DUNIA DARING
KUSIA-SIAKAN WAKTUKU
Bertahun lamanya ku menunggu
Untuk sebuah jawaban atas beribu pertanyaan untukmu
Pertanyaan yang selalu kuulang setiap waktu
Namun kau tetap membisu
Purnama demi purnama berlalu
Musim pun tak kuasa menanti jawabanmu
Ku terpuruk di masa paling kelam dalam hidupku
Tetap jawabmu yang kuburu
Tak terasa satu dasawarsa ku menantikanmu
Kau tetap tak berpaling padaku
Hanya satu kalimat pesan dan sebuah foto yang masuk di ponselku
Aku akan mengikat janji di hari Rabu
Kupandangi potretmu, senyum menghiasi bibirmu
Disampingmu berdiri bidadari cantik yang menggenggam tanganmu
Bidadarimu itu adalah orang yang paling dekat denganku
Kau menautkan hatimu kepada sahabatku
Kuambil gitar dan duduk terpaku
Di rinai hujan yang seolah mengejekku
Kupetik gitar yang senarnya putus satu
Suara sumbangku melantunkan lagu dari Ungu
, Hingga Akhir Waktu....
Depok, 1 Juni 2021
Puisi : Ada Apa di Bulan Mei
Hari ini 13 Mei 2021 ada dua Hari Raya
Idul Fitri bagi umat Muslim
dan Kenaikan Isa Al-Masih
Bagi umat Kristiani
Namun kini, Kota Suci 3 Agama
Hari ini sedang berduka
Tragedi tak berkesudahan
di Al-Aqsha, Jerusalem
Mungkin, bangsa itu ingin “hari raya” juga
Karena lahir nya dulu 14 Mei 1948
Alkisah ...
Indonesia juga pernah punya
Catatan kelam di bulan ini
Kerusuhan 12-15 Mei 1998
Ironi, padahal Mei adalah musim semi,
Seharusnya penuh keindahan dan harapan
Terlepas dari segala kisah sedih politik dunia itu
Eh ... Lha ternyata kebetulan esok 14 Mei
Ulang tahun nya Sang Investor Instagram,
Pendiri Facebook, dan juga Pemilik Whatsapp
Selamat ulang tahun Mas Mark
Terimakasih atas aneka sosial media
Tempat kami curhat, kreasi konten
Sharing video viral ... dan bisnis online
Terimakasih juga telah berkenan
Mampir ke Candi Borobudur
Senyap sepi di subuh hari
Kemarin petang itu
Anda adalah inspirasi unik bahwa
Kejayaan dan kekayaan tak berbanding lurus
dengan tumpukan harta, dan koleksi fashion warna-warni
Cukup satu lusin, kaos oblong abu-abu
Jakarta, 13 Mei 2021
MENUNGGU AZAN PULANG
Saat mentari melongok di atas Rumah,
lelah masih sibuk membalik-balik lembaran Tuhan
yang dijanjikan makin tebal,
merangkai bunyi lirik-lirik langit dengan liukan indah irama rima-rimanya.
Surya pamit undur diri karena tidak boleh pulang terlalu malam,
mengetok pintu kamar yang berpesan: jangan ganggu orang di dalam,
membangunkan mukena putih dengan bawahan jarik lurik-lurik
yang belum sempat tidur dari pagi,
memandang jauh ke ruas-ruas di balik jendela: cemas.
"Engkau menunggu siapa? tergurat gelisah"
"Azan Magrib, kemarin dia datang sebentar, lalu pergi lagi"
"Aku takut dia lupa jalan pulang"
Surya akhirnya melangkah pulang ke garis benam,
naik kendaraan tua berwarna jingga,
knalpotnya nampak menyemburkan awan
yang nanti perlahan hilang disapu legam malam.
"Aku pulang!"
Azan Magrib sudah berdiri di halaman Rumah
diantar toa surau yang parau,
membawa tiga butir kurma,
menenteng segelas teh manis hangat,
dan kresek tipis bening membungkus kantong kertas lecek,
menyembunyikan kejutan yang tidak mengagetkan: seperangkat gorengan,
dibayar tunai.
LDR
Kalau kau tahu semua ketakutan yang kurasakan saat ini,
aku yakin kau tak akan pergi dariku walau sedetik saja.
Lembaran akhir buku harian kedua miliknya yang kubaca. Buku harian yang masih
sama dengan buku harian sebelumnya. Sebuah buku biru berukuran sedang dengan
gembok kecil di sisi luarnya.
Belum usai perasaan syahdu yg menerpaku ketika kubaca buku harian pertama yg ditinggalkannya,
ini bagai badai kedua yang hempasannya tak dapat ku tahan lagi. Air mataku
tumpah bagai aliran sungai tanpa batas, memuntahkan semua emosi penyesalan dan rasa bersalah yang
tercipta. Aku terkulai lemas di atas bekas meja kerjanya, bercengkrama bersama
hayalan, mencoba meraih kenangan kembali bersamanya.
Hatiku lumpuh, badanku runtuh, tak ada tenaga yang tersisa lagi untuk membuka
lembaran berikutnya, hanya isak tangis yg terdengar bagai rangkaian nada yang
tak beraturan.
Aku ingin teriak memanggil namanya. Tapi apakah dia masih mendengarnya? Apakah
sang waktu mau menyampaikan maaf dan kerinduanku padanya?
Kupeluk erat meja kerja yang membisu sedari tadi. Pelukan hangat penuh cinta yang lalai kuberikan padanya saat
kami masih bersama. Air mataku menghiba pada Tuhan agar memberikan pelukan
hangat pada kekasihku yang tersenyum di sisi Nya.
KOS di WBC
(Kumpulan Obrolan Santuy di Warung Bang Casman)
SEPANJANG MINGGU
siram-siraman hingga kuyup
membasahi tawa lepas,
yang sepanjang minggu kering
mengguyur ke sekujur tubuh yang menenteng laptop,
senyum aslinya menyungging,
yang sepanjang minggu diinjak-injak oleh senyum akting
ibunya merangsek lari bergabung,
membiarkan air berpendar mengitari lenggok rambutnya,
dengan memeluk laptop
bahagia merona membuncah
yang sepanjang minggu disumbat merana
anak-anak kecil kalang kabut
"nanti laptopnya rusak!"
anak-anak besar malah girang sambil berpagut,
"biarkan mereka sejenak mandi, setelah sepanjang minggu gerah kepanasan"
siangnya, anak-anak besar berpandangan,
gawat, laptopnya gak mau nyala,
"apa masuk angin?"
"mustahil, mereka ini tahan banting!"
"pasti mereka bisa tidur nyenyak sekarang"
"terus kita harus bagaimana?"
"nanti kalau sudah kering juga siuman"
ditemani deretan kata yang diketik mengikuti pola
bersamaan dengan tawa anak-anak kecil yang kerontang kering
dan bahagia anak-anak besar yang terang merana
selamat datang lagi, sepanjang minggu!
MASA SEKOLAH (1), GURU GEOGRAFI
Suasana kelas sangat lenng saat itu. Baru sekitar setengah penghuni kelas 3-11 sebuah SMA Negeri di Bandung yang telah berada di dalam kelas, padahal pelajaran Geografi akan segera dimulai. Guru mata pelajaran Geografi ini sebenarnya agak kuhindari karena aku belum membayar uang buku yang kubeli dari Pak Azimuth, begitu panggilan kami kepadanya (kami memanggilnya demikian karena ketika Pak Guru ini menjelaskan tentang sudut putar arah angin, gaya tangannya sangat atraktif sehingga kami menjulukinya Pak Azimuth). Agak riskan bagiku kalau hanya sedikit teman-teman yang berada di dalam kelas karena perhatian Pak Azimuth takkan terbagi dan tentu saja aku akan semakin terlihat olehnya.
GADIS KECIL BERPONI
Denting di dinding berhitung sepuluh kali
Mengagetkan sepi dan gadis kecil berponi
sedang menabur bunga berbahan lego
sembari komat kamit merapal
membetulkan letak nisan dari bantal
bungkuk menuliskan: Nina Bobo
kemudian dua pelayat datang
dengan tawa ceria
laki-laki dan perempuan, dari balik meja
membawa kembang karangan
berhias penat keringat
tersemat ucapan:
"lagi main apa, Nak?"
gadis kecil berponi,
matanya sudah berpakaian serba hitam
meringkuk peluk
menyanyi sendiri.