Takbir Kemenangan
Photo: @qbayyinah
Tiada yang lebih indah
Selain lantunan Takbir kemenangan
Terucap dari lisan manusia beriman
Yang hanya mengharap keridhoan Tuhan
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata."
Tiada yang lebih indah
Selain sebuah pemandangan
Bershaf-shaf umat dalam lautan barisan
Menggemakan Takbir kemudian sujud dalam kekhusyukan
Tiada yang lebih indah
Dari lelahnya para juru dakwah
Dibalasnya ia dengan pahala berlimpah
Dan syurga yang dijaminkanNYA
Tiada yang lebih pedih
Dari letihnya para penebar kebathilan
Tersia-sia atas segala perbuatan
Untuk memadamkan cahaya Islam
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَلِقَآءِ ٱلْءَاخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْۚ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan (mendustakan) adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
Dan hanya kepada Tuhan Semesta Alam
Semua dikembalikan.
Gunawan/25072020
kelak kita akan ditanya
Kelak ada masa semua khusuk
Mulut tercekat kata terkunci
Nikmat karunia yang dulu tereguk
Lahirkan tanya bertubi tubi
Empat perkara semasa di dunia
Menuntut jawab tanpa tersisa
Tak sempat bergeser kaki kemana
Berdiam memaku, lelah tersiksa
Tentang usia yang dijalani,
Bermula lahir berakhir mati
Kelak ditanya tingkah badani
Pada bilangan waktu yang terlewati
Tentang ilmu yang dimiliki
Buah pencarian sepanjang hayat
Kelak ditanya apakah berarti
Memandu hidup lebih manfaat
Tentang harta yang dipunya
beragam jumlah dan juga rupa
Semua sama akan ditanya
dari mana muasal dan untuk apa
Tentang jasad yang melekat
menjadi merenta selepas muda
Sejauh mana telah diperbuat
Sebelum ringkihnya tua jadi pembeda
cerita dieja berulang ulang
Pengingat diri yang sering hilaf
Jika pantun dirasa lancang
Ijinkan diri memohon maaf
Mulut tercekat kata terkunci
Nikmat karunia yang dulu tereguk
Lahirkan tanya bertubi tubi
Empat perkara semasa di dunia
Menuntut jawab tanpa tersisa
Tak sempat bergeser kaki kemana
Berdiam memaku, lelah tersiksa
Tentang usia yang dijalani,
Bermula lahir berakhir mati
Kelak ditanya tingkah badani
Pada bilangan waktu yang terlewati
Tentang ilmu yang dimiliki
Buah pencarian sepanjang hayat
Kelak ditanya apakah berarti
Memandu hidup lebih manfaat
Tentang harta yang dipunya
beragam jumlah dan juga rupa
Semua sama akan ditanya
dari mana muasal dan untuk apa
Tentang jasad yang melekat
menjadi merenta selepas muda
Sejauh mana telah diperbuat
Sebelum ringkihnya tua jadi pembeda
cerita dieja berulang ulang
Pengingat diri yang sering hilaf
Jika pantun dirasa lancang
Ijinkan diri memohon maaf
Ujung Harapan, 22 Juli 2020, 23.33 WIB
Comet Neowise: 7 Millennia Visit
Once every 6766 years,
a 3 miles giant snowball
with blueish ion tail
passing us by in silence ...
The name is Neowise.
Lives longer than me,
Longer than you.
Older than the Earth.
Has been traveling around
for 4,6 billion years.
Where have you been?
Where did you come from?
Where would you go?
Dear Neowise,
Should I wait for another 7 millennia?

Note:
Where have you been?
Where did you come from?
Where would you go?
Would you take me home?
Dear Neowise,
Should I wait for another 7 millennia?
Note:
Berita Antara (Link) “Lapan: Saksikan Komet Neowise melintas terdekat ke Bumi pada 23 Juli”
Photo Credit :
1) Wikipedia (Wikimedia Common) Link
2) NASA/Johns Hopkins APL/Naval Research Lab/Parker Solar Probe/Brendan Gallagher (https://svs.gsfc.nasa.gov/13661)
Photo Credit :
1) Wikipedia (Wikimedia Common) Link
2) NASA/Johns Hopkins APL/Naval Research Lab/Parker Solar Probe/Brendan Gallagher (https://svs.gsfc.nasa.gov/13661)
SUDAH JULI
Baskom hijau tengadah di bawah atap temaram,
Setia mendoa hujan bulan Juni membasuhi,
Meski sudah bulan Juli,
Menadah air yang mencintai dengan sederhana,
Basah sebelum sempat menyeka,
Kering tanpa pernah mengusap,
Menahan tumpah, dari deras awan yang mencair,
Didera dingin yang tak membawakan jaket tebal,
Hanya helai kain putih tiga lapisan,
Hujanmu kini sudah terhenti,
namun terus saja merinai,
di sela-sela hujan kami,
Melapisi dinding baskom dengan kerak sajak,
Melekat abadi.
Setia mendoa hujan bulan Juni membasuhi,
Meski sudah bulan Juli,
Menadah air yang mencintai dengan sederhana,
Basah sebelum sempat menyeka,
Kering tanpa pernah mengusap,
Menahan tumpah, dari deras awan yang mencair,
Didera dingin yang tak membawakan jaket tebal,
Hanya helai kain putih tiga lapisan,
Hujanmu kini sudah terhenti,
namun terus saja merinai,
di sela-sela hujan kami,
Melapisi dinding baskom dengan kerak sajak,
Melekat abadi.
Mengenang Sapardi
Pada suatu hari nanti
ketika jasadmu tak ada lagi
Aku akan membaca kembali sajak-sajakmu
dan merasakan bahwa yang fana adalah waktu
Hanya kata-kata yang kulihat
Tak ada gambarmu
Tetapi di antara larik-larik itu
Kurasakan tenang hadirmu
Aku hanya ingin coba mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diungkapkan
mentari senja kepada cakrawala yang menjadikannya sirna
Dan akhirnya tak ada yang lebih mengerti
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya kau mendapatinya kembali tahun ini
Menabalkan ketabahan, kebijakan dan kearifannya
sebelum melepas kepergianmu
dengan rintik rindu, jejak kaki dan yang tak terucapkan
BK,0720
Soulmate (deja vu)
Tidak seperti sebelumnya
Aku jatuh cinta
lalu rindu tumbuh dimana-mana
Kali ini berbeda
Aku telah merindu
bahkan sebelum kita bertemu
Dan ketika kita jumpa
Rindu itu menemukan rumahnya
Saat itu yang kuucapkan padamu
bukan pernyataan tapi pertanyaan,
‘Berapa lama sudah kita berpisah?’
BK,0720
Puisi untuk The Godfather of Broken Heart
By Ups
Mengapa lagulagumu menyayat hati ditinggal kekasih
tapi saat menyanyikannya kau bisa bergaya gembira
Berapa banyak kau pernah punya kekasih
Mengapa mereka pergi tak lagi mau berjumpa?
Apa salahmu?
Atau itu semua hanya modus-mu
Bersedih dijauhi kekasih
Menuai simpati demi menggaet kekasih baru
Lalu kaupun kembali ditinggal pergi?
Kalau begitu, siapa sebenarnya yang patah hati?
Kupikir, yang patah hatilah yang biasanya akan pergi
Menjauhi orang yang sangat menyakiti..
Sayang sekali kau telah pergi di lima mei
Tak perlu lagi kau jawab pertanyaan kami
Kau harus jawab pertanyaan Ilahi
Kali ini kaulah yang pergi tak kembali
lewati sewu kuto dari terminal tirtonadi,
menuju banyu langit tinggalkan suket teki
Kau tak perlu lagi patah hati
Karna akhirnya bertemu kekasih sejati
Semoga Dia menunggumu di taman surga abadi
(Mungkinkah kau di sana membuat lagu happy untuk kami?)
14 Juli 2020
Langganan:
Postingan (Atom)