BnD Project – Kisah Si Burlem

Ada sebuah kisah tentang seorang pegawai negeri sipil, sebutlah si Burlem. Kegiatan si Burlem seperti pegawai kantoran pada umumnya. Burlem juga kebetulan tinggal di Jakarta. Berangkat pagi, naik transportasi umum, melakukan absensi pada mesin handkey, bekerja pada institusi yang memberikan penghasilan yang cukup kepada istri dan anaknya. Pokoknya untuk ukuran seorang pegawai negeri, Burlem ini termasuk tipikal pegawai yang bekerja di atas rata-rata.
Burlem sudah cukup lama menjadai seorang pegawai negeri sipil. Pada tahun 2002, Burlem melamar sebagai pegawai negeri sipil, setelah 2 tahun bekerja di sektor swasta di bidang konstruksi. Setelah melewati beberapa tahapan tes, Burlem dan beberapa kawan seangkatan diterima menjadi pegawai negeri sipil. Burlem termasuk yang merasa beruntung menjadi pegawai negeri. Karena beberapa kali mendaftar, dia selalu gagal. Maka usahanya tidak sia-sia ketika Burlem belajar mempelajari beberapa buku mengenai tips menjadi CPNS dari toko buku terkenal dan situs yang memberikan informasi mengenai itu.
Saat diterima menjadi CPNS, Burlem sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Seiring dengan berjalannya waktu sebagai salah satu abdi negara, kebutuhan hidup si Burlem menjadi tinggi sebagai akibat pergaulan dengan teman-teman kantor sebelumnya dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh untuk menambah penghasilan itu, dengan bekerja hingga melampaui jam kerja kantor. Hal ini sudah berlangsung sejak tahun 2015. Ketika tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan, Burlem tetap berada di kantor hingga memenuhi batasan waktu yang dia telah tentukan.
Banyak motif atas apa yang dilakukan si Burlem. Menghindar macet salah satunya dan masih banyak alasan lainnya. Model pegawai seperti Burlem ini cukup banyak di beberapa kementerian dan lembaga. Bahkan ada yang hapal bagaimana cara menghitung overtime  waktu kerjanya itu. Beberapa bahkan bisa menghitung hingga ke jumlah menitnya. Ketika dia lebih sekian menit, maka dia akan mendapat sekian dari kelebihan jumlah jam kerja itu. Beberapa dari mereka memang sudah meniatkan akan bekerja overtime ketika akan berangkat kerja. Bahkan ada juga yang protes jika waktu overtime-nya tidak dibayarkan.  
Apakah salah dengan sikap si Burlem ini ? Tidak ada yang salah jika ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan sesuai tenggat waktu. Dalam hal ini, negara mengeluarkan sejumlah uang yang sia-sia. Bayangkan juga berapa jumlah uang negara yang harus digelontorkan untuk tipikal seperti Burlem? Negara banyak mengeluarkan dana yang tidak patut sementara masih banyak bangunan sekolah, jembatan, fasilitas kesehatan di beberapa daerah di Indonesia yang belum layak, memerlukan bantuan pendanaan. Bagaimana jika jumlahnya seperti Burlem ini ada sekitar 100.000 pegawai? Hanya kita yang mengetahui kapan harus bekerja overtime dan kapan tidak.
Fakta ini ada dan hanya diri kita yang bisa memilih untuk memberikan yang terbaik kepada negara kita ini. Kementerian Keuangan sudah mengawali dengan menetapkan Instruksi Menteri Keuangan nomor 346/IMK.01/2017 tentang Gerakan Efisiensi sebagai Implementasi Penguatan Budaya Kementerian Keuangan, yang salah satunya “Pemanfaatan jam kerja secara efektif dan meminimalisir jam lembur melalui pendekatan work-life-balance dengan memperhatikan tanggung dan penyelesaian tugas”. Selain itu, pegawai kemenkeu harus menjunjung tinggi value Kementerian Keuangan yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan. Itulah di Kementerian Keuangan. Semoga kita bisa menjadi panutan seperti para pegawai di Kementerian Keuangan. Ayo kita dukung gerakan efisiensi dengan pendekatan work-life-balance agar mengurangi beban negara.     

#bndproject
#bukannotadinas


Kisah ini juga dapat dibaca pada laman berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/2017/12/bnd-project-kisah-si-burlem.html

Nadin Ingin Seperti Aisyah

Bunda menyematkan peniti pada jilbab Nadin. Wajah putrinya yang bulat nampak begitu menggemaskan dengan jilbab pink berhias motif bunga-bunga di sepanjang sisinya. Imut sekali.
Nadin tertawa memamerkan lesung pipitnya sambil memandang wajahnya dalam cermin.

"Bunda, aku cantik ya, Bun? Sudah mirip belum seperti Aisyah, Bun? Kata Bunda, Aisyah adalah istri Nabi yang paling cantik dan pintar menghapal hadist"

Bunda mengangguk, "Betul Nak, Aisyah adalah seorang gadis yang sangat cantik di Mekah, dan Beliau adalah penghapal hadist yang terbanyak dan paling dipercaya saat itu"

"Temenku juga cantik, Bun, rambutnya panjang dan lebat. Aku suka melihat rambutnya kalau sedang berolah raga. Rambutnya bergerak kesana-kemari, Bun."

Bunda tertawa kecil, sambil memasangkan bros kecil di jilbab putrinya, "Iya sayang, pada hakikatnya setiap wanita itu cantik. Ada yang rambutnya bagus, ada yang kulitnya bersih, ada yang bentuk tubuhnya indah, semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun yang paling hakiki adalah bagaimana wanita itu ikhlas untuk tidak mempertunjukkan semua itu karena ia lebih memilih menonjolkan identitasnya sebagai muslimah. Dia lebih berusaha mematuhi perintah Tuhannya daripada hanya sekedar mendapat pujian dari manusia lain."

"Tapi aku suka dipuji, Bun..." Nadin menyela,

Bunda tertawa, "Manusia mana yang tidak suka dipuji, Nak? Pujian membuat hati seseorang menjadi senang, namun yang lebih berhak untuk dipuji adalah yang menciptakan itu semua, Alhamdulillah..."

Bunda mengajak Nadin duduk disisinya, dan berkata,

'Ketika kamu dipuji orang, entah karena kecantikan ataupun kepandaianmu, artinya semua orang suka pada keindahan dan kesempurnaan. Itu hal yang sangat manusiawi. Namun jangan sampai semua pujian ini menjadikan kita lupa dan selalu mencari cara agar semua orang melihat kelebihan itu dengan maksud untuk mendapat kakaguman/pujian orang. Lihatlah Aisyah, beliau adalah manusia biasa, seorang perempuan yang memiliki sifat-sifat manusia biasa. Beliau pernah merasakan yang perempuan lain rasakan, namun beliau memilih untuk tidak mengutamakan pujian dari manusia. Dan banyak lagi seperti Aisyah-Aisyah lain yang lebih memilih untuk menunjukkan identitasnya sebagai muslimah dengan bangga, daripada sekedar mempertontonkan kelebihan jasmaninya."

"Iya Bun, identitas itu apa ya?"

"Identitas adalah ciri atau bukti yang nampak, misalnya seperti kartu pelajarmu yang menunjukkan kalau kamu adalah seorang pelajar di sekolah itu"

"Nadin punya kartu pelajar, artinya Nadin sudah diakui jadi anggota sekolah itu ya, Bun?

"Benar Nadin, begitu juga sebagai muslimah, kita tidak harus menunggu seluruh ahlak dan hati kita menjadi baik dulu, baru berhijab. Tunjukkan identitasmu, dan sesuaikan hati dan ahlakmu dengan identitas itu. Sama seperti kita mendaftar apapun. Tunjukan identitas, baru kita bisa masuk dan menikmati seluruh fasilitas yang ada. Nadin tidak malu, menunjukkan identitas Nadin, kan?"

"Enggak Buun, Nadin akan bilang bahwa Nadin adalah seorang pelajar, perempuan, dan Nadin ingin seperti Aisyah..."

Bunda tertawa, diciumnya pipi Nadin, aamiin...katanya.




KATA (KATAMU)

Words have energy and power with the ability to help, to heal, to hinder, to hurt, to harm, to humiliate and to humble.”
-Yehuda Berg-

Kegiatan menulis ini sudah direncanakan dari kemarin, bukan tulisannya ya hanya kegiatan menulisnya. Sampai sepuluh menit yang lalupun belum terpikir mau menulis apa, kebetulan saja seminggu terakhir ini mood lagi gak enak, bawaannya males, sehari-hari mengerutu (walau dalam hati), duduk di meja sama orang banyak tapi main Candy Crush atau malah baca komik di handphone. Beberapa kali pembicaraan dilempar ke saya tapi karena tidak mendengarkan ya gak tahu dari tadi sebenarnya dia ngomongin apa, untungnya sang kawan lebih fokus untuk melanjutkan ceritanya daripada mendengarkan tanggapanku. Nah, tadi sebelum buka ms word sambil nunggu laptop loading, kebetulan laptop tua jadi ngidupinnya agak lama, saya buka Facebook deh di handphone dan nonton video soal “Kata-kata” atau lebih tepatnya “Kekuatan Kata-kata” di mana sebuah kata/ kata-kata dapat merubah hidup, menginspirasi sebuah bangsa, dan membuat dunia menjadi lebih indah. Bahwa mulutmu dapat mengeluarkan racun atau menyembuhkan hati yang luka.

Nah, kebetulan Rabu kemaren idola saya waktu kuliah sarjana (S1) saudara Buky di tengah-tengah chatting-­an kami di telegram bertanya “Muel masih suka bincang2 politik nga di fb?”. Aku menjawab “kgk, males”. Ketika ditanya alasannya aku menjawab “Gw ga sebaik itu ternyata Buk. Gw berpikiran kl gw nulis itu untuk mencerahkan tapi kenyataannya seringnya gw sarkas dengan tujuan menyakiti”. Saya sendiri merasa kalau saya adalah orang yang sangat tidak pedulian dengan lingkungan sekitar, begitu pula pendapat orang-orang terdekat saya, atau cuek dalam bahasa bekennya, “eh, cuek masih bekenkan sekarang? Apa udah ada kata-kata gaul baru? Jangan sampe anak jaman now ga ngerti maksud gw!”. Saya memang suka membaca berita politik beberapa tahun terakhir. Sebelumnya sih “sabodo teuing” kalau kata orang batak. Walau selalu mengikuti berita tetapi saya tidak ambil pusing dan tidak menyimpan harapan pada presiden yang luar biasa awesome sekali bisa memimpin negara sambil berkuliah doktor dan menelurkan lima album dalam sepuluh tahun pemerintahannya. Hanya setelah itu saya mulai “agak” sedikit perduli karena punya sedikit harapan. Eh, tak dinyana tak diduga niat “baik” saya untuk meluruskan pemberitaan dari para hoax terbawa dalam hati sehingga saya melakukannya dengan menggunakan tulisan-tulisan sarkasme, awalnya sih saya “merasa” seperti sedang berusaha “menggugah” logika teman-teman saya yang berbeda pendapat dengan saya. Kebetulan semuanya sekolah tinggi-tinggi, jadi menurut opini saya “logika saya pasti bisa masuk ke mereka”. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya yaitu “logika saya tetap gak masuk dan sepertinya mereka sakit hati dengan saya”.

Permainan kata-kata sendiri bagi saya adalah susah-susah gampang, di satu sisi saya dapat dengan mudah membaca maksud sebenarnya dalam setiap untaian kata-kata indah yang tertulis ataupun terucap di sisi lain saya sangat sulit membuat sebuah kalimat dengan halus, renyah, dan ringan tetapi pesan saya tetap bisa disampaikan. Kalimat saya lebih sering to the point tanpa basa-basi (maklum darah batak 100%) jikapun saya menggunakan analogi-analogi yang lebih sering keluar adalah kalimat-kalimat bernada sarkasme yang sinis dan menusuk. Tulisan atau perkataan saya yang pertama keluar cenderung “terlalu” jujur tanpa usaha untuk memolesnya.

Kembali ke kekuatan kata-kata, saya ingin agar kata-kata yang keluar dalam tulisan atau ucapan saya bisa merubah hidup, menginspirasi, membuat dunia menjadi lebih indah dan menyembuhkan hati yang luka, bukannya menjadi racun, menyakiti, menghambat, dan mempermalukan. Tetapi saya masih belajar, belajar bagaimana caranya bicara jujur tanpa menyakiti hati orang. Bagaimana cara beragumen tanpa menyenggol perasaan, mengiris ego, dan membangunkan orang yang sedang bermimpi. Seorang teman pernah berkata “yah kalau Sam berdiskusi mengedepankan fakta sementara ada juga yg berdiskusi untuk sinergi”.

  • Tulisan ini rencananya diposting tgl 11 November 2017 berhubung proses pembelajaran maka melalui berulang kali proses review dan edit semoga tidak mengurangi nilai kejujuran dan maaf jika masih terkandung sarkasme di dalamnya.

Paddy Field

Birds sing a song cheerfully among the field
Light of sun come in through the field
Farmers and people walk through and across the field
Butterflies are flying up in the field

I imagine the smells paddy field in the morning
I took deep breath among paddy field
How solemn and fresh the nuance of it
So I can remember the time we made

Paddy field made me realize the time went by  
The picture of God the almighty revealed
Many people work in the paddy field
They made a fortune for themselves and others

Morning breeze in the paddy field was so amazing
The perfume of green grass stimulated the soul of mine
Now, paddy field has become a scarcity venue
Paddy field, I miss you with someone that I can share 

#inspirasialam
##nuansabatin


Puisi ini dapat dilihat juga pada laman : 

COCO

"Kejujuran itu menyakitkan, tapi kebohongan bisa membunuh"


Tulisan ini terinspirasi dari film yang berjudul "COCO". Tadinya saya sudah malas untuk ikutan nonton film ini. Pertama, harga tiketnya mahal hehehe. Kalau nonton sekeluarga itu hitungannya di kali empat, jadi kalau harga satu tiket lima puluh ribu rupiah berarti saya eh istri saya harus keluar uang lima puluh ribu di kali empat atau dua ratus ribu rupiah. Pilihan efisiensinya, yang nonton hanya mama dan adek, kakak dan adek, papa dan adek atau mama, kakak dan adek. Terakhir kombinasi mama dan adek nonton film "My Little Pony" berakhir dengan pandangan kosong mama menatap layar, ngunyah popcorn sambil bilang "bagus", sementara si adek menonton dengan mata berbinar-binar bahagia. Kemarin itu, tidak ada kesepakatan kombinasi efisiensi, sehingga terpaksalah kami berempat nonton film pilihan si adek. Alasan kedua mengapa saya malas nonton adalah karena saya selalu tertidur di bioskop. "Papa parah" komentar si adek karena saya tidur pas nonton film Batman Lego Movie, karena dia tahu banget kalau papa-nya penggemar Batman. Kan eman-eman sudah bayar tiket malah ketiduran di dalam. Akhirnya, diputuskan kami tetap nonton berempat, itung-itung nyenengin si adek yang udah seminggu ditinggal papanya ini ke Yogya.
.
Ternyata film-nya menarik juga. Bercerita tentang seorang anak kecil bernama Miguel yang merasa 'dikutuk' karena lahir dan tinggal di keluarga pembuat sepatu sedangkan dirinya merasa lebih cocok menjadi musikus. Di keluarga Mama Coco (nenek buyut Miguel), musik adalah sesuatu yang diharamkan setelah sang Papa meninggalkan keluarga demi musik. Jangankan musik, menyebutkan nama sang Papa saja adalah hal yang tabu, bahkan foto sang Papa yang terpajang di ofreda (semacam ruangan pemujaan)-pun tidak tampak wajahnya karena disobek dengan penuh kebencian.
.
Mengambil setting perayaan dia de los muertos atau perayaan hari orang mati di Meksiko, cerita film mengalir cepat. Logika penonton diarahkan ke sosok Ernesto De La Cruz, seorang pemusik legendaris yang diidolakan si kecil Miguel. Ernesto tidak saja menginspirasi dengan suara dan permainan gitarnya tetapi juga dengan lagu-lagu dan kata-kata motivasinya. Banyak sekali kata-kata motivasi Ernesto seperti "seize the moment", "no one was going to hand me my future.." dan lainnya yang semakin menguatkan Miguel untuk menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pemusik. Keajaiban pun membawa Miguel ke "Land of the Dead"  yang akhirnya menguak tabir misteri keluarganya selama ini, sekaligus memperdaya logika awal penonton.
.
Saat menonton film ini saya membuat rekor baru: tidak tertidur di bioskop. Entah karena sudah kenyang tidur pas di Yogya atau karena jalan cerita yang menarik. Yang jelas banyak sekali pesan yang saya tangkap dari film ini.
.
Awalnya saya menduga bahwa film ini akan berakhir klise. Seorang anak yang memberontak dari keluarganya, determinasi yang tinggi ditambah dengan motivasi-motivasi dari sang idola mampu membuatnya mewujudkan impiannya, dan akhirnya keluarganya mengalah dan mampu menerima pilihan sang anak, that's it.  Tapi ternyata meskipun ending-nya kurang lebih sama, pesan yang disampaikan lebih dari itu. 
.
Kejujuran itu menyakitkan. Ketika kejujuran itu didapat si kecil Miguel, seketika hatinya sakit. Angan-angannya hancur. Impiannya musnah. Sang Idola yang selama ini telah menginspirasinya, tak lebih dari seorang pendusta, seorang opportunist yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ketenaran dan nama besar. Apa yang dilakukan oleh Ernesto tentunya bukan hal baru dalam kehidupan sehari-hari. 'Mencuri' ide adalah sah-sah saja, bukankah memang tidak ada sesuatu yang baru di muka bumi ini?. Ernesto tidak pernah menciptakan lagu sendiri. Lagu-lagu yang dinyanyikannya adalah lagu ciptaan sahabatnya, yang harus kehilangan nyawa dan keluarga demi ambisi Ernesto. Pertanyaan yang kemudian timbul di benak saya adalah ketika semua kebohongan Ernesto terungkap lalu semua yang telah dilakukannya menjadi sia-sia. Dia dicemooh dan akhirnya dead for good. Landmark  yang dibangun khusus untuknya pun yang awalnya bertuliskan Remember Me kemudian diganti menjadi Forgotten. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang selama ini telah terinspirasi dengan hidupnya? berapa banyak hidup orang yang berubah menjadi baik karena kata-kata yang disampaikannya?. Entahlah. Apakah beda nilainya seorang yang bertobat karena mendengar nasihat seorang ustadz atau mendengar nasihat seorang penjahat?.
.
Kebohongan dapat membunuh. Mama Coco harus berbohong berpuluh tahun, mengingkari hatinya yang sangat merindukan sosok sang Papa. Papa yang selalu memainkan gitar dan bernyanyi untuknya. Lagu rahasia yang khusus diciptakan untuk Coco kecil, yang membekas dalam hati sanubarinya hingga di usia senjanya. Kebohongan yang harus dipelihara demi keutuhan keluarga besarnya. Kebohongan itu tidak saja membunuh kerinduan Mama Coco, tapi juga membunuh sang Papa di "Land of the Dead". Kebahagiaan para orang mati untuk berkunjung ke tanah orang hidup, menemui orang-orang terkasih-nya akan hilang ketika tidak ada satupun orang yang ingat kepadanya dan memajang fotonya di ofreda. Pesan yang sangat kuat dan menyedihkan bahwa seseorang itu dikatakan mati bukan karena nyawa telah hilang dari tubuhnya, bukan karena telah dikubur, dibakar atau dilarung. Seseorang dikatakan mati apabila tidak ada seorangpun yang mengingatnya, forgotten.
.
Keluarga adalah hal yang terpenting dalam hidup ini. Perbedaan dalam hal apapun tidak dapat dijadikan pembenaran untuk meninggalkan keluarga. Perbedaan adalah suatu keniscayaan, bukan sesuatu yang harus dihilangkan tetapi sesuatu yang harus bisa dipahami dan ditoleransi dalam suatu ikatan keluarga. Perbedaan bukanlah suatu alasan untuk mengucilkan satu anggota keluarga, perbedaan bukan pula alasan untuk tidak mendengarkan suara. Perbedaan yang dikuatkan dalam satu persaudaraan, satu keluarga, justru memberikan warna dan membentuk satu kekuatan bersama.
.
Manfaatkan setiap kesempatan, ambil setiap peluang. Once never comes twice, begitu kata pepatah. Kesempatan tidak akan datang dua kali, sehingga kita tidak boleh menyia-nyiakan setiap kesempatan. Namun demikian, harus diingat, setiap kesempatan yang kita ambil tentunya membutuhkan suatu pengorbanan?. Bukankah setiap kita mendapatkan kenikmatan ada kenikmatan lain yang dicabut dari kita?. Bijak mungkin adalah kata yang tepat. Bijaklah terhadap setiap kesempatan yang datang. Saat sang Papa tidak bijak dan mengambil kesempatan untuk meraih kesuksesan bersama Ernesto, sang Papa tak sadar telah mengorbankan seluruh kehidupannya. Butuh banyak generasi dan keajaiban sebelum akhirnya sejarah dapat diluruskan. 
.
Kaget juga ketika di akhir film saya menyadari bahwa tiga orang cewek di samping saya semuanya meneteskan air mata. Wajar memang, saya pun sebenarnya terharu namun berhasil mengendalikan diri untuk tidak menangis. Dalam hati saya berharap, pesan-pesan moral yang disampaikan film ini dapat dicerna dengan baik oleh anak-anak, ya minimal suatu saat saya bisa mengingatkan mereka tentang nilai-nilai baik dari film ini. Mengingatkan mereka bahwa mencintai saudara/orang tua adalah hal yang tidak terbatas waktu, tidak berbatas nafas dikandung badan. 


Jakarta, 11 Desember 2017


Bandara Pagi

Lorong lorong besar tampak terang menyala. Melawan langit yang masih gelap dengan hitamnya. Derap alas kaki sudah menggema besenandung bersama bunyi gesekan roda kecil di atas lantai yang memantulkan bayangan. Hiruk pikuk mulai berbisik perlahan berisik. Bertolak belakang dengan lirih dengkuran sosok-sosok tergeletak di bangku panjang berjajar.

Lantunan suci panggilan subuh telah berkumandang. Langkah-langkah terpusat menuju arah tempat sembahyang. Suara kucuran air berdampingan mengalir dari "padasan". Wajah-wajah teduh berhias air wudhu tampak sudah bersiap menghadap Pencipta. Bergegas membentuk shaf demi meraih derajat yang berkali lipat.

Perlahan atap dunia mulai berganti warna. Tanda sang surya beranjak dari tidurnya. Papan elektronik besar dengan tulisan bersusun kekuningan bergerak menampilkan informasi bagi beberapa orang yang mendongak perhatian. Tak lama suara empuk dari pengeras suara bersahutan bergantian membawa pengumuman.

Di sudut kejauhan berdiri seorang tegap berseragam. Di sisi lain tersuguh paras cantik bersolek, juga berseragam. Barisan manusia mengular di salah satu pintu yang tertulis 'keberangakatan'. Secarik kertas atau perangkat pintar yang ditunjukkan, nampak jadi syarat diperbolehkan menembus gerbang. Di sekitarnya, lampu-lampu toko mulai dinyalakan, gerai mulai dinaikkan. Aroma penggugah perut juga melai menjalar.

Besi bersayap terbang pergi dan pulang. Lautan aspal dihiasi titik titik warna hijau menyala, ada yang berdiri membawa isyarat, ada yang tampak bergerak mengendarai mobil bergandengan. Ada pula titik-titik tampak berjalan perlahan, meniti tangga beroda, memasuki perut si burung besi. Bus-bus juga nampak lari berkejaran di hamparannya. Senyap, tak ada suara dari balik kaca, ternyata bising dari balik kaca yang lain.

Merdu pewara menghentak lamunan, memaksa beranjak menjadi titik-titik di balik kaca. Sesuai norma, itu tanda telepon genggam dicabut nyawanya sementara. 

Madu

Seekor kumbang melayang-layang
mendengung terdengar hentakan sayapnya
bunga warna warni berjajar dipandangi
sejenak hinggap di satu bunga
tak lama pindah ke bunga lainnya

Sang kumbang tampak bingung
Meski sebenarnya tak bingung
Bungapun tampak senang
Meski tak lama tak lagi senang
Mereka semua indah dari warnanya
Pun manis dari madunya

Hinggap sang kumbang di satu bunga
Tak biasa kini tampak agak lama
menenggak manisnya madu dari jantung sang bunga
Madu yang sama dengan lainnya
Manis yang serupa dengan lainnya
Tapi entah sang kumbang tak kembali terbang

Pagi kembali keesokan hari
Sang kumbang seperti biasa datang lagi
Masih terdengar dengungan di antara jajaran bunga
Namun beda dari yang sudah
Sang kumbang mantap menuju sang bunga
Bunga yang sama dengan kemarin
Sepertinya dia sudah menemukan madunya..

Konvensional Bin Syariah: Perbankan di UK


Konvensional Bin Syariah: Perbankan di UK

Judul tulisannya sedikit provokatif, namun memang inilah yang saya alami saat ini pada saat kuliah di UK. Sebenarnya waktu dulu kuliah di Jepang, saya menggunakan akun bank lokal yang sama sistemnya dengan di UK yaitu konvensional bin syariah.

Kenapa saya sebut konvensional bin syariah?

Sebelum menjawab pertanyaan ini mari kita lihat dulu system perbankan di Indonesia terutama yang konvensional dan terus terang saya hanya punya akun bank yang bukan syariah. Di akun ini terdapat biaya administrasi bulanan untuk rekening dan administrasi kartu yang kalau di jumlah totalnya Rp13.000. Terdapat buku tabungan yang kalau kita ganti buku kena biaya Rp10.000. Terdapat biaya transfer antar bank sejumlah Rp6.500. Kalau mau menggunakan layanan SMS banking kena charge sebesar biaya SMS antar operator (biasanya Rp500) per SMS. Ngambil uang sendiri di ATM yang berbeda banknya kena biaya. Kalau mau layanan e-banking, kita selaku nasabah kudu daftar dulu di KCP terdekat. Kalau ingin print rekening koran harus ke KCP itupun untuk transaksi 3 bulan terakhir, lewat dari itu sudah tidak bisa atau bisa tapi ada biaya tambahan. Mau transaksi sama ritel pake mesin EDC kena fee, walau sudah makin banyak yang gratis, itu juga gak semua kartu debit bank bisa dan mayoritas ada S&K supaya gratis.

Sekilas terlihat bahwa biaya-biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk memberi layanan maksimum kepada nasabah. Tentu saja beberapa nasabah ada yang menganggap biaya segitu ya wajar dan gak seberapa walaupun ada juga mungkin yang ngegerutu tapi suka gak suka ya kudu nerimo.

Selain biaya tersebut, rekening konvensional juga mendapat tambahan bunga dan tentu saja bunga tersebut terkena pajak 20%. Walaupun banyak orang berpendapat bahwa menerima bunga itu riba (dan saya juga setuju), cuma kalau dipikir-pikir kalau tidak ada bunga ya sebagai nasabah saya cuma nyawer doank dong ke bank, lha tiap bulan minimal kena Rp13.000. Kalau gaji diatas Rp10 juta sih masih OK karena bunga minus pajak masih menutupi biaya admin bulanan, lha kalau gaji cuma UMR lebih dikit ya bisa BEP aja sukur, gimana yang cuma UMR, paling cuma bisa ngelus dada doank.

Bagaimana dengan akun bank syariah?

Berhubung saya bukan nasabah bank syariah, saya cuma bisa dapat informasi dari ibu saya yang kebetulan nasabah bank syariah. Dan memang bank syariah menggunakan system bagi hasil untuk rekening kita. Walaupun namanya bukan bunga tapi bau-bau ribanya masih bisa kecium karena logikanya apabila ada investasi bank yang merugi maka si nasabah ikut nanggung juga kerugiannya yang berakibat pada rekeningnya yang dipotong. Tapi pada prakteknya saya belum pernah dengar ibu saya mengeluh rekeningnya di potong atau mungkin juga bank gak pernah rugi dalam berinvestasi?? Tentu saja terdapat biaya administrasi dan kawan-kawannya. Dalam hal ini 11/12 lah sama akun bank konvensional.

Bank syariah juga mengenal akun yang gak dapat imbal hasil alias gak akan ‘berbunga’ dan tentu saja tidak kepotong biaya juga. Nah, ini baru fair, namanya nasabah nyimpen uang di bank ya cukup uangnya aman tersimpan saja, gak usah ada embel-embel nambah atau kena biaya admin. Tapi tentu saja biaya ‘persaudaraan’ masih ada seperti biaya terbit buku (rekening koran), biaya transfer antar ATM, biaya mobile bankingnya, biaya ngambil duit di ATM yang bukan banknya serta biaya transaksi pakai mesin EDC (walau tidak semua).

Bagaimana dengan di UK?

Sebenarnya hampir sama dengan akun bank saya waktu kuliah di Jepang yaitu sama-sama akun bank konvensional, sama-sama tidak berbunga, sama-sama tidak ada biaya admin dan tentu saja sama-sama tidak ada biaya ‘persaudaraan’. Weleh ternyata akun bank konvensional di negeri yang penduduknya mayoritas gak kenal Tuhan malah lebih syariah daripada akun bank yang syariah di kampung halaman yang hanya manusia aneh lah yang gak ber Tuhan.

Tentu saja untuk kasus di UK, akun bank yang berbunga juga ada, tapi disebutnya business account dan setiap orang bebas memilih untuk memiliki business account atau hanya personal account seperti yang saya punya.  Ngambil duit di ATM masih ada yang kena biaya tapi so far susah saya nyari ATM yang masih mungut biaya karena hampir semua free walaupun bukan ATM bank saya. Setiap buka rekening, nasabah otomatis mendapat kartu debit (dan berlogo visa) yang bisa dipakai untuk transaksi online kapan saja, dimana saja tanpa biaya kartu dan dapat bonus berupa card reader.
Terus koq bisa begitu?

Hanya 1 kesimpulan saya, yaitu perbankan di UK jauh lebih efisien daripada perbankan di Indonesia. Gimana gak efisien, saya gak punya buku tabungan, kalau butuh rekening koran ya silakan print sendiri pakai akun e-banking saya.

Bagaimana daftar e-banking nya?

Ya namanya e-banking ya cukup modal komputer sama akses internet. Gak perlu datang ke KCP, malah datang kesana disuruh ngerjain sendiri dan di kasih tau bahwa buatnya sangat mudah dan memang sangat mudah. Bahkan untuk mobile banking, tinggal pakai apps nya saja yang bisa di unduh di playstore dan dengan apps ini saya bisa cek rekening sekaligus transfer ke rekening mana saja, gratis..tis..tis..

Bagaimana dengan system keamanan?

Di sini system perbankannya sudah sangat efisien, sebagai contoh untuk transaksi seperti rental mobil atau nginep di hotel dimana kita butuh deposit, maka dengan kartu debit bank kita bisa langsung ditahan sejumlah uang dalam rekening sebagai deposit. Dan jika seandainya deposit kita berkurang dan terjadi perselisihan antara kita dengan si vendor, maka bank akan ada dipihak kita dengan mengembalikan uang deposit tersebut karena tergolong sebagai 'unauthorised transaction'. Bahkan apabila kita salah melakukan transfer saja, apabila masih dalam hari yang sama bisa kita anulir, tentu saja prosedur agak ribet untuk kasus ini.

Dalam hal ini nasabah sebagai customer benar-benar di perlakukan seperti raja.

Tentu saja untuk kasus-kasus luar biasa seperti kena hipnotis atau kartu di tuker sama copet di ATM, yaah ini sih walahualam ya. Kalau disini semua bentuk kejahatan urusannya ya dengan polisi bukan sama bank lagi. Tapi kembali lagi bank ada di pihak kita bukan malah balik nyalahin customer kalau kejahatan terjadi sama mereka, karena jika kita curcol sama petugas 'CS' nya biasanya dia akan kasi solusi ke nasabah

Tentu saja efek dari efisiensi ini berujung kepada hal lain, yaitu penutupan KCP dan mungkin pengurangan jumlah pegawai. Saya baru saja dapat surat pemberitahuan kalau KCP bank yang di kampus akan tutup pertengahan tahun depan. Tentu saja dengan kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan, saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan penutupan tersebut. Dengan penutupan ini pun maka bank juga telah melakukan efisiensi dengan berkurangnya biaya sewa tempat dan tentu saja biaya gaji pegawai (dengan asumsi adanya pengurangan jumlah pegawai).

Menjadi pertanyaan buat saya. Mungkinkah model perbankan seperti ini di tiru di Indonesia? Sehingga tidak perlu ada lagi dikotomi syariah ataupun konvensional karena toh sistemnya sudah tidak mengandung riba dan kawan-kawannya. Sehingga nasabah bebas memilih mau buka akun yang berbunga atau tidak di semua bank dan bebas biaya ‘persaudaraan’ juga.

Tentu saja jika ada pertanyaan ‘bagaimana dengan munculnya pengangguran sebagai akibat efisiensi tersebut?’ Ya sama dengan jawaban saya apabila ada kejahatan terjadi terhadap rekening nasabah dimana kejahatan adalah urusan polisi bukan bank, sama seperti munculnya pengangguran ya.. itu urusannya pemerintah, bukan urusan bank.

 

Sekedar intermezzo, teller di sini tidak menghitung uang kertas gepokan dengan menggunakan jari jemari atau alat penghitung melainkan pakai timbangan dan akurat. Kira-kira mata uang rupiah bisa gak ya pakai timbangan untuk dihitung?