“Ich mochte..”
Bruukkkkk........
“Meyr! Meyr...!
whats’s happening??”
Lelaki paruh baya itu membopong tubuh Meyr yang terkulai di lantai.
Bau obat semerbak
di rumah sakit. Ayah Meyr nampak khawatir dan terus menatap gadis kecil
berambut cokelat itu.
“She’s just fine,
less than one hour she will be just awake. She just needs a rest”
“Meyr was
learning when i found her drop suddenly”
“O...alright...what
she’s taking? Math?”
Dokter Richard
nyengir berusaha membuat ayah Meyr tersenyum. Yang dibecandai tetap serius
dalam pikirannya yang rumit
“Sie brache die Glass in die Schule..two days
ago”
“uh... that
sweety girl?
Dokter tidak
percaya bahwa Meyr baru saja membuat onar, gurunya melapor bahwa ia memecahkan
kaca sekolah. Ayah segera datang tapi Meyr hanya menangis dan memeluknya.
“Dad...”
Dokter melirik ke
arah tempat tidur, diikuti ayah yang terlihat cemas. Dengan segera Ayah Meyr
mendekat ke tempat tidur.
“Meine Tochter.. are you okay?”
“Ja...
Ich entschuldige
mich ..Ich bin unartig..”
“Nope... nothing
to forgive. I love you, Meyr..”
“I study hard,
Dad..”
“I know...”
Meyr melihat sekeliling. Hanya ada ayah dan dokter yang keliatan baik di ujung ruangan.
Meyr melihat sekeliling. Hanya ada ayah dan dokter yang keliatan baik di ujung ruangan.
“i want to buy a ticket...they say me crazy”
“Ticket what,
Meyr?”
“uuhm...
A ticket to ride a train..
A ticket to ride a train..
To meet you in
office, so we can play...”
Ayah menatap
Meyr. Lekat lekat seperti tak mau kehilangan kejujuran itu.
“Meyr..
I work...hard
enough to buy you a good living..das ist fur dich”
Meyr merasakan rambut halusnya diusap halus oleh Ayah. Ia suka sekali.
“I miss you,
Dad...”
“You broke the
glass because your friend say youre crazy to buy a ticket?”
“No..”
What’s for then?”
Meyr mulai
terisak. Dokter Richard memandang dari mejanya. Sepertinya ia turut prihatin.
“To make you come
to school.. so we can meet..
I miss you, Dad..”
“Oh my..warum, Meyr?”
“Since Mom passed
away.. i always feel lonely..
And the thing i
remember is
The moment we go
together.
"Wir gehen
zusammen ein Kaufen”
Ayah memeluk Meyr
erat. Seakan-akan...ia tak mau melepasnya lagi.
Kami sekarang tinggal di Charlottenburg, di dekat Schloss Charlottenburg (istana
terbesar di Berlin),
sebuah wilayah pemukiman yang tenang. Sebenarnya ada banyak playground di Berlin, namun
playground terbaik Meyr dan anak anak lain mungkin sebenarnya adalah ditengah tengah hangatnya keluarga.