tertua adalah O, yang sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu, diikuti oleh golongan darah A yang muncul sejak zaman Neanderthal, selanjutnya sampai ke zaman kemunculan golongan darah B, sampai akhirnya ada golongan darah modern yaitu AB. Cukup menarik saya temukan teori-teori ini karena meski (memang) tidak masuk akal, ada yang nekat menghubungkannya dengan mitologi Yunani di masa para dewa dan dewi hidup di bumi seperti manusia. Bagi penganut teori-teori ini, sejatinya manusia adalah Rh positif, sehingga Rh negatif mesti berasal dari 'luar sana' .. entah itu alien ataupun dewa-dewa. Banyaknya teori yang bertebaran dan masih panjangnya penelitian yang dilakukan mengenai ragam golongan darah manusia hanya menunjukkan bahwa setelah ribuan tahun di bumi ini pun manusia belum sepenuhnya mengetahui tentang dirinya sendiri.
Omong-omong, saya baru tahu kalau sapi punya 800 tipe golongan darah. 😉
Sumber:
Wikipedia
(https://en.wikipedia.org/wiki/Rh_blood_group_system)
(https://en.wikipedia.org/wiki/ABO_blood_group_system)
Smithsonian Magazine
(https://www.smithsonianmag.com/science-nature/the-mystery-of-human-blood-types-86993838/)
Rh-Negative Blood: An Exotic Bloodline or Random Mutation?
The Most Precious Blood on Earth
(https://www.theatlantic.com/health/archive/2014/10/the-most-precious-blood-on-earth/381911/)
Sent from my iPad