Tarra, anak lelakiku yang duduk di bangku kelas akhir sekolah dasar berkata kalau ia akan belajar malam ini sehingga ia menutup pintu kamarnya. Ia memberikan isyarat tak ingin diganggu siapa pun. Aku menerima keputusannya dengan senang hati. Sikapnya membuat rasa stres-ku berkurang sedikit.
Dari luar kamarnya terdengar bunyi tombol ditekan oleh anakku. Kemudian dari balik jendela kecil kaca yang berada di atas pintu kamar, sebuah cahaya terang memancar. Sepertinya ia menyalakan lampu belajarnya menandakan kalau Tarra serius belajar.
Tak berapa lama aku membuka pintu kamar Tarra dengan maksud ingin memberinya semangat. Ternyata yang kulihat tidak sama dengan apa yang kubayangkan. Kulihat Tarra sedang menendang-nendang bola futsal di kamarnya. Entahlah, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah memarahinya ataukah kubiarkan saja?
Tamat
Dari luar kamarnya terdengar bunyi tombol ditekan oleh anakku. Kemudian dari balik jendela kecil kaca yang berada di atas pintu kamar, sebuah cahaya terang memancar. Sepertinya ia menyalakan lampu belajarnya menandakan kalau Tarra serius belajar.
Tak berapa lama aku membuka pintu kamar Tarra dengan maksud ingin memberinya semangat. Ternyata yang kulihat tidak sama dengan apa yang kubayangkan. Kulihat Tarra sedang menendang-nendang bola futsal di kamarnya. Entahlah, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah memarahinya ataukah kubiarkan saja?
Tamat