“Wuaahh...akhirnya selesai juga,”
aku menatap tumpukan Kertas Kerja RKA-KL beserta data dukungnya yang telah
kutandai bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Juga telah kusiapkan resume
perbaikan yang harus dilkaukan. Ini adalah satker terkahir yang belum
kuselesaikan. The last but not the least...paling
akhir tapi petugas-petugasnya yang paling susah mengerti kalau dijelaskan dan
besok adalah batas terakhir penelaahan. Mas Ridho teman sebelahku hanya
melirik sambil tersenyum, “Wah, udah siap karnaval nih RKA-KL-nya.”
Mas Ridho sering meledek aku karena
kebiasaanku memasang kertas sign it berwarna
warni pada bagian-bagian dokumen yang memerlukan perbaikan.
Waktu sudah mendekati pukul 17.00
dan meja segera kubereskan agar tak ber”berkas” lagi. Aku memang lebih suka
pulang tepat waktu daripada menunda pekerjaan dan menyelesaikan setelah jam
kerja alias lembur. Tiba-tiba perasaanku tidak enak, terasa ada yang
memperhatikanku dari sisi sebelah kiri. Kupalingkan wajahku ke kiri dan...benar
saja !! Seraut wajah yang terlihat kusut
menatapku dari ruang kaca di sebelah kiri lalu melambaikan tangannya.
“Arrgghhh.. bakalan gagal pulang
nih,” kataku dalam hati. Kasubditku tercinta ini memang punya hobi yang agak
unik. Beliau suka mengajakku diskusi tentang apa saja menjelang jam pulang,
khususnya kalau di mejanya sudah tidak ada lagi konsep nota yang harus
diperiksa atau surat masuk yang harus didisposisi. Biasanya aku terselamatkan
oleh adzan Maghrib. Beruntunglah aku tinggal di Indonesia tercinta yang adzan
maghribnya berkumandang dengan indahnya di kisaran pk.18.00. Tak bisa
kubayangkan kalau aku tinggal di Azerbaijan atau Usbekhistan atau negara lain yang
waktu sholat maghribnya pada waktu-waktu tertentu baru masuk sekitar jam sembilan
malam. Kalau itu terjadi bisa-bisa aku pulang hampir tengah malam.
“Siap
Pak, apa yang harus saya kerjakan,” ujarku sambil duduk dihadapannya.
Hal yang
sama yang selalu kukatakan setiap ada panggilan diskusi menjelang petang. Pak Rusdi hanya menyodorkan selembar surat dan
perintahnya singkat, “Baca!”
Kuambil surat tersebut, mataku
terbelalak membaca kop surat tersebut. Sebuah surat panggilan permintaan
keterangan alias pemeriksaan dari institusi penegak hukum untuk besok pagi !!
“Panggilannya ditujukan kepada
Pak Dirjen, hanya Beliau tidak bisa hadir karena masih berada di luar kota.
Barusan Pak Direktur minta saya mewakili karena besok Beliau ada rapat yang
tidak bisa ditinggalkan,” kata Pak Rusdi menjelaskan.
“ Kasus ini mengenai beberapa
kegiatan fiktif yang kejadiannya sekitar 8 tahun yang lalu,” lanjutnya lagi.
“Waktu kejadian itu bahkan saya
belum bertugas di sini. Mungkin kamu juga masih baru waktu itu. Coba kamu catat
dokumen-dokumen yang perlu saya bawa besok pagi dan tolong kamu siapkan malam
ini juga,” kemudian Beliau mendiktekan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Panggilan sore ini begitu singkat
tetapi berdampak sistemik. Kalau biasanya selesai saat waktu sholat Maghrib dan
setelah sholat aku bisa pulang, kali ini pertemuan tidak sampai 10 menit tetapi
bisa dipastikan untuk menyelesaikan arahan Beliau butuh waktu cukup lama.
Untung saja setiap dokumen selalu aku “scan” dan kubuat pertelaahan agar mudah
mencarinya. Juga untuk regulasi-regulasi sudah kubuatkan dalam bentuk file pdf
secara tematik berurutan dari tahun ke tahun. Hal ini sudah menjadi kebiasaan
pada subdit kami Alhamdulillah..seluruh
dokumen yang diperlukan ada pada arsip digital
subdit kami. Sekitar pukul 20.00 semua berkas telah aku copy dan aku letakkan di meja Pak Rusdi.
Keesokan
paginya ketika aku sedang mempersiapkan rapat penelaahan RKA-KL tiba-tiba
terdengar suara, “Ki, ke ruangan sebentar.”
Aku pun bergeas ke raungan Pak
Rusdi. Lalu Beliau beranjak dari kursinya sambil berkata, “Ikut saya menghadap
Direktur. Bawa itu sekalian !” katanya sambil menunjuk berkas yang telah
ku-copy semalam. Aku pun mengikuti Beliau menuju ruang Direktur.
“Memang
ini bagian dari tanggung jawab kita dalam membina K/L. Meskipun kita tidak
terlibat di dalamnya tetapi secara moral kita tetap bertanggng jawab atas apa
yangterjadi di K/L. Dalam melkaukan pembinaan kepada K/L sebaiknya kita tidak
hanya memberikan pengertian mengenai sistem penganggaran tetapi juga
mengingatkan mereka untuk tidak melakukan pelanggaran. Bisa juga kita kasih
contoh kasus-kasus yang pernah terjadi supaya mereka sadar apa akibatnya kalau
melakukan pelanggaran. Urusannya bukan hanya dengan auditor tetapi juga dengan
penegak hukum. Tidak apa-apa, ini akan jadi pengalaman baru untuk kamu Ki,”
kata Direkturku sambil tersenyum menatapku. Aku agak terkejut mendengar
perkataan Direkturku tadi. Keterkejutanku pertama, karena ternyata beliau tahu
namaku. Aku kira aku tidak dikenal atau bahkan namaku sudah terlupakan karena
selama sembilan tahun bekerja aku belum pernah dimutasi sementara teman-temanku
yang lain telah mengalami tour of duty,
bahkan ada yang telah mengalami 2 kali mutasi. Keterkejutanku yang kedua,
karena Beliau menyampaikan arahannya kepadaku bukan kepada Pak Rusdi. Sambil
masih agak terkejut disertai sedikit kebingungan juga, aku kembali mendengarkan
arahan Direkturku mengenai beberapa hal yang diperhatikan ketika menjawab
pertanyaan penegak hukum. Disamping itu Beliau juga menceritakan
pengalaman-penaglaman Beliau ketika diperiksa pengeak hukum baik sebagai saksi
kejadian maupun saksi ahli.
Selesai mendapat arahan Direktur
aku dan Pak Rusdi kembali ke ruangan dan Beliau meminta aku dan Mas Antok,
kepala seksiku, untuk bersiap-siap mendampingi Beliau. Aku masih sedikit
bingung, bukan karena harus mendampingi dalam pemberian keterangan /
pemeriksaan, tetapi lebih karena hari ini adalah batas akhir penelaahan, sedangkan
masih ada 1 satker yang belum kutelaah. Aku tidak berani menyampaikan hal tersebut
kepada Pak Rusdi dan berharap Mas Antok yang akan melaporkan. Akan tetapi
ternyata hal itupun tak dilaukannya. Tiba-tiba
seseorang menepuk bahuku sambil berbisik,” Tenang Bro, biar urusan RKA-KL aku
yang beresin. Asal jangan lupa contekannya ditinggal juga. Jangan dibawa!”
bisik mas Ridho sambil tersenyum.
“Makasih Mas, gak enak nih jadi
ngerepotin,” bisikku setengah mendesis.
“Santai aja, kamu kan juga sering
bantuin aku kalau sedang banyak kerjaan. Kita ini satu tim, kita harus saling
isi, saling tolong menolong. Nikmati aja perjalananmu,” katanya lagi sambil
nyengir kuda.
Aku hanya bisa
mengangguk-anggukan kepala sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
Aku berjalan tergopoh-gopoh
berjalan mengikuti Pak Rusdi dan Mas Antok sambil membawa berkas yang lumayan
berat yang ku-copy semalam. Di lobby
sudah menunggu Pak Arham dari bagian Kepatuhan Internal dan Bantuan Hukum yang bertugas
mendampingi.
“Pakai mobil saya saja.” Kata Pak
Rusdi.
Mengingat aku yang paling junior dan
aku pula satu-satunya yang bukan pejabat struktural maka kutawarkan diriku
untuk mengemudikan mobil Pak Rusdi. Lengkap sudah tugasku hari ini,
angkut-angkut barang lalu menjadi driver, setelah sebelumnya semalam
menjadi tukang foto copy. Mungkin
memang ini konsekuensi menjadi pegawai paling junior. (Bersambung)