Kehidupan di asrama putri sama dengan kehidupan kos-kosan lainnya di Jakarta. Asrama putri ini merupakan asrama putri para mahasiswi poltekkes jurusan kebidanan yang mendapat fasilitas boarding atau semacam mess/penginapan secara bersama yang terdiri dari 4 lantai dengan masing-masing lantai terdiri dari 20 kamar. Setiap kamar diisi oleh 4 putri dengan 2 pintu kamar dengan 2 kamar mandi di dalamnya. Bolehlah kita sebut asrama, karena memang ini merupakan asrama dari mahasiswi yang akan belajar dari seluruh Indonesia. Biasanya yang mendapat fasilitas ini adalah mereka yang mendaftarnya berdasarkan peringkat saat akan masuk di poltekkes ini. Sehingga banyak calon mahasiswi yang belajar dari luar Jakarta. Poltekkes ini merupakan fasilitas pemerintah yang masih didanai dari APBN. Komposisi penerimaan bagi mahasiswi di poltekkes ini kira-kira 30% dari Jawa dan 70% luar Jawa baik Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua. Mahasiswi ini mengikuti pelajaran sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore dengan istirahat di kantin yang disediakan di Poltekkes. Setiap lantai ada pengawas atau pengelola yang tinggal dekat asrama dan mereka dibayar oleh pemerintah untuk membersihkan fasilitas asrama.
Kehidupan di asrama ini berjalan baik dan tidak banyak kegaduhan karena mereka selalu diawasi baik ketika di malam minggu dan hari libur. Fasilitas olah raga juga cukup terawat dengan baik seperti tempat firness minimalis, lapangan voli dan basket. Kalau mereka inigin berenang, mereka bisa mengeluarkan sedikit ke tempat kolam renang dekat asrama. Pada lantai bawah asrama, ada 2 kamar mandi yang memang disediakan untuk tamu jika memerlukan sebuah toilet saat berkunjung. Pada beberapa bulan tidak banyak kejadian aneh di sekitar asrama. Namun menjelang bulan ramadhan, ada beberapa suara aneh yang terdengar di kamar mandi bawah pada setiap tengah malam. Kejadian ini berulang secara rutin setiap 3 kali seminggu atau setiap 2 kali sehari.
“Byur…byur…Byur… “ hening sebentar kemudian terdengar kembali suara seseorang sedang mandi. Beberapa kali saat diintip oleh pengelola asrama, tidak nampak siapa yang di dalam kamar mandi bawah itu. Setiap kejadian hampir mendekati waktu sahum. Beberapa kali pengelola mencoba ingin melihat siapa pelakunya, selalu tidak berhasil. Karena saat akan ditunggu, sepertinya seseorang atau makhluk itu sudah akan tahu bahwa usahanya akan ketahuan. Berkali-kali usaha itu coba dilakukan agar pelakunya dapat diketahui, namun selalu gagal dan gagal. Ketika sudah tidak ada niat untuk melihat siapa pelakunya, terdengar kembali suara di kamar mandi bawah. “Byur…byur…byur…” hening dan dilanjutkan dengan suara yang agak berbeda di bak kamar mandi yang ukuran diameternya tidak terlalu lebar. “Byuur…ceplak…cepluk… Dan ketika dilihat esok harinya, air bak kamar mandi sudah tidak bersih dan sepertinya pelaku ini menurut dugaan memang berendam sebentar untuk menyegarkan dirinya.
Kehebohan suara di kamar mandi lanati dasar sudah mulai tersebar hampir seluruh lantai. Kabar ini sangat terasa bagi para mahasiswi yang tinggal di lantai dasar. Awalnya mereka kaget dan tidak berani keluar ketika ada makhluk itu sedang berada di kamar mandi. Karena makhluk itu pintar mencari waktu masuk kamar mandinya yaitu mendekati waktu saum. Selain bulan Ramadhan, makhluk itu tidak pernah muncul di kamar mandi. Ketika para pengelola menunggu untuk ditangkap, makhluk itu tidak muncul. Seakan-akan makhluk itu sudah mengetahui jika akan ditangkap atau dijebak. Jadilah pembahasan serius bagi para penghuni asrama. Ada yang menaggapi biasa aja, ketakutan, cuek, bahkan ada yang memang serius ingin ikut ambil peran seperti adegan film “Indiana Jones : Raiders of The Lost Ark” dimana ada adegan kejar-kejaran dan menagkap sang penjahat dari sang profesor.
Karena momennya masih di bulan Ramadhan, maka kesempatannya hanya sekali untuk bisa mengetahui siapa pelaku ini. Karena nanti muncul lagi di Ramadhan berikutnya. Selain bulan Ramadhan, kejadian ini tidak pernah muncul. Makanya pengelola mencoba berinisiatif membentuk sebuah kelompok kecil untuk menangkap siapa pelakunya ini atau paling tidak saat di siang hari bisa diketahui siapa yang melakukan ini dan apa motifnya dan kenapa hanya di bulan Ramadhan dan tengah malam menjelang saum kejadiannya. Karena beritanya sudah cukup menyebar di seluruh lantai, maka perwakilan pengawas dan beberapa ketua lantai dari asrama ini bergabung meski tidak juga yakin akan berhasil untuk ditangkap. Tim ini memang bekerja secara sukarela namun ada perasaan was-was jika makhluk ini pun akan melawan balik jika ketahuan. Segala peralatan yang diperlukan dipersiapkan seperti senter, tali, jebakan berupa sebuah kunci gembok jika makhluk itu masuk bisa dikunci dari luar dan persiapan mental dari tim kecil ini.
Menjelang 2 minggu akhir Ramadhan, tim sudah siap segalanya hingga saat jebakan tiba berjalan. Setiap anggota tim yang menunggu kehadiran makhluk itu mencoba bergilir untuk tidak tidur secara bergantian. Jam sudah menunjukan pukul 02.30 pagi di hari Sabtu. Karena selama seminggu ini makhluk ini tidak melakukan aksinya, maka menurut dugaan mereka, makhluk itu akan melakukannya di hari Sabtu dinihari. Saat momen itu tiba, maka terdengarlah suara deburan di kamar mandi saat menjelang waktu saum. “Byur…byur…byur …. Hening sejenak dan pintu luar ditahan dengan beberapa orang agar makhluk itu tidak melawan.
“Ayo, cepat bantu. Mana gembok, gembok. Cepat …cepat ….” beberapa orang langsung membawa gembok dan mengunci pintu kamar mandi itu.
“Akhirnya tertangkap sudah makhluk itu di dalam kamar mandi. Hai, siapa anda dan apa tujuannya ke kamar mandi ini di tengah malam?” tanya salah seorang anggota tim. Semua terdiam dan dari dalam kamar mandi pun tidak terdengar suara bahkan suara air pun tidak terdengar.
“Ayo mengaku sekarang, karena anda sudah mulai terkepung.” Lanjut pimpinan tim dengan suara lantang berteriak hingga membangunkan penghuni lantai di atasnya.
“Kraak…praak…” terdengar suara jendela kamar mandi yang jatuh di sisi berlawanan dari pintu kamar mandi.
“Suara apa itu?” tanya seorang mahasiswi kepada anggota tim yang lain.
“Wah, itu suara jendela rusak jatuh dari kamar mandi itu. Jangan-jangan makhluk itu kabur melewati jendela itu. Ayo mari kita lihat bersama-sama”, sebagian dari 6 orang itu berjalan ke arah belakang dari bangunan asrama itu. Dan ternyata dugaan salah satu anggota tim itu benar. Makhluk itu sudah kabur dari kamar mandi melewati jendela yang cukup tinggi sekitar 2 meter dan melewati jalan belakang setelah melewati tembok yang tidak terlalu tinggi dan kali di belakang asrama.
“Yah kita gagal lagi menangkap makhluk itu. Padahal kita sudah cukup banyak untuk menangkap makhluk itu dan kita tidak menduga makhluk itu akan melewati jendela belakang kamar mandi.
Setelah gembok di-unlock dan pintu terbuka, warna air bak sudah tidak bersih dan suasana kamar mandi seperti telah terjadi kerusuhan tahun 1998. Anehnya makhluk sangat cepat bereaksi dalam mencari jalan keluar melalui jendela. Namun ada selembar pakaian yang tergantung di dinding kamar mandi, yang nampaknya sangat dikenal oleh salah seorang anggota tim yang juga merupakan salah satu pengelola di lantai dasar. Setelah berpikir lama tanpa diketahui anggota tim yang lain, si pengelola itu berpikir sejenak dalam hati. Akhirnya dia teringat seorang keponakannya yang lama gak dijumpai berasal dari sebuah desa di daerah Jawa Timur. Keponakan itu memang sudah yatim piatu dan hidupnya memang menggelandang yang beratapkan langit dan bintang. Terkadang keponakannya itu bertemu dengan dirinya di sebuah pasar dekat pasar baru Jakarta. Memang perilaku keponakannya itu seperti manusia normal pada umumnya. Tetapi jika diajak berbicara dengan orang asing, dia akan membungkam dirinya hingga kapan dia mau. Hanya orang tertentu yang bisa mengajaknya berbicara termasuk si pengelola itu.
Akhirnya si pengelola tersebut, mencoba melakukan inisiasi pertemuan rahasia dengan si keponakannya di sebuah pasar tanpa diketahui anggota tim dan penghuni asrama yang lain. Setelah pertemuan dilakukan dan disepakati bahwa si keponakan tidak akan mengganggu kembali asrama itu untuk beberapa waktu ke depan. Sebenarnya kenapa dilakukan saat Ramadhan, si keponakan ingin merasakan sebuah keluarga yang sudah lama dirindukan. Iya juga menyatakan kepada si pengelola bahwa ia merasa malu jika harus datang ke lingkungan asrama karena dirinya sangat lusuh dan tidak bersih. Makanya ia beranikan dirinya mandi sebagai wujud bersihkan diri selama beberapa hari tidak mandi. Akhirnya si pengelola memberikan keleluasaan kepada si keponakannya untuk menggunakan fasilitas kamar mandi miliknya yang memang ada di bagian belakang tempat di pengelola dan meminta untuk tetap menjaga kedamaian lingkungan di asrama putri itu. Setelah obrolan singkat itu, akhirnya lingkungan asrama sudah mulai kembali normal. Si pengelola tidak mengetahui kejadian ini katena dia merupakan pengelola yang baru ditugaskan selama 1 tahun. Padahal keponakannya itu sudah beberapa Ramadhan berkunjung ke kamar mandi itu.
Cerita ini dapat juga dilihat pada link berikut :