Nak, tetaplah berdiam di rumah..
Di luaran sana itu wabah,
telah jauh merambah,
hampir semua wilayah,
Satu persatu kota dan desa kita
Telah disebut sebagai zona merah
Syahdan para ahli berkisah
Berdiam di rumah
Adalah satu ikhtiar untuk mencegah
Agar Virus tak menyebar laksana bah
menyusupi tubuh yang mungkin lemah
Atau menjadikan tubuh tubuh kuat,
sebagai media berpindah,
menjangkiti ribuan lagi orang berimun rendah,
Nak...kalau penyebaran virus tak tercegah,
Kata mereka bulan bulan depan
Keadaan kita akan kian susah
tak akan banyak yang bisa dilakukan rakyat dan pemerintah
Sebab Pasien rumah sakit tertumpah ruah,
Obat-obatan, pelindung diri dan paramedis tak cukup jumlah.
Prosedur penanganan bisa jadi terpaksa diubah,
Pasien ditangani dengan dipilah
Mana yang mungkin tertolong, mana yang keadaannya teramat parah,
Sisanya pulang perawatan mandiri di rumah,
sembuh atau parah hanya bisa pasrah,
Para Dokter dan Paramedis yang telah terikat sumpah,
Melayani sesama sebagai marwah,
Punya batas atas kemampuan akan rasa lelah,
Sedangkan tugas layanan mungkin bisa jadi, tak memberi jeda bahkan untuk makan dan/atau ibadah
Aku tahu,
Menyiasati jemu dan resah
Buatmu bukanlah hal yang mudah
Berhari hari belajar dan bermain dalam terbatasnya wadah,
Sementara tak ada lagi kisah,
Tentang Canda tawa teman sekolah
dan kawan sepermainan di sekitar rumah,
Setiap sudut sempitnya rumah,
Telah habis tuntas kau jelajah
Kamar tidur hingga teras depan telah tergubah
Menjadi serpihan serpihan kapal pecah
Sisa dari lelarian melempar gundah
Dan petak umpet siasati resah
Belum lagi sering kali kadang aku mengingatkanmu dengan nada marah
Sebab tugas yang dikirim guru sekolah
dan jatah hafalan dari ustad madrasah,
Belum tuntas hingga hari usai sudah
Tapi percayalah...
seusai itu aku kerap disergap rasa bersalah
Nak, tetaplah berdiam di rumah...
Hidup kita memang mungkin tak selalu indah
Tapi teramat banyak sudah
kita diberi Tuhan nikmat dan anugerah
Kini ketika bencana membuncah
dan mengharuskan kita di rumah,
meski kecil kita masih punya rumah
Saat lapar ada makanan yang bisa kita kunyah
dan yang paling mewah
Aku bisa membersamai kalian
Dari bangun tidur sampai kembali rebah,
Tak semua orang bisa selalu berada di rumah,
Meskipun ancaman di luar membuat jengah
Nak,
Tetaplah berdiam di rumah,
Sebab sesal besar kadang tiba karena secuil salah
(ujung harapan, 3 April 2019)
Di luaran sana itu wabah,
telah jauh merambah,
hampir semua wilayah,
Satu persatu kota dan desa kita
Telah disebut sebagai zona merah
Syahdan para ahli berkisah
Berdiam di rumah
Adalah satu ikhtiar untuk mencegah
Agar Virus tak menyebar laksana bah
menyusupi tubuh yang mungkin lemah
Atau menjadikan tubuh tubuh kuat,
sebagai media berpindah,
menjangkiti ribuan lagi orang berimun rendah,
Nak...kalau penyebaran virus tak tercegah,
Kata mereka bulan bulan depan
Keadaan kita akan kian susah
tak akan banyak yang bisa dilakukan rakyat dan pemerintah
Sebab Pasien rumah sakit tertumpah ruah,
Obat-obatan, pelindung diri dan paramedis tak cukup jumlah.
Prosedur penanganan bisa jadi terpaksa diubah,
Pasien ditangani dengan dipilah
Mana yang mungkin tertolong, mana yang keadaannya teramat parah,
Sisanya pulang perawatan mandiri di rumah,
sembuh atau parah hanya bisa pasrah,
Para Dokter dan Paramedis yang telah terikat sumpah,
Melayani sesama sebagai marwah,
Punya batas atas kemampuan akan rasa lelah,
Sedangkan tugas layanan mungkin bisa jadi, tak memberi jeda bahkan untuk makan dan/atau ibadah
Aku tahu,
Menyiasati jemu dan resah
Buatmu bukanlah hal yang mudah
Berhari hari belajar dan bermain dalam terbatasnya wadah,
Sementara tak ada lagi kisah,
Tentang Canda tawa teman sekolah
dan kawan sepermainan di sekitar rumah,
Setiap sudut sempitnya rumah,
Telah habis tuntas kau jelajah
Kamar tidur hingga teras depan telah tergubah
Menjadi serpihan serpihan kapal pecah
Sisa dari lelarian melempar gundah
Dan petak umpet siasati resah
Belum lagi sering kali kadang aku mengingatkanmu dengan nada marah
Sebab tugas yang dikirim guru sekolah
dan jatah hafalan dari ustad madrasah,
Belum tuntas hingga hari usai sudah
Tapi percayalah...
seusai itu aku kerap disergap rasa bersalah
Nak, tetaplah berdiam di rumah...
Hidup kita memang mungkin tak selalu indah
Tapi teramat banyak sudah
kita diberi Tuhan nikmat dan anugerah
Kini ketika bencana membuncah
dan mengharuskan kita di rumah,
meski kecil kita masih punya rumah
Saat lapar ada makanan yang bisa kita kunyah
dan yang paling mewah
Aku bisa membersamai kalian
Dari bangun tidur sampai kembali rebah,
Tak semua orang bisa selalu berada di rumah,
Meskipun ancaman di luar membuat jengah
Nak,
Tetaplah berdiam di rumah,
Sebab sesal besar kadang tiba karena secuil salah
(ujung harapan, 3 April 2019)