Persiapan
Si Akang ngajakin Iteung dinner nih. Ih, serasa melayang perasaan Iteung seperti layang-layang menari di angkasa.
"Sekali-kali kita adain candle light dinner, biar romantis." kata si Akang sambil senyam senyum penuh makna.
Sepertinya si Akang kesamber gledek deh. Nggak ada hujan atau angin ribut tiba-tiba ngajakin Iteung candle light dinner. Atau lagi dapat undian berhadiah panci. Apapun alasannya nggak penting. Yang penting Iteung bisa makan enak. Jarang-jarang Iteung dapat jackpot.
Kebayang steak wagyu saus barbeque dan minuman segar. Pokoknya Iteung mau pesan makanan paling mahal. Jarang-jarang si Akang mau ngemodal, apalagi ngajakin candle light dinner.
Karena istimewa, sebelum pergi dinner, Iteung dandan dulu biar bisa nyaingin Jenifer Aniston, idola si Akang. Iteung harus nunjukin juga kelas Iteung sebagai sosialita papan gilesan.
Iteung aduk-aduk isi lemari nyari baju paling pas buat candle light dinner. Akhirnya Iteung nemu baju yang pas. Baju yang penuh dengan manik-manik biar kelihatannya bercahaya. Pokoknya dandanan Iteung harus cemerlang bak langit penuh bintang. Sekalian juga mempraktekan kursus kecantikan di salon Ceu Euis.
Lihat kaca, Iteung pangling sama muka sendiri. Kok kayak dandanan pengantin. Terang benderang kayak lampu jalanan ibukota. Iteung berlenggak lenggok sambil maju mundur kejedot.
Iteung memilih sepatu high heels yang senada dengan tas herman Iteung. Tinggi sepatu Iteung selebar penggaris anak sekolahan. Tak lupa plester sebagai pertolongan pertama pada kelecetan atau P3K. Hmmm perfecto deliciouso....
"Akang, ayo kita let's go."
Cuma kenapa si Akang cuma pake kaos oblong. Gambar slankers pula. Perasaan Iteung nggak enak. Kenapa si Akang nggak pake tuxedo ya biar kayak mafioso Itali.
"Akang tuh mau makan bukan mau dilantik jadi pejabat." ujar Akang sambil menahan tawa.
Perjalanan
"Emang mau dinner dimana sih?" Iteung masih penasaran.
"Surprise lah."
Oke deh kang, Iteung nggak akan nanya lagi. Iteung bakalan ngikutin Akang.
Keluar rumah si Akang nyodorin helm. Iteung agak mikir kok dinner pake helm.
"Ayo." si Akang duduk di motor.
Iteung duduk sambil bengong. Mulai curiga nih.
Di tengah jalan, motor agak oleng. Ternyata ban depan kempes. Ya ampun....saat itu yang kebayang adalah keinginan untuk mencekik si Akang.
Iteung ngikutin si Akang dorong motor nyari tukang tambal ban. Sekilo, dua kilo belum tercium juga baunya bengkel tambal ban. Iteung mulai lelah jiwa raga, lahir batin. Iteung jinjing sepatu soalnya kaki Iteung keseleo. Harus manggil mpok Ipah nih, tukang urut langganan.
Sampai tukang tambal ban, kaki Iteung bengkak segede bola basket. Si Akang mencoba menghibur Iteung.
"Sabar ya." katanya sambil mengusap pipi Iteung. Ceritanya sih pengen menimbulkan efek romantis.
"Akaaang, itu jarinya item banget."
Tega banget sih ngerusak make up Iteung.
Akang cuma cengengesan lihat muka Iteung belepotan oli.
"Ayo!" ujar Akang setelah petugas bengkel selesai menambal ban.
Mulut Iteung maju 20 cm.
Ketika motor baru jalan, byuuur langit numpahin air ke bumi. Rasanya Iteung pengen guling-guling di kasur empuk. Pengen juga nanya sama pak hakim atau pak jaksa berapa lama hukuman buat orang yang jedotin orang ke tembok terus ditimpuk pake batu.
Akhir Kisah
"Kang, terus terang aja deh. Mau ngajakin Iteung makan dimana sih? Kok rasanya Iteung seperti lagi berjuang merebut kemerdekaan." tanya Iteung sambil mengusap pipi yang dipenuhi maskara luntur dicampur oli.
"Tuh." tunjuk si Akang ke arah gerobak sego kucing Bejo.
Ya ampuuun....Iteung dandan seharian cuma buat makan disini.
"Penipu..pu..pu." teriak Iteung bergema.
"Lha ini kan memang candle light dinner. Kita makan malam di temaram cahaya lilin." Si Akang menampilkan muka innocent.
Iteung cuma bisa cemberut sambil mengusap kaki yang bengkak.
Sosialita terluka........kakinya...
...................................................................
Si Akang ngajakin Iteung dinner nih. Ih, serasa melayang perasaan Iteung seperti layang-layang menari di angkasa.
"Sekali-kali kita adain candle light dinner, biar romantis." kata si Akang sambil senyam senyum penuh makna.
Sepertinya si Akang kesamber gledek deh. Nggak ada hujan atau angin ribut tiba-tiba ngajakin Iteung candle light dinner. Atau lagi dapat undian berhadiah panci. Apapun alasannya nggak penting. Yang penting Iteung bisa makan enak. Jarang-jarang Iteung dapat jackpot.
Kebayang steak wagyu saus barbeque dan minuman segar. Pokoknya Iteung mau pesan makanan paling mahal. Jarang-jarang si Akang mau ngemodal, apalagi ngajakin candle light dinner.
Karena istimewa, sebelum pergi dinner, Iteung dandan dulu biar bisa nyaingin Jenifer Aniston, idola si Akang. Iteung harus nunjukin juga kelas Iteung sebagai sosialita papan gilesan.
Iteung aduk-aduk isi lemari nyari baju paling pas buat candle light dinner. Akhirnya Iteung nemu baju yang pas. Baju yang penuh dengan manik-manik biar kelihatannya bercahaya. Pokoknya dandanan Iteung harus cemerlang bak langit penuh bintang. Sekalian juga mempraktekan kursus kecantikan di salon Ceu Euis.
Lihat kaca, Iteung pangling sama muka sendiri. Kok kayak dandanan pengantin. Terang benderang kayak lampu jalanan ibukota. Iteung berlenggak lenggok sambil maju mundur kejedot.
Iteung memilih sepatu high heels yang senada dengan tas herman Iteung. Tinggi sepatu Iteung selebar penggaris anak sekolahan. Tak lupa plester sebagai pertolongan pertama pada kelecetan atau P3K. Hmmm perfecto deliciouso....
"Akang, ayo kita let's go."
Cuma kenapa si Akang cuma pake kaos oblong. Gambar slankers pula. Perasaan Iteung nggak enak. Kenapa si Akang nggak pake tuxedo ya biar kayak mafioso Itali.
"Akang tuh mau makan bukan mau dilantik jadi pejabat." ujar Akang sambil menahan tawa.
Perjalanan
"Emang mau dinner dimana sih?" Iteung masih penasaran.
"Surprise lah."
Oke deh kang, Iteung nggak akan nanya lagi. Iteung bakalan ngikutin Akang.
Keluar rumah si Akang nyodorin helm. Iteung agak mikir kok dinner pake helm.
"Ayo." si Akang duduk di motor.
Iteung duduk sambil bengong. Mulai curiga nih.
Di tengah jalan, motor agak oleng. Ternyata ban depan kempes. Ya ampun....saat itu yang kebayang adalah keinginan untuk mencekik si Akang.
Iteung ngikutin si Akang dorong motor nyari tukang tambal ban. Sekilo, dua kilo belum tercium juga baunya bengkel tambal ban. Iteung mulai lelah jiwa raga, lahir batin. Iteung jinjing sepatu soalnya kaki Iteung keseleo. Harus manggil mpok Ipah nih, tukang urut langganan.
Sampai tukang tambal ban, kaki Iteung bengkak segede bola basket. Si Akang mencoba menghibur Iteung.
"Sabar ya." katanya sambil mengusap pipi Iteung. Ceritanya sih pengen menimbulkan efek romantis.
"Akaaang, itu jarinya item banget."
Tega banget sih ngerusak make up Iteung.
Akang cuma cengengesan lihat muka Iteung belepotan oli.
"Ayo!" ujar Akang setelah petugas bengkel selesai menambal ban.
Mulut Iteung maju 20 cm.
Ketika motor baru jalan, byuuur langit numpahin air ke bumi. Rasanya Iteung pengen guling-guling di kasur empuk. Pengen juga nanya sama pak hakim atau pak jaksa berapa lama hukuman buat orang yang jedotin orang ke tembok terus ditimpuk pake batu.
Akhir Kisah
"Kang, terus terang aja deh. Mau ngajakin Iteung makan dimana sih? Kok rasanya Iteung seperti lagi berjuang merebut kemerdekaan." tanya Iteung sambil mengusap pipi yang dipenuhi maskara luntur dicampur oli.
"Tuh." tunjuk si Akang ke arah gerobak sego kucing Bejo.
Ya ampuuun....Iteung dandan seharian cuma buat makan disini.
"Penipu..pu..pu." teriak Iteung bergema.
"Lha ini kan memang candle light dinner. Kita makan malam di temaram cahaya lilin." Si Akang menampilkan muka innocent.
Iteung cuma bisa cemberut sambil mengusap kaki yang bengkak.
Sosialita terluka........kakinya...
...................................................................