Lingkungan tempat kos-kosan yang terletak di bilangan Jakarta Selatan seperti tempat kos pada umumnya. Ada aturan berkunjung, kamar kos dengan fasilitas ac, kamar mandi, dapur atau kamar mandi dan dapur dipakai untuk bersama, yang biasanya terletak di luar kamar. Harga kamar dengan fasilitas dapur dan kamar mandi di dalam biasanya lebih mahal dibandingkan dengan kamar mandi dan dapur bersama. Biasanya penghuni kamar dengan fasilitas lengkap di dalam adalah pasangan baru menikah, atau penghuni yang akan menikah dalam waktu dekat, yang nantinya kamar itu akan dipakai sebagai tempat tinggal sementara. Fasilitas untuk menjemur pakaian sudah pasti disediakan. Tambahan fasilitas berupa mesin cuci sebagai sarana pendukung terkadang juga tersedia. Penghuni bisa menggunakan sendiri atau perlu jasa pembantu yang sudah disiapkan oleh pemilik atau pengurus kos-kosan. Penghuni tinggal membuat perjanjian sesuai keperluan.
Tinggalah Alfa dengan beberapa temannya di kos-kosan itu. Mereka bertiga menempati masing-masing kamar kosnya. Sebenarnya mereka bisa kumpul dengan teman-temannya sekamar dan lumayan hemat kalau bertiga. Namun ada beberapa di antara mereka, yang sanak familinya masih sering datang dan tinggal di kamar kos. Mereka dikenal cukup baik oleh beberapa penghuni dan pemilik kos. Mereka bertiga juga sudah bekerja di sekitar daerah Kuningan dan Setiabudi. Jika malam minggu tiba dan menjelang akhir bulan, biasanya mereka berhemat dengan bermain gitar dan nyanyi bersama sambil makan makanan ringan dengan penghuni kos yang lain. Suasana kos-kosan cukup kondusif sehingga wilayah wanita dan pria sangat dipatuhi dan dipedomani oleh para penghuni. Sesekali mereka membuat acara bakar jagung, sate dan daging ala restoran Jepang. Namun jika awal bulan, mereka kongkow dengan teman sekantor atau teman sekolahnya dulu di akhir pekan.
Kondisi yang kondusif ini cukup berjalan baik hingga menjelang akhir bulan November 2015, datanglah penghuni kos baru dan kebetulan wanita. Sebenarnya wanita ini cukup baik ketika diajak berbicara. Namun ada perilaku yang mereka bertiga baru mengetahui saat tengah malam. Namanya Winda, si penghuni kos baru itu. Dia bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan kurir yang cukup besar dan dia bagian marketing. Parasnya cukup membuat mereka bertiga ingin berkenalan lebih dekat lagi dibanding dengan kedekatan mereka bertiga. Kebetulan kamar yang kosong itu cukup dekat dengan dengan kamar Alfa dan kedua kawannya itu. Secara fisik, Winda itu merupakan ikon wanita metropolitan. Secara kasat mata pun, mereka bertiga sangat ingin dekat dengan Winda. Memang kos-kosan itu gak ada penghuni wanitanya? Ada, tetapi kebanyakan sudah memiliki calon dan suami. Makanya ketika ada Winda, bagi mereka Winda itu bagai sebuah oase di tengah padang pasir.
Sejak awal tidak ada suara aneh di kos-kosan itu. Menjelang malam tiba, dan ketika semua terlelap dalam tidurnya dan dengan mimpi indahnya masing-masing, terdengarlah suara nyanyian. “Whooaa….” Mereka saling lihat, sambil bergumam dalam hati, “… siapa itu?” Setelah ditunggu berapa lama, mereka terlelap lagi. Ketika mata akan tertutup, terdengar kembali suaranya. “…jangan kau lupakan aku dengan cintamu…” Nyanyian tengah malam ini berlangsung berulang setiap seminggu 3 kali selama 3 menit.
Penyelidikan masih dilakukan oleh ibu kos dan beberapa rekan hingga membuat gaduh penghuni kos-kosan. Akhirnya diambil sebuah keputusan bahwa ibu kos akan melakukan semacam observasi sebelum menanyakan langsung. “Whoaaa…. dan selalu terdengar raungannya dahulu dibanding lirik lagunya. “… enter the sandman… lagu rock dari Metallica terdengar.
Ibu kos yang melakukan observasi bertanya, "kok teratur ya polanya? Dan kenapa lagu rock ya?" Ibu kos masih terheran-heran sambil lirik ke pembantu dan salah seorang penghuni kos juga. Si Alfa dan kedua kawannya, sudah mulai terbiasa dan saat waktunya akan mulai, mereka tutup telinga dengan bantalnya masing-masing. Setelah sekali observasi oleh ibu kos, esok paginya, ketika hari minggu, sang pemilik “Nyanyian Tengah Malam” itu dipanggil menghadap.
Ibu kos yang melakukan observasi bertanya, "kok teratur ya polanya? Dan kenapa lagu rock ya?" Ibu kos masih terheran-heran sambil lirik ke pembantu dan salah seorang penghuni kos juga. Si Alfa dan kedua kawannya, sudah mulai terbiasa dan saat waktunya akan mulai, mereka tutup telinga dengan bantalnya masing-masing. Setelah sekali observasi oleh ibu kos, esok paginya, ketika hari minggu, sang pemilik “Nyanyian Tengah Malam” itu dipanggil menghadap.
Ramailah suasana di ruang tengah. Para penghuni datang secara bergantian dan terkejut bahwa pemilik “Nyanyian Tengah Malam” itu adalah Winda, si penghuni baru. “Kenapa Winda ya ?”
“Gak tau tuh…” jawab penghuni yang lain.
“Padahal anaknya baik-baik”. Terdengar saling bisik diantara para penghuni itu.
“Kenapa dik Winda sering mengigau dan bernyanyi di tengah malam?” tanya ibu kos kepada Winda. Semua sambil saling lihat, menunggu jawaban dari Winda. Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Winda mencoba menjelaskan kenapa dia sering “mengigau” dengan cara bernyanyi dengan genre rock di tengah malam. Awalnya Winda agak malu untuk mengungkapkan tapi akhirnya Winda bercerita bahwa dia pernah diputuskan oleh sang kekasih dan selama bersama sang kekasih, mereka sering makan di restoran yang ada musiknya ber-genre rock metal. Sang kekasih meninggalkan dirinya tanpa ada penjelasan hingga suatu ketika Winda melihat sendiri dengan matanya sendiri. Karena kesal tidak bisa melampiaskan amarahnya, tanpa disadari emosinya terbawa saat dalam tidur. dan terjadilah “Nyanian Tengah Malam” itu.
Kepindahan Winda dari tempat kos satu ke yang lain juga karena masalah ini. Kebanyakan penghuni kos sebelumnya merasa terganggu dengan “Nyanyian” itu. Saat itupun, Winda masih dalam masa terapi dengan psikiater. Setelah bercerita, Winda meminta maaf atas kejadian yang menimpa para penghuni kos. Saat itu juga, Winda pindah kos karena akibat perilakunya itu, para penghuni menjadi terganggu. Namun keinginan Winda di larang oleh ibu kos, karena perilaku Winda bukan sebuah masalah dan sedang ditangani oleh psikiater. Sikap baik ibu kos, ditanggapi berbeda oleh Alfa dan temannya, karena mereka lah yang akan menjadi korban hingga Winda sembuh dari terapi itu. Tapi mereka pun senang jika Winda masih tetap sebagai penghuni kos kaena parasnya yang bagai oase di kos-kosan. Akhirnya mereka pun menerima kalau “Nanyian Tengah Malam” pun tetap terdengar hingga Winda sembuh.
Kepindahan Winda dari tempat kos satu ke yang lain juga karena masalah ini. Kebanyakan penghuni kos sebelumnya merasa terganggu dengan “Nyanyian” itu. Saat itupun, Winda masih dalam masa terapi dengan psikiater. Setelah bercerita, Winda meminta maaf atas kejadian yang menimpa para penghuni kos. Saat itu juga, Winda pindah kos karena akibat perilakunya itu, para penghuni menjadi terganggu. Namun keinginan Winda di larang oleh ibu kos, karena perilaku Winda bukan sebuah masalah dan sedang ditangani oleh psikiater. Sikap baik ibu kos, ditanggapi berbeda oleh Alfa dan temannya, karena mereka lah yang akan menjadi korban hingga Winda sembuh dari terapi itu. Tapi mereka pun senang jika Winda masih tetap sebagai penghuni kos kaena parasnya yang bagai oase di kos-kosan. Akhirnya mereka pun menerima kalau “Nanyian Tengah Malam” pun tetap terdengar hingga Winda sembuh.
Kisah ini dapat juga dilihat pada laman :