Legenda Rindu

Malam datang berkerlip bintang
Purnama pun tersenyum tenang
Merayu senang segera berkumandang
Usir resah rindu kan datang

Desir congkak mulai menjalar
Percaya penuh pada nalar
Tak mungkin berani rindu keluar
Hingga menyingsing waktu fajar

Tersadar ku telah alpa
Rindu datang dari penjuru semesta
Cepat menyerbu ke ruang hampa
Tak sungkan pada terang dalam gulita

Ingin rasanya kupukul alu
Agar ayam jantan terjaga dan berkokok merdu
Tepat saat rindu kurang satu
Biar kugenapkan jadi seribu




Anak kecil itu tidak hapal Pancasila



Anak Kecil itu tidak hapal Pancasila
Dia berdoa tak basa-basi
Meminta tanpa modus apa-apa
Dia percaya penuh Tuhannya
Ditunggunya teman selesai ibadah baru bermain


Anak Kecil itu tidak hapal Pancasila
Tidak pernah dia menghakimi
Marahpun sesaat kemudian bermain lagi
Diberinya seluruh mainannya kepada teman-temannya,dipinjam boleh,dimilikipun boleh
Baginya yg penting temannya tetap bersamanya


Anak kecil itu tidak hapal Pancasila
Didamaikan temannya yg berselisih
Salah satu tidak hadir,dicarinya,dipastikan bahwa semua baik-baik saja



Anak Kecil itu tidak hapal Pancasila
Dia bertanya hari ini akan bermain apa-apa
Masing-masing menjawab kemudian bersepakat


Anak Kecil itu tidak hapal Pancasila
Dipuji temannya yg berusaha
Dihibur temannya yg sedih, membuat wajah lucu sampai temannya tertawa
Tertawa harus bersama, sedihpun bersama

Surat Untuk Mileak (lagi)



Mileak
Aku pernah mengalami saat saat dimana, aku seperti lampu teplok yang nyalanya makin meredup karena kehabisan minyak, pendar cahaya yang tersisa hanya dari  bara yang hampir memadam, hanya soal waktu saja sumbu sumbunya  akan menjadi arang,

Saat itu kau hadir, entah dari mana,
menjadi minyak yang memenuhi tabung,  membasahi sumbu dan mengobarkan nyala, cahaya memendar dari selubung  tabung kaca ke arah luar,

Untuk hal satu ini, mileak...
aku patut berterima kasih padamu

Diman









Tahu apa kamu tentang cinta?

Cinta Tak Butuh Alasan

Katanya cinta hanyalah cinta
Datang dan pergi sesuka hati
Menyeruak di antara dua tiga insan
Kadang menghubungkan dua buah hati
Sambil meretakkan satu hati berkeping terarak

Katanya cinta hanyalah cinta
Datang dari terbiasa lalu kagum
Hadir di hiruk pikuk kesibukan kantor
Terhempas di tengah jadwal pekerjaan
Menyimpan tanya apakah rasa itu nyata

Katanya cinta hanyalah cinta
Datang dari mata turun ke hati
Bersemi di pagi dan sore hari
Terhimpit dalam sesaknya gerbong kereta
Memberi harap dalam tatap dan lirik

Katanya cinta hanyalah cinta


* Disebelahnya, 0503202016##

Aku dan Fatamorganamu

Rindu

Ruang ini sunyi walaupun banyak orang berlalu lalang
Hati ini sepi menantimu yang tak kunjung datang
Detik berganti menit mengisi hari
Menyiksaku dalam penantian tak bertepi

Sebuah pertanyaan mendera kalbu
Apakah dirimu baik selalu?
Betapa hanya cemas yang kurasakan
Menyimpan penyesalan tiada akhir kenapa rindu ini tak kusampaikan

Kunanti dirimu di ruang yang sama
Diantara rasa pedih dan lara
Demi satu asa yang menggelora di dalam diriku
Kau akan kembali padaku




Pergilah Cinta


Pergilah Cinta
(dibacakan dengan saling berbalasan)


Tertegun kumerana
Kenangan indah yang sirna
Raga dan jiwamu
Masih kurindu
Lima tahun kita bersama
Tak kusangka kita harus berpisah
Segala cita-cita kita bersama
Terbang jauh meninggalkan luka
Begitu jauh kau pergi
Melebihi jarak yang kuketahui
Andai kubisa memutar waktu
Mengubah perkataanku
Masih teringat ucapanmu
Begitu kejam menusuk kalbu
Kutuju engkau sebagai pelabuhan terakhir
Tak kusangka semua berakhir
Bukan maksud mulut berucap
Memutuskan cinta yang tak bisa satu atap
Tiada kata untuk mengalah
Memang, hubungan kita yang salah
Andai kutidak mengenal cinta ini
Takkan pernah ku sesakit ini
Bahagia dan kenangan
Yang takkan bisa kulupakan
Cinta yang nyata namun terlarang
Dimana semua orang menentang
Semua halangan kulawan
Tapi kukalah dalam peperangan
semua yang patah tak lagi tumbuh
kau yang hilang pun tak lagi berganti
Sekarang kita berdua berjalan,
Berdampingan namun berbeda arah seperti istiqlal dan katederal



Pergilah, Cinta
 

 Jakarta, 5 Maret 2020
Gilmar Idomora