"Aku tidak suka sore ini!" rajuk Perempuan Itu.
"Hujan, senja, dan kita akan berjeda" lanjutnya dengan mata yang mulai basah. Suaranya parau. Putus asa. Seketika hampa menerpa. Hanya jemari bertaut mengungkapkan rasa.
"Hei, sayang....ini hanya jeda, bukan pisah" bujuk Lelaki Ini. Ada ragu yang coba dikuatkan disana.
"Lagian, kita kan bukan Agnes Monica", Lelaki Ini tiba-tiba bergaya menirukan Agnes Monica. Menyanyikan Tak Ada Logika. Perempuan Itu tertawa. Lelaki Ini selalu bisa mengubah lara jadi ceria. Mungkin itu yang membuatnya tergila-gila. Membuatnya gundah, meski hanya berjeda.
"Hanya berjeda ya?" yakin Perempuan Itu lagi. Lelaki Ini hanya mengangguk sambil membentuk mulut Badtz-Maru. Minta digigit banget gak sih?. Lucu tauk!.
***
Pagi masih muda. Perempuan Itu memarkir mobilnya di halaman kafe itu. A simple hidden favourite place. Langkahnya terhenti ketika titik air menyentuh lengannya. Perempuan Itu menengadah. Hujan. Gerimis terjun bebas tanpa sayap. Menyergap embun yang masih menggeliat. Menitiki pori-porinya. Menyentak saraf, mengingatkannya akan jeda yang sudah terlalu lama. Menyiksa. Sejenak dinikmatinya pesan rindu dari langit ini. Setengah berlari segera masuk. Pengunjung pertama pagi itu.
...
But I know this, we got a love that is hopeless
Why can't I hold you in the street?
Why can't I kiss you on the dance floor?
I wish that it could be like that
Why can't it be like that?
'Cause I'm yours
Why can't I say that I'm in love?
I wanna shout it from the rooftops
I wish that it could be like that
Why can't it be like that?
'Cause I'm yours
...
Bait lagu yang dinyanyikan Little Mix ft Jason Derulo menyergap hatinya.
"Harus banget ya pagi-pagi lo muter lagu ini Sa?" tegur Perempuan Itu ke Raisa, barista cantik cafe itu. Setengah kaget, Raisa terbahak.
"Harus banget ya Kak pagi-pagi lo dah bawa gembolan ke sini?" balasnya. Perempuan Itu memang berencana kerja di sana hari ini. Makanya semua "peralatan tempur" terpaksa dibawanya.
"WFH lagi?" tanyanya. Perempuan Itu hanya mengangguk sambil menuju pojok favoritnya. Tempat dia bisa terlindung, tapi tetap leluasa melihat seisi kafe. Dia juga tidak perlu bilang lagi ke Raisa. Raisa sudah tahu harus menyeduh pepermint tea favoritnya. Plus, cheese toast bread tentunya.
"Woi bengong aja" kaget Raisa. Perempuan Itu tak sadar kalo dari tadi Raisa sudah duduk di depannya. Harum pepermint tea menyergap inderanya.
"Gue temenin ya Kak" sambung Raisa. Perempuan Itu tersenyum. Raisa sudah dikenalnya sejak pertama kali ke kafe itu. Bertahun yang lalu. Gadis cantik ini dulu hanya magang. Mengisi waktu luang sambil mencari tambahan uang jajan. Keluarganya kurang beruntung. Sehingga Raisa harus sambil kerja untuk menyelesaikan sekolahnya. Perempuan Itu langsung cocok dengannya ketika pertama bertemu. Kepolosan dan kebaikan hati Raisa membuatnya jatuh sayang. Itu juga yang membuatnya meminta kepada pemilik kafe untuk mengangkat Raisa menjadi pegawai tetap. Pemilik kafe itu setuju. Selain kerjanya yang bagus dan cekatan, kehadiran Raisa membuat tamu-tamu kafe itu merasa nyaman.
"Emang kenapa sih Kak lo baper banget kalo gue nyetel lagu tadi?" tanya Raisa.
"Eh lo gak sibuk kan?"
"Dari tadi gue liat lo bengong doang depan laptop" cerocosnya. Anak ini memang.
Perempuan Itu mendelik. "Eh anak kecil kepo aja deh" jawabnya. Berusaha menyamarkan rasa yang tiba-tiba menyeruak hatinya. Jeda ini sudah terlalu lama. Akhirnya pagi itu dihabiskannya dengan ngobrol ngalor ngidul dengan Raisa. Lebih banyak mendengar tepatnya. Dari mulai cita-citanya pengen ke Korea sampai tidak sengaja ketemu cowok mirip Hyun Bin di Jaklingko. Random banget hahaha.
***
Pagi ini, awal minggu ke sekian. Perempuan Itu kembali duduk di pojok favoritnya. Tempat yang sama, jam yang sama, hujan yang sama. Entah. Dunia ini seperti bercanda. Perempuan Itu tersenyum. Getir. Dibiarkannya sedikit tempias hujan mengusap pipinya. Teringat akan Lelaki Ini. Lelaki yang suka tiba-tiba mengirimkan voice note Yang membuat pipinya bersemu merah di tengah-tengah rapat yang serius. Lelaki yang bisa tiba-tiba mencipta puisi saat sedang serius nyetir. Menerbangkannya. Kutuliskan rindu di laut biru. Berharap awan menjadikannya hujan, yang membasahi tubuhmu dengan rinduku. Perempuan Itu mendesah. Tak terhitung sudah berapa awal minggu. Berapa banyak hujan yang lelah, berlalu karena rindu yang tak kunjung berlabuh. Cinta itu masih ada, sayang itu kuat terasa. Tak terasa matanya basah. Tiba-tiba Raisa datang membawa secangkir kopi susu di mejanya. Perempuan Itu bingung.
"Eh, siapa yang pesen Sa?" bingung Perempuan Itu.
"Kan gue gak ngopi, ngadi-ngadi lo" omelnya.
Raisa hanya mengedikkan bahu. Lalu berbisik, "Jason Derulo". Lalu sesosok tubuh muncul.
"Nggak bilang-bilang Bun mau kerja di sini" tiba-tiba suara itu menyapa. Perempuan Itu terkesiap. Lalu cepat berpura-pura.
"Ayaaahh..." teriaknya sambil merentangkan tangan. Memberi tanda agar suaminya masuk ke pelukannya.
"Iya, iseng aja. Bunda bosen di kantor, jadinya melipir kemari. Maaf ya lupa ngasih tau" Perempuan Itu melanjutkan dramanya.
***
Hujan. Secangkir kopi susu harusnya teman yang sempurna. Lelaki Ini memilih menahan langkah. Jeda ini memang sungguh menyiksa. Entah harus berapa lama lagi. Entah harus berapa banyak rasa yang ditumpahkannya ke laut biru. Sambil berharap, pesan itu tersampaikan. Rindu.
Jakarta, 26122022