Suara merdu gemericik air yang ditumpahkan Sang Maha Pencipta mengiringi obrolan sore itu. Iteung curhat ke akang soal segala macam persoalan termasuk soal pohon nangka tetangga yang masuk ke pekarangan rumah.
Akangnya Iteung sih seringnya nggak peduli dengan celotehan Iteung. Mungkin dianggapnya celotehan Iteung bagaikan kaset baru dengan lagu refil.
"Kang, Iteung pengen bakso pedes."Iteung coba merajuk ke si Akang.
"Bukannya tadi udah ngabisin tiga piring nasi, dua ayam goreng, ikan peda, lima tahu dan dua mangkok sayur lodeh."
Ih lengkap banget ya si Akang nyebut apa aja yang masuk ke perut Iteung kayak dosen yang lagi nguji tesis mahasiswa S2 yang nggak lulus-lulus.
Iteung cuma bisa mesem malu-malu meong. Akang juga cuma bisa geleng-geleng kepala kayak lagi dengerin lagu dangdut.
Entah karena kebetulan atau karena ada kontak batin antara Iteung dan abang bakso, tiba-tiba si abang bakso muncul di depan rumah. Suara detingan sendok yang beradu dengan mangkok mengalun merdu di telinga Iteung. Harmoni yang sempurna bagaikan mendengar konsernya Twilite Orchestra.
Si Akang menghentikan laju gerobak bakso. Ih, emang si Akang mah cerminan suami idaman banget. Tahu apa yang diinginkan istrinya. Iteung lari ke dapur mengambil mangkok.
"Bang, masih ada baksonya?" tanya si Akang.
"Banyak pak." Mata si abang bakso berbinar membayangkan tambahan uang yang akan ditabungnya untuk berkunjung ke Kebun Binatang bareng anak dan istrinya.
"Bakso telur ada bang?" kembali si Akang bertanya.
"Ada."
Akang kok cerewet ya.
"Mie ada kan?"
Abang bakso mulai kesal.
"Ini orang mau beli kok cerewet banget ya."pikirnya.
"Ada pak." jawabnya mulai sewot.
"Bakso urat masih?"
"Masih paak." jawab abang bakso sambil mensusuk-nusuk bungkus plastik garam dengan garpu.
"Bagus kalau gitu. Ayo berangkat bang, jual baksonya. Mudah-mudahan banyak yang beli." datar suara si Akang.
"Sehat pak? mata abang bakso melotot.
"Lagi banyak pikiran bang, istri banyak maunya."
Gigi Iteung gemerutuk menahan emosi. Iteung masuk ke dapur nyari bangku kayu buat ngelempar muka si Akang.
"Akaaang, bangku kayu disimpan dimana? teriak Iteung.
"Udah digergaji buat bikin bet pingpong." Balas si Akang.
"Nurustunjung!!!"........
*Nurustunjung (bahasa sunda kasar)=kurang ajar
Tulisan ini sebelumnya ditulis dalam bahasa Sunda tanggal 9 Februari 2015 dan diupload di akun Facebook.
Akangnya Iteung sih seringnya nggak peduli dengan celotehan Iteung. Mungkin dianggapnya celotehan Iteung bagaikan kaset baru dengan lagu refil.
"Kang, Iteung pengen bakso pedes."Iteung coba merajuk ke si Akang.
"Bukannya tadi udah ngabisin tiga piring nasi, dua ayam goreng, ikan peda, lima tahu dan dua mangkok sayur lodeh."
Ih lengkap banget ya si Akang nyebut apa aja yang masuk ke perut Iteung kayak dosen yang lagi nguji tesis mahasiswa S2 yang nggak lulus-lulus.
Iteung cuma bisa mesem malu-malu meong. Akang juga cuma bisa geleng-geleng kepala kayak lagi dengerin lagu dangdut.
Entah karena kebetulan atau karena ada kontak batin antara Iteung dan abang bakso, tiba-tiba si abang bakso muncul di depan rumah. Suara detingan sendok yang beradu dengan mangkok mengalun merdu di telinga Iteung. Harmoni yang sempurna bagaikan mendengar konsernya Twilite Orchestra.
Si Akang menghentikan laju gerobak bakso. Ih, emang si Akang mah cerminan suami idaman banget. Tahu apa yang diinginkan istrinya. Iteung lari ke dapur mengambil mangkok.
"Bang, masih ada baksonya?" tanya si Akang.
"Banyak pak." Mata si abang bakso berbinar membayangkan tambahan uang yang akan ditabungnya untuk berkunjung ke Kebun Binatang bareng anak dan istrinya.
"Bakso telur ada bang?" kembali si Akang bertanya.
"Ada."
Akang kok cerewet ya.
"Mie ada kan?"
Abang bakso mulai kesal.
"Ini orang mau beli kok cerewet banget ya."pikirnya.
"Ada pak." jawabnya mulai sewot.
"Bakso urat masih?"
"Masih paak." jawab abang bakso sambil mensusuk-nusuk bungkus plastik garam dengan garpu.
"Bagus kalau gitu. Ayo berangkat bang, jual baksonya. Mudah-mudahan banyak yang beli." datar suara si Akang.
"Sehat pak? mata abang bakso melotot.
"Lagi banyak pikiran bang, istri banyak maunya."
Gigi Iteung gemerutuk menahan emosi. Iteung masuk ke dapur nyari bangku kayu buat ngelempar muka si Akang.
"Akaaang, bangku kayu disimpan dimana? teriak Iteung.
"Udah digergaji buat bikin bet pingpong." Balas si Akang.
"Nurustunjung!!!"........
*Nurustunjung (bahasa sunda kasar)=kurang ajar
Tulisan ini sebelumnya ditulis dalam bahasa Sunda tanggal 9 Februari 2015 dan diupload di akun Facebook.