Punggungmu

Hari ini aku hanya melihat punggungmu
dari tempat biasa yang aku pilih setiap hari, hanya untuk menjadi orang pertama yang mendapat senyummu


Rindu Menanti



Meski rinai hujan telah reda
Namun detak rindu enggan tuk jeda

Kemanakah merpati putih berkelana?
Membawa kabar angin tak kunjung jua

Lupakah ia?
Ataukah aku yang tak sabar menanti kehadirannya?

GNWN/01022020

Keraton agung sejagat

Dengan pena kecil saya mencatat,
Mungkin kelak jadi pengingat
Tentang sebuah dongeng singkat
Berdirinya keraton agung sejagat
di sebuah kota sebelah barat,
Keraton ngayogyokartohadiningrat

Sang sinuhun  dan permaisuri,
entah datang dari mana  mereka beralamat,
mengaku dirinya pemegang amanat,
mempersiapkan kembalinya raja dan ratu hebat,
yang pernah begitu masyhur dalam riwayat

Untuk membantu tugasnya yang berat
Telah di rekrut dari penjuru timur dan barat,
Mahapatih dan pejabat di jajaran pusat
Terpilih dari mereka yang percaya dan taat ,
pada  sabda dan cerita yang dibuat,
tinggi rendah posisi para pejabat,
Sepadan dengan setoran  uang  seragam dan  tanda pangkat.

Parade wilujengan ke masyarakat,
Digelar dalam kemeriahan dan hikmat,
Iring iringan barisan digelar di hari jumat
Sang sinuhun berkuda dengan baju kebesaran bertanda pangkat,
diiring permaisuri, mahapatih  dan pejabat,
Berkibaran bendera dan pataka  berkelebat
Seakan kabarkan hadirnya negeri yang hebat

berselang seminggu setelah jumat,
Cerita keraton agung sejagat tamat
Bukan karena serangan lawan penuh kesumat
Atau perebutan kekuasaan antar kerabat
Sebagaimana jamak pada banyak hikayat
Tapi sang sinuhun dan permaisuri dibekuk aparat
Dengan pasal penipuan pat gulipat,
Iming iming gaji, tunjangan dan manfaat
digunakan untuk merekrut rakyat
Agar bersedia menjadi abdi dan pejabat
Dengan pembayaran iuran sebagai syarat
Konon kelak pada suatu saat
Ketika simpanan di bank swiss di dapat
Pengembalian akan berlipat lipat

Beberapa saat masa telah lewat
Masih berdatangan dari segala penjuru tempat,
riuh ramai bermacam analisa dan pendapat,
Katanya mendirikan  keraton agung sejagat adalah pemikiran sesat,
orang orang yang kehilangan akal sehat
Katanya  mendirikan kraton sekedar  gurauan dan olok olok  pelepas penat,
Katanya mendirikan kraton adalah wujud kreatifitas mendapatkan cara cepat,
agar medsos makin banyak dilihat,
Yang muaranya permintaan  iklan produk meningkat

Ada juga yang berpikir berat,
alasan jumenengan adalah siasat
Untuk pralambangkan kerinduan yang pekat,
akan hadirnya interaksi pemimpin dan rakyat
 yang  tak bersekat, dan
Keraton hanyalah simbol dimana rakyat,
selalu punya pastinya tempat,
 menemui pemimpin dan penerima mandat

Sebab menurutnya saluran demokrasi telah mampat,
narasi kebebasan untuk berserikat,
mengungkapkan pendapat dan perwakilan rakyat
tak seindah teori dalam diktat

Ruang ekspresi dan berpendapat diatur dengan ketat,
beda pandangan dianggap  sesat,
aspirasi dan keinginan yang dikirim lewat surat
atau jaring aspirasi melalui rapat,
hanya gincu pemanis syarat

Sementara pilihan parlemen jalanan yang kadang berhias darah dan cucuran  keringat,
tak kunjung mengantarkan ide tep7at ke alamat.
demonstrasi hanya seperti ajang reuni semata dengan aparat

pemegang mandat dan wakil rakyat,
pejabat  dan para birokrat,
Tempat muara  dan keluh kesah rakyat
Malah sedang  tak ada di tempat,
tengah studi banding atau  pergi rapat,
dengan menu kopi dan cemilan yang nikmat,
sesekali cerita demo hanya terlihat
di tayangan televisi di sela rehat,
atau terdengar lamat lamat
ketika mata telah berat
menjelang istirahat

pencinta teori konspirasi kelas  berat,
punya juga kajian singkat
Kraton agung sejagat
adalah sebuah muslihat,
untuk mengalihkan perhatian masyarakat,
akan urusan yang lebih hangat.
berita uang  jiwasraya dan asabri yang konon diembat,
Berita kisruh bumn penerbangan yang konon dibumbui skandal syahwat,
Berita kasus suap kpu yang konon banyak pihak terlibat,
Berita pelarian yang dibumbui kesalahpahaman aparat

Semua merasa pendapatnya paling tepat, tapi biarpun begitu kini tak lagi terdengar meski lamat, karena ada kabar baru yang lebih hebat, yang menyita lagi perhatian masyarakat, hadirnya sunda empire di jawa barat


(gedung sutikno slamet, 28 jan 2020)





















Trauma

Ketika matahari baru menampakkan diri, ia berjalan menuju pantai seraya mengukur batas cakrawala. Hari ini cerah, batinnya. Sedikit sisa angin malam melewatinya lalu pergi terusir matahari yg kian tinggi.

Ombak datang dan pergi mengiringi langkah laki-laki itu. Setiap kali ia menjejakkan kaki, ombak datang menghampiri, menghapusnya. Sesekali ia menoleh ke belakang menyaksikan jejak-jejaknya yg hilang. Dalam diam pikirannya berkata, 'Ah, seandainya semudah itu menghapus semua kenangan ini'

Pantai itu indah, juga tenang. Sedikit sepi karena tempatnya yg tersembunyi. Tempat yg cocok untuk menentramkan diri atau mencari inspirasi. Namun laki-laki itu sepertinya bukan berada diantara keduanya karena ia hanya berjalan tak lama lalu pergi entah kemana.

Sorenya ia kembali. Tak lagi berjalan, ia hanya duduk di pinggir pantai. Hanyut dalam lamunan. Terkadang bibirnya terlihat bergerak mengucap kata yg entah apa. Tampaknya ia tengah membiarkan berbagai kenangan muncul bergantian di layar ingatan.

Tiba-tiba ia mengeluarkan sepotong kertas dan pena. Menuliskan sesuatu. Matahari jingga mulai melukis cakrawala. Waktunya tak lama lagi. Ketika kalimat terakhir dituliskannya, senja telah temaram. Segala warna mulai terhisap kegelapan.

Perlahan ia memisahkan pena dari kertas yg ditulisnya. Angin datang bergantian semakin kencang. Lalu Ia berdiri sambil memegang kertas catatannya dengan dua jari. Dan pada hembusan angin terkencang yg dirasakannya, jarinya membuka. Kertas itu pun melayang. Dan sebelum ia jatuh menyentuh lautan, lelaki itu telah membalikkan badan.

Gelap lalu berkongsi dengan sepi ketika lelaki itu pergi. Kertas yg ditulisnya telah tenggelam bersama buih dan tarikan gelombang. Di antara pasir dan karang, lautan menyerap tulisan laki-laki itu. 'Segala peristiwa yg datang dan pergi, tak bisa menghapus kenangan akannya. Semakin kulawan semakin aku merasa terus berhadapan. Pernah kutitipkan ingatan ini pada mentari senja, ia hanya menyimpannya dalam malam untuk kemudian mentari pagi membawakannya padaku kembali. Hari ini aku serahkan ingatan ini padamu wahai lautan. Seperti sungai-sungai kotor yg mengalir dan larut denganmu. Jika ia ingin kembali, biarlah ia datang sebagai hujan. Ia tetap ada tapi aku mengingatnya dengan cara berbeda agar hidup tak lagi hanya berputar di jalan yg sama.'

Lalu laut pasang. Kertas itu semakin dalam tenggelam. Ada tetapi telah entah dimana. Seperti harapan lelaki itu pada ingatan buruknya.

END

Mungkin Ya, tapi Tidak..




Mungkin Ya, tapi Tidak..


Ketika kau katakan bahwa kamu adalah wanita biasa..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau luar biasa..

Ketika kau katakan bahwa kamu adalah sama dengan wanita lain pada umumnya..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau berbeda..

Bahkan kalau kau merasa tak indah rupawan..
Maka ijinkan ku katakan, mungkin ya, tapi tidak..
Bagiku kau cantik jelita..

Dengarlah bidadariku..
Aku tak peduli pada, mungkin ya bagi orang lain..
Resapi dan peganglah, tapi tidak bagiku..

Dengarlah pujaanku..
Dengan sentuhan cinta, yang biasa bisa jadi luar biasa..
Dan dengan sentuhan yang sama, yang sama jadi berbeda..
Cinta membuat kau cantik jelita..

Maka cukuplah kau berkata tentangmu..
Biarkan aku yang meraba dan merasa..
Biarkan kau dan aku terbang, melayang, kepayang..
Dan nikmatilah cinta kita..

Jakarta, 220120

"Cinta + Nafsu = + 1"


"Cinta + Nafsu = + 1"

Suatu ketika, kala itu..
Berpacu rindu dalam waktu..
Di peraduan mengharu biru..

Samar kulihat tatap sayu..
Detak jantungku kian berpacu..
Seiring detik yang terus berlalu..

Seketika, lalu..

Kuciumi aroma alami tubuhmu..
Bangkitkan cinta-nafsu..

Seketika lalu..

Cinta-Nafsu, mengalun syahdu..
Cinta-Nafsu, malu-malu..
Cinta-Nafsu, mengebu-gebu..

Simponi birahi, bernyanyi-nyanyi..
Membangkitkan gairah insani..

Cinta-Nafsu, ingin menyatu..
Cinta-Nafsu, akhirnya nambah satu..



Spoiler Hidupmu ...

Pejuang Kehidupan

Apakah yang kamu cari hai para pejuang kehidupan?
Berangkat ketika sang Surya masih terlelap,
Pulang ketika bintang-bintang bersenda gurau dengan sang bulan.
Apakah yang kamu cari hai para pahlawan keluarga?
Bertaruh nyawa menyeberangi lautan,
Demi sang buah hati dan bundanya terkasih ujarmu.
Apakah yang kamu cari hai pembela kekasih hati?
Meninggalkan sang terkasih di kala sang surya bersinar tuk sesaat berjumpa di peraduan.
Berbulan terpisah samudra tuk sepekan melepas rindu.
Sepiring nasi dan segenggam berlian kah yang kau cari?
Adakah suka kau jumpai dalam kilau gemerlap intan permata di telapak tanganmu?

-satu jam menuju rumah di kala hujan-
222617012019