Sore ini Iteung maksain aerobic di rumah diiringi lagu
dangdut Terajana. Kebayangkan aerobic model apa yang dilakoni Iteung. Cuma
nggak perlu dibayangin takutnya mual nanti.
Asyiknya memang nggak tanggung-tanggung nih aerobic diiringi
lagu dangdut. Serasa rumah lagi digoyang gempa dengan kekuatan 10 derajat Celsius.
Ow ow salah ya. Maklum waktu sekolah Iteung selalu bolos pas pelajaran
Geografi, jadinya buta hitung-hitungan gempa bumi.
“Terajana..terajana lagunya lagu India .” Lagunya bikin Iteung tambah lincah bergoyang
sampai abis meja dan lemari ketendang-tendang kaki Iteung. Lagu yang luar biasa
buat mengiringi aerobic sore ini. Sayangnya kurang pohon nangka aja buat
dipeluk-peluk.
“Ayo kang, ikutan!” Iteung teriak ngajak si Akang bergoyang.
Si akang nggak nyahut dari kamarnya. Udah seharian ini dia
asyik di kamar nonton film si Arnold Selau Segar yang judulnya Terminal apa
gitu, Mungkin Terminal Pulogadung. Iteung nengok sebentar ke kamar, eh kenapa
itu si Akang kok nangis di pojokan kamar kayak anak kecil nggak kebagian uang
jajan. Dengan berat hati, lagu Terajana Iteung pause dulu.
“Kenapa kang? Filmnya
bikin sedih? Masak film aksi-aksi bikin sedih sih?” Iteung pura-pura perhatian.
Si Akang geleng-geleng kepala.
“Terus kenapa kang? Jangan bikin Iteung kesel deh. Udah tua
juga masih aja nangis kayak anak kecil.” Mulut Iteung nggak tahan buat
ngomelin. Si akang nangis tambah
kenceng. Mungkin kalau nggak malu, guling-guling di lantai kali. Cuma
kucing-kucing di rumah lagi ngeliatin si Akang. Mungkin penasaran adegan apa
yang akan terjadi selanjutnya.
“Itu…itu.” Tangan si Akang nunjuk ke kamar mandi sambil
terisak-isak.
“Ada apa di kamar mandi?” Tanya Iteung penasaran. Ah si
Akang lagi nyoba-nyoba main drama detektif nih bikin teka-teki. Langsung Iteung
nyanyi lagu Teka-Teki nya Raisa.
“Sst…jangan nyanyi dulu deh. Siapa yang bersihin wc?” Mata
si Akang melotot ke Iteung.
“Diriku Akang. Yayangmu yang paling setia dan romantis
sekampung Kunyit Mekar ini.” Jawab Iteung berharap pujian dari si Akang.
“Lha ini kenapa botol kosong.” Tanya Akang lagi sambil
memegang botol dengan ukuran 100 ml
kalau Iteung nggak salah lihat.
Ah masak sih, botol kosong aja bikin nangis. Emang di botol
itu ada jinnya. Ada-ada aja si Akang ini.
“Oh itu, Air di botol itu Iteung pake buat nyuci wc biar
wangi. Akang sih tiap hari makan jengkol , nggak bosen-bosen. Kemarin semur
jengkol, hari ini balado jengkol. Jangan-jangan besok mintanya sop jengkol….”
Cerocos Iteung.
“Stop!!” Si Akang ngebentak Iteung.
Ih Akang tega, Iteung kok dibentak. Harusnya Iteung kan diperlakukan seperti Princess
Negeri Dongeng. Sungguh Akang teganya..teganya..teganya..teganya..teganya…
“ Ini minyak wangi Akang. Belinya jauh di Seattle, oleh-oleh
temen Akang yang sekolah disana.” Teriak
Akang yang suaranya ngalahin toa masjid.
Iteung garuk-garuk kepala soalnya sahabat-sahabat kecil
Iteung berlarian di kepala dengar teriakan si Akang. Iteung juga udah seminggu
nggak keramas lho.
“Akangku sayang, bukan salah Iteung juga kok kalau Iteung
ngebersihin wc pake air di botol itu. Lha itu tulisan di botol kan eau de
toilette, berarti bisa buat ngebersihin toilet. Akang aja yang aneh pembersih
toilet dipake buat pewangi badan” Iteung coba membela diri, sambil nyembunyiin
sikat wc. Takutnya si Akang khilaf, wajah Iteung yang mulus digosok pake sikat
wc. Mahal kan perawatan wajah. Apalagi salon neng Euis mah cuma nyiapin kosmetik impor dari Timor Leste.
“Iteunggggg…!!” Tiba-tiba aja si Akang udah
ngacung-ngacungin sapu lidi.
Yuuuk kabur…………………..