"Kejujuran itu menyakitkan, tapi kebohongan bisa membunuh"
Tulisan ini terinspirasi dari film yang berjudul "COCO". Tadinya saya sudah malas untuk ikutan nonton film ini. Pertama, harga tiketnya mahal hehehe. Kalau nonton sekeluarga itu hitungannya di kali empat, jadi kalau harga satu tiket lima puluh ribu rupiah berarti saya eh istri saya harus keluar uang lima puluh ribu di kali empat atau dua ratus ribu rupiah. Pilihan efisiensinya, yang nonton hanya mama dan adek, kakak dan adek, papa dan adek atau mama, kakak dan adek. Terakhir kombinasi mama dan adek nonton film "My Little Pony" berakhir dengan pandangan kosong mama menatap layar, ngunyah popcorn sambil bilang "bagus", sementara si adek menonton dengan mata berbinar-binar bahagia. Kemarin itu, tidak ada kesepakatan kombinasi efisiensi, sehingga terpaksalah kami berempat nonton film pilihan si adek. Alasan kedua mengapa saya malas nonton adalah karena saya selalu tertidur di bioskop. "Papa parah" komentar si adek karena saya tidur pas nonton film Batman Lego Movie, karena dia tahu banget kalau papa-nya penggemar Batman. Kan eman-eman sudah bayar tiket malah ketiduran di dalam. Akhirnya, diputuskan kami tetap nonton berempat, itung-itung nyenengin si adek yang udah seminggu ditinggal papanya ini ke Yogya.
.
Ternyata film-nya menarik juga. Bercerita tentang seorang anak kecil bernama Miguel yang merasa 'dikutuk' karena lahir dan tinggal di keluarga pembuat sepatu sedangkan dirinya merasa lebih cocok menjadi musikus. Di keluarga Mama Coco (nenek buyut Miguel), musik adalah sesuatu yang diharamkan setelah sang Papa meninggalkan keluarga demi musik. Jangankan musik, menyebutkan nama sang Papa saja adalah hal yang tabu, bahkan foto sang Papa yang terpajang di ofreda (semacam ruangan pemujaan)-pun tidak tampak wajahnya karena disobek dengan penuh kebencian.
.
Mengambil setting perayaan dia de los muertos atau perayaan hari orang mati di Meksiko, cerita film mengalir cepat. Logika penonton diarahkan ke sosok Ernesto De La Cruz, seorang pemusik legendaris yang diidolakan si kecil Miguel. Ernesto tidak saja menginspirasi dengan suara dan permainan gitarnya tetapi juga dengan lagu-lagu dan kata-kata motivasinya. Banyak sekali kata-kata motivasi Ernesto seperti "seize the moment", "no one was going to hand me my future.." dan lainnya yang semakin menguatkan Miguel untuk menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pemusik. Keajaiban pun membawa Miguel ke "Land of the Dead" yang akhirnya menguak tabir misteri keluarganya selama ini, sekaligus memperdaya logika awal penonton.
.
Saat menonton film ini saya membuat rekor baru: tidak tertidur di bioskop. Entah karena sudah kenyang tidur pas di Yogya atau karena jalan cerita yang menarik. Yang jelas banyak sekali pesan yang saya tangkap dari film ini.
.
Awalnya saya menduga bahwa film ini akan berakhir klise. Seorang anak yang memberontak dari keluarganya, determinasi yang tinggi ditambah dengan motivasi-motivasi dari sang idola mampu membuatnya mewujudkan impiannya, dan akhirnya keluarganya mengalah dan mampu menerima pilihan sang anak, that's it. Tapi ternyata meskipun ending-nya kurang lebih sama, pesan yang disampaikan lebih dari itu.
.
Kejujuran itu menyakitkan. Ketika kejujuran itu didapat si kecil Miguel, seketika hatinya sakit. Angan-angannya hancur. Impiannya musnah. Sang Idola yang selama ini telah menginspirasinya, tak lebih dari seorang pendusta, seorang opportunist yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ketenaran dan nama besar. Apa yang dilakukan oleh Ernesto tentunya bukan hal baru dalam kehidupan sehari-hari. 'Mencuri' ide adalah sah-sah saja, bukankah memang tidak ada sesuatu yang baru di muka bumi ini?. Ernesto tidak pernah menciptakan lagu sendiri. Lagu-lagu yang dinyanyikannya adalah lagu ciptaan sahabatnya, yang harus kehilangan nyawa dan keluarga demi ambisi Ernesto. Pertanyaan yang kemudian timbul di benak saya adalah ketika semua kebohongan Ernesto terungkap lalu semua yang telah dilakukannya menjadi sia-sia. Dia dicemooh dan akhirnya dead for good. Landmark yang dibangun khusus untuknya pun yang awalnya bertuliskan Remember Me kemudian diganti menjadi Forgotten. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang selama ini telah terinspirasi dengan hidupnya? berapa banyak hidup orang yang berubah menjadi baik karena kata-kata yang disampaikannya?. Entahlah. Apakah beda nilainya seorang yang bertobat karena mendengar nasihat seorang ustadz atau mendengar nasihat seorang penjahat?.
.
Kebohongan dapat membunuh. Mama Coco harus berbohong berpuluh tahun, mengingkari hatinya yang sangat merindukan sosok sang Papa. Papa yang selalu memainkan gitar dan bernyanyi untuknya. Lagu rahasia yang khusus diciptakan untuk Coco kecil, yang membekas dalam hati sanubarinya hingga di usia senjanya. Kebohongan yang harus dipelihara demi keutuhan keluarga besarnya. Kebohongan itu tidak saja membunuh kerinduan Mama Coco, tapi juga membunuh sang Papa di "Land of the Dead". Kebahagiaan para orang mati untuk berkunjung ke tanah orang hidup, menemui orang-orang terkasih-nya akan hilang ketika tidak ada satupun orang yang ingat kepadanya dan memajang fotonya di ofreda. Pesan yang sangat kuat dan menyedihkan bahwa seseorang itu dikatakan mati bukan karena nyawa telah hilang dari tubuhnya, bukan karena telah dikubur, dibakar atau dilarung. Seseorang dikatakan mati apabila tidak ada seorangpun yang mengingatnya, forgotten.
.
Keluarga adalah hal yang terpenting dalam hidup ini. Perbedaan dalam hal apapun tidak dapat dijadikan pembenaran untuk meninggalkan keluarga. Perbedaan adalah suatu keniscayaan, bukan sesuatu yang harus dihilangkan tetapi sesuatu yang harus bisa dipahami dan ditoleransi dalam suatu ikatan keluarga. Perbedaan bukanlah suatu alasan untuk mengucilkan satu anggota keluarga, perbedaan bukan pula alasan untuk tidak mendengarkan suara. Perbedaan yang dikuatkan dalam satu persaudaraan, satu keluarga, justru memberikan warna dan membentuk satu kekuatan bersama.
.
Manfaatkan setiap kesempatan, ambil setiap peluang. Once never comes twice, begitu kata pepatah. Kesempatan tidak akan datang dua kali, sehingga kita tidak boleh menyia-nyiakan setiap kesempatan. Namun demikian, harus diingat, setiap kesempatan yang kita ambil tentunya membutuhkan suatu pengorbanan?. Bukankah setiap kita mendapatkan kenikmatan ada kenikmatan lain yang dicabut dari kita?. Bijak mungkin adalah kata yang tepat. Bijaklah terhadap setiap kesempatan yang datang. Saat sang Papa tidak bijak dan mengambil kesempatan untuk meraih kesuksesan bersama Ernesto, sang Papa tak sadar telah mengorbankan seluruh kehidupannya. Butuh banyak generasi dan keajaiban sebelum akhirnya sejarah dapat diluruskan.
.
Kaget juga ketika di akhir film saya menyadari bahwa tiga orang cewek di samping saya semuanya meneteskan air mata. Wajar memang, saya pun sebenarnya terharu namun berhasil mengendalikan diri untuk tidak menangis. Dalam hati saya berharap, pesan-pesan moral yang disampaikan film ini dapat dicerna dengan baik oleh anak-anak, ya minimal suatu saat saya bisa mengingatkan mereka tentang nilai-nilai baik dari film ini. Mengingatkan mereka bahwa mencintai saudara/orang tua adalah hal yang tidak terbatas waktu, tidak berbatas nafas dikandung badan.
Jakarta, 11 Desember 2017