Pagi itu suasana sekolah berlantai tiga yang berada
dipinggir jalan raya terlihat ramai. Beberapa murid yang baru tiba segera masuk
melalui gerbang utama. Disamping kanan terdapat sebuah lapangan olahraga yang
cukup luas. Sekelompok murid terlihat sedang duduk santai di bawah pohon yang
berada dipinggir lapangan sambil bercengkerama.
Mobil yang dikendarai Bram berhenti didepan gerbang utama
sekolah. Beberapa detik kemudian Ratih membuka pintu mobil lalu pamit kepada
kakaknya. Setelah memastikan adiknya masuk, Bram melanjutkan perjalanan menuju toko.
‘Toko Pakaian -
Barokah, menyediakan Pakaian Muslim/Muslimah dan perlengkapan shalat’,
demikian isi tulisan yang menempel pada sebuah Papan Nama di atas pintu toko.
Pagi itu pelanggan mulai ramai berkunjung. Beberapa dari mereka membeli perlengkapan
shalat maupun busana muslim. Bram turut melayani, sesekali ia yang mengambil
barang permintaan pelanggan. Ditengah kesibukannya, tanpa ia sadari seorang
wanita membuka pintu toko kemudian menyapa Bram.
Dialah Kinasih, seorang wanita berparas cantik dengan
balutan busana muslimah yang terlihat fashionable.
Kecantikannya membuat siapapun yang memandangnya merasakan keteduhan.
“Assalamu’alaykum, permisi mas, saya mau mencari jilbab dengan
model seperti ini” tanya Kinasih sambil memperlihatkan gambar contoh jilbab yang
sedang dicari.
“Wa’alaykumsalam, oh… ada Mba, mohon ditunggu” jawab Bram kemudian
berjalan menuju lemari kaca disudut ruangan toko.
Ketika Bram sedang mengambil barang, salah satu pegawainya
menyapa Kinasih. Rupanya ia sudah sangat mengenalnya.
Beberapa saat kemudian…
“Ini koleksi jilbabnya, Mba, silahkan dipilih warna atau corak
yang Mba inginkan?” ucap Bram kemudian sambil menyodorkan koleksi jilbab yang
masih terbungkus rapih di dalam kantong plastik bening.
Setelah melihat satu persatu, Kinasih menetapkan pilihannya.
“Saya pilih yang ini saja, berapa harganya?” tanya Kinasih
kemudian.
“tujuh puluh ribu, Mba” jawab Bram dengan senyum yang
terlihat agak canggung.
“Baik, saya ambil tiga” ujar Kinasih sambil tersenyum.
Bram segera membungkus jilbab pilihan Kinasih lalu
menyerahkannya.
Setelah memberikan sejumlah uang kepada Bram, Kinasih pamit.
“Terimakasih sudah bersedia berkunjung ke toko kami. Semoga
pelayanan kami tidak mengecewakan” ucap Bram yang berusaha menyembunyikan rasa
canggungnya.
Mendengar ucapan Bram, Kinasih tersenyum kemudian segera
balik badan menuju pintu. Bram yang sedari awal terlihat canggung hanya terdiam
ditempat dimana dia berdiri, dan baru tersadar setelah salah satu pegawai memanggilnya.
Kehadiran Kinasih rupanya
mengusik hati Bram. Entah kenapa jantungnya terasa berdebar. Bahkan hingga
menjelang sore, pikirannya selalu tertuju pada sosok Kinasih. Bram berusaha mengusir
perasaan itu, namun rasa itu terlalu kuat menancap di hatinya.
Menjelang sore, Bram pamit pada para pegawai untuk menjemput
adiknya. Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai Bram meluncur menuju
sekolah. Sesampainya di depan gerbang utama, Ratih sudah menunggu. Kemudian
keduanya meluncur pulang.
Malam hari setelah shalat Isya berjama’ah di masjid, Bram
pulang lalu pamit kepada Ibunya untuk masuk kamar. Ia merebahkan tubuhnya di
atas tempat tidur sambil menatap langit kamar. Sesekali ia terlihat tersenyum
seperti ada sesuatu yang menggodanya. Beberapa menit kemudian ia mematikan
lampur, berdoa lalu tertidur hingga waktu subuh menyapa.
Sejak Kinasih berkunjung ke toko beberapa hari yang lalu, kini
Bram sering terlihat termenung. Sesekali tatapannya menuju ke arah pintu toko
seperti sedang menantikan kehadiran seseorang. Tanpa ia sadari, salah satu pegawainya
yang senior perlahan mengamati perubahan perilaku Bram. Kemudian si pegawai
memberanikan diri untuk bertanya.
“Pak Bram, mohon maaf sebelumnya, boleh saya izin bertanya
sesuatu?”
“Oh… silahkan, Mas” jawab bram sedikit terkejut.
“Akhir-akhir ini, Pak Bram saya perhatikan sering termenung.
Apakah ada sesuatu yang menggangu pikiran Pak Bram?”
“Oh… Alhamdulillaah ndak, Mas, semua berjalan normal seperti biasa” jawab
Bram sambil tersenyum meyakinkan karyawannya.
“Syukurlah, saya hanya khawatir kalau Pak Bram sedang dalam
masalah”
“Terimakasih atas perhatiannya, kamu memang karyawan saya
yang baik” ujar Bram memuji.
“Kalau gitu, saya izin melanjutkan pekerjaan Pak!”
“Ya… ya… silahkan, saya juga mau keluar toko sebentar, mau
menanyakan pesanan gamis di toko Bahagia”
kata Bram sambil berjalan menuju pintu toko.
Namun, ketika Bram hendak membuka pintu toko, tanpa ia
sadari Kinasih sudah berdiri dibalik pintu sehingga Bram hampir menubruknya.
“Astaghfirullaah, maaf Mba, maaf… saya ndak melihat ada mba dibalik
pintu” ucap Bram penuh penyesalan.
“Ndak apa, Mas, saya yang salah, harusnya saya menunggu Mas
keluar dahulu” jawab Kinasih sambil tersenyum menahan tawa.
“Silahkan masuk, Mba. Ada pegawai saya yang akan melayani.
Saya keluar dulu mengambil barang pesanan” ucap Bram dengan rasa malu yang
disembunyikan.
“Terimakasih, Mas, silahkan” jawab Kinasih kemudian.
Kunjungan Kinasih di toko untuk yang kedua kali membuat Bram
semakin salah tingkah. Jantungnya kembali berdebar, bahkan lebih kencang dari
sebelumnya. Jika saat itu ada orang yang memperhatikan wajah Bram, maka ia akan
menemukan adanya perubahan warna kulit di wajahnya yang putih bersih.
Apakah Bram sedang jatuh cinta pada pandangan kedua?
***