Tampilkan postingan dengan label Triana Lestari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Triana Lestari. Tampilkan semua postingan

CADONG DATANG



“siapa yang kamu maksud sih, Meyr? Brent apa Amri?”
“Amri lah..”
“bohong. Dulu kau juga tergila gila sama Brent kan.”
“Iya, tapi tidak lagi sejak Amri datang. Haha, haduh bodohnya aku pernah menggilai Brent yang kasar itu.”
“Apa kabar dia ya Meyr?” Kim menelisik ke dalam matanya.
“Dasar kepo..” Meyr menimpuk Kim dengan bantal. Kim mengomel karena bantal itu merusak masker madunya.
Meyr mencari seasalt yang dibelinya beberapa hari lalu. Sayangnya ia tidak mendapatkannya dan malah menemukan sesuatu di laci.
“Kim...! kemarilah..”
Yang dipanggil cuek dan sibuk dengan body scrubnya. “Seminggu hanya boleh tiga kali Meyr.. dan ini jadwalku..”
“Kim... ini milik Brent..”
“Eh, Eine Katastrophe?” Kim meledek Meyr yang memandang serius pada sesuatu di tangannya.
“Aku ingin menjenguk Brent. Aku harus.”
Meyr bersegera mandi dan bersiap pergi. Ia lupa dengan sakit lambungnya.
Pemandangan di kantor polisi tidaklah menyenangkan. Beberapa polisi memandang seakan akan Meyr adalah pembawa barang yang menyamar menjadi gadis cantik.
Ia mengetuk ngetuk jari di kursi kayu ruang tunggu. Sulit untuk menemui Brent saat ini. Tapi ia merasa harus.
Ia membawa cincin milik Ibu Brent yang pernah dipakainya dulu. Brent memberikannya kepadanya sebagai tanda jadian. Ibu Brent telah lama meninggal.
Dipeluknya cincin itu dalam genggaman. Degup jantungnya mengisyaratkan ia tak mampu menyembunyikan rasa khawatirnya. Sampai seseorang setengah berteriak kepadanya.
“Meyyrr... Nona Meyyr mana orangnya itu.”
“eh ya... iya ini saya!”
Meyr berdiri menuju ruang pemeriksaan bawaan. Ia tidak membawa apa-apa.
“Kok gak bawa apa apa?” polisi bertanya
“Iya.. saya ga sempat..”
Polisi melirik blazernya. “Buka itu..!” diperiksa dulu
Meyr membuka blazernya dan polisi segera mengecek kantong dan seluruh bagian blazer hitamnya.
“Buruan ya, waktunya 10 menit aja. Cadong udah dateng mau dibagiin.”
“Iya..” Meyr segera menuju ruang tahanan sementara. Dilihatnya sesosok yang familiar duduk di kegelapan. Kamar itu dihuni banyak orang dan Brent nyaris tak terlihat.
“Mau ketemu siapa?” polisi di sampingnya bertanya
“Em..Brent... Brent “
“Mana Breeeeeeeeeennt....”
Banyak mata memandangnya. Mata-mata para penghuni lapas yang penat dan gelap karena lampu ada yang belum diganti sebagian.
“Brennt woi...ini ada bidadari mau ketemu. HAHAHAHAHA...buruan keburu pergi ke kayangan nih.” Teriak teman di dekat Brent, seorang kriminal yang ditangkap karena mabuk sambil berkelahi.
Laki-laki tinggi besar itu menuju pintu yang dikunci. Jeruji membuatnya tak bisa memeluk Meyr. Padahal ia rindu berat. Ia butuh pelukan dan kasih sayang.
“Meyr...”
“Aku ... bagaimana keadaanmu, Brent?”
“Baik... kenapa kau kemari?”
“Aku mau .. “ Meyr menarik nafas mengaturnya agar lebih stabil.
“Ini... cincinmu...” Meyr hendak melepas cincin yang dipakainya.
“Kau tak bisa memberikan apa apa di sini kecuali makanan. Ada CCTV-nya.”
“Tapi dulu kau bilang, pakailah selama kau jadi pacarku.”
“Haha.. Meyr..kau terlalu serius. Ambillah buatmu.” Tak berguna bagiku. Lihatlah.. aku hanya sampah busuk. Aku akan segera dipindah ke penjara kelas I, disidang, dan membusuk di dalam jeruji.”
“Jangan katakan itu. Kau sebaiknya berubah.”
Seseorang berteriak teriak mengusir beberapa pengunjung termasuk Meyr.
“Waktu habis! Waktu habis! Mau bagiin cadong, cadong sudah datang! Waktu habis!” 
Meyr merasa ini masih terlalu singkat. Namun suara itu terus memekakkan telinganya.
“apa perlu kutelepon ayahmu dan minta pengacara?”
“Ayahku sudah menjenguk. Sudah pergilah. Jangan urus aku!”
Pertama kalinya Meyr melihat pemandangan itu. Brent yang gagah dan kaya akan makan nasi bungkusan sederhana. “Apa isinya?” tanya Meyr pada petugas.
“nasi pake tahu atau tempe. Kalo lagi ada yang ngasih ya bisa ayam.”
Meyr menatap dengan sedih. Tapi ia tahu, Brent pasti lebih kuat darinya. Brent akan menghadapi apapun dengan kuat, termasuk berada di tempat sempit dan hanya menghabiskan waktu menunggu nasi cadong datang.

Baumu Paling Kusuka



Harumnya teh chamomile membuat Meyr menengok sejenak ke sumbernya. Aah... Kimberly memang baik sekali. Wajahnya yang cantik seumpama cantik hatinya. Kim selesai mengaduk teh dan membawanya mendekat kepada Meyr.
Meyr mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia duduk di king koil empuk yang ternyata tetap tak membuat tidurnya semalam cukup nyenyak.
“Meyr.. chamomile dengan satu sendok teh brown sugar untukmu” disodorkannya gelas cantik ke pangkuan Meyr. Meyr mulai menghirup aromanya dan segera menyeruput dengan senyum gembira.
“Kim, ada dua bau yang paling aku suka saat ini, setelah bau yang ketiga hilang”
“Apa? Bukan roll on mahalku kan?” Kim nyengir memperlihatkan gigi putih hasil perawatannya di klinik.
Sedikit senyum mengembang di bibir Meyr.
“Bukan, Kim.. tentu saja kau sangat menarik tapi mungkin bagi pacarmu”
“hahahaha..” Kim geli sendiri membayangkan Roxy si lelaki bodoh yang selalu mengintilnya.
“Pertama, aku suka bau chamomile. Karena sejak sakit lambung hanya teh ini yang nyaman di perutku. Sayang sekali aku harus meninggalkan oolong dan teh hijau. 
Kedua.. aku suka bau petrikor..karena mengingatkanku pada masa kecil.. yang mungkin tidak begitu indah tapi aku tetap suka sedikit bagiannya...”
“Oh God. Ok... aku bawakan kau pasir pink dari nusa tenggara dan kau mengatakan aku merusak lingkungan. Sekarang kau bilang suka petrikor.”
“Ya beda lah, Kim..!” Petrikor memberi kekuatan dan keindahan ke bumi. Sedangkan yang kau lakukan mengambil keindahan itu” Meyr bersungut.
“Yang hilang, bau apa?”
“Ya kau tahu lah, aroma lelaki itu membuatku tergila gila. Entah bagaimana ia pergi dari hidupku”
“Kalau kau suka keringat lelaki, banyak tuh di bawah sana...” bibirnya yang sedang beroles madu untuk treatmen alami maju ke satu arah di jendela.
Meyr menengok ke bawah. Para pekerja jalanan sedang beristirahat di tepi jalan. Lelah dengan kegiatan perbaikan jalan.
“Sial... nyebelin kau, Kim!”

PATUNGAN YATIM (LAGI)

Seneng sekali alhamdulillah, masih bisa diberi kesempatan menuliskan ini. Maaf bagi yang bosen yaa. Sebenarnya, saya dulu sudah pernah menuliskan soal patungan yatim di blog ini. Memang sih, sudah agak lama. Ini link-nya bagi yang mau mampir.

Kali ini, saya mencoba metode patungan yatim baru, khususnya buat teman-teman yang merasa “berat” kalau harus menyetor secara bulanan. Yaitu.. jeng jeng.. dengan melakukan donasi setiap Jum’at (atau hari lain juga bisa, sih), misal sebesar 10 rb rupiah saja.
Mungkin, ada yang berpikir bahwa menyumbang sebesar 50 rb itu mahal dan banyak. Nah, kalau dibagi seminggu sekali 10 rb/12 rb, dalam satu bulan bisa dapat 40rb/48 rb. Wah.. lumayan kan.
Jumlah 10 rb itu sebetulnya buat kita seperti cukup buat jajan saja, atau kalau makan.. dapatnya yg sederhana. Namun.. jumlah itu buat orang yang kesusahan lumayan banget pastinya, bisa buat beli beras 1 liter, bisa untuk beli buku tulis, buat beli 1 lauk hewani, atau buat jahit celana sekolah yang sobek :o

Mengapa patungan yatim?

Allah senang dengan hambaNya yang konsisten dalam melaksanakan amal. Memang sih, semua orang bisa menyantuni yatim, namun terkadang kita lupa dan tidak konsisten. Nah, kami ikut dukung untuk menyantuninya secara rutin setiap bulan, berapa saja nominalnya, patungan untuk mendorong kehidupannya agar lebih baik. Ayuk kita patungan untuk memberi tambahan keluarga yatim sehingga mereka tidak merasa sendirian dan Allah lebih sayang pada kita. Amin YRA.  




SBN dan Utang Pemerintah

Indonesia memberikan batasan/ capping utangnya. Selain defisit yang tidak boleh di atas 3 persen dari PDB, rasio utang per PDB juga dijaga di bawah 30%. Selain batasan tersebut, berbagai indikator profil portofolio utang juga dimonitor, misalnya variable rate ratio (rasio utang yang tingkat bunganya tidak tetap terhadap total utang) dan refixing rate[1], average time to maturity (waktu rata-rata tertimbang jatuh tempo utang), dan proporsi utang valas dibanding rupiah. Ini terkait dengan adanya risiko tingkat bunga, risiko membayar kembali (refinancing), dan risiko mata uang. 

Porsi Surat Berharga Negara (SBN) dalam total utang Pemerintah sekitar 80%. Artinya, 20% lagi berupa pinjaman dalam dan luar negeri, dengan dominan pinjaman luar negeri (sekitar 18,9% dari total utang). Dari proporsi tersebut, porsi utang dalam valas ternyata lebih banyak dalam bentuk SBN (SBN valas) dibandingkan dalam bentuk instrumen pinjaman luar negeri. Per September 2017, porsi utang SBN valas mencapai 22% dari total utang. Utang dalam bentuk valas masih diperlukan untuk komplemen utang dalam rupiah (tidak mengandalkan pasar SBN domestik saja) serta sebagai cadangan devisa. 


Penerbitan SBN idealnya sesuai dengan kebutuhan defisit berjalan dalam pelaksanaan APBN. Artinya, SBN diterbitkan sebesar X pada suatu “timing” ketika kebutuhan APBN sebesar X pula. Dengan begini, tidak ada SILPA (sisa lebih pembiayaan anggaran). Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. SBN dijual kepada investor dengan tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian dan pasar SBN. Tidak sepanjang tahun kondisi pasar stabil dan ideal untuk penerbitan. Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha mencari waktu dan jadwal yang pas untuk penerbitan. Pada tahun 2017 kemarin, penerbitan SBN sudah lebih mempertimbangkan cash management sehingga tidak “jomplang” terbit di awal tahun. Penerbitan memang masih menggunakan strategi front loading atau lebih banyak dalam semester pertama, namun juga lebih mempertimbangkan kondisi kebutuhan kas negara. 


Prefunding SBN juga masih dilakukan. Prefunding ini bermakna, SBN diterbitkan pada kuartal IV tahun sebelumnya untuk pelaksanaan APBN tahun ini. SBN yang digunakan untuk prefunding biasanya SBN dalam bentuk valas. Pemerintah melakukan ini awalnya untuk membiayai kebutuhan kas di awal tahun anggaran. Yakni, pada awal tahun anggaran biasanya pendapatan, misalnya dari pajak, belum masuk, sehingga dengan tersedianya kas dari prefunding SBN, APBN dapat berjalan lancar dan “cepat”. Cepat di sini bermakna, kebutuhan belanja negara termasuk apabila ada kebutuhan mendesak untuk infrastruktur bisa segera dimulai tanpa terkendala persoalan kas. Namun, prefunding SBN sebetulnya bisa bermakna lebih dari itu. Prefunding dengan waktu yang pas juga dapat menjadi momentum yang tepat untuk menerbitkan SBN dengan harga yang baik bagi Pemerintah. Sebab, yield SBN juga kerap menjadi sorotan. Oleh sebab itu, Pemerintah mencari kapan waktu yang pas untuk mendapat yield yang relatif rendah dengan permintaan SBN yang tetap besar, meskipun hal tersebut tidak terbatas pada SBN prefunding namun berlaku juga untuk semua penerbitan SBN lain. 


SBN juga digunakan dalam operasi moneter Bank Indonesia. BI memiliki Surat Utang Negara (SUN) yang digunakan dalam repo (repurchase agreement). Repo ini berarti bahwa BI menjual SUN kepada perbankan dan akan dibeli dalam jangka waktu tertentu. Repo dilakukan dalam rangka kontraksi moneter dengan mekanisme lelang dan suku bunga yang diberikan di bawah suku bunga BI/ BI rate. Suku bunga inilah yang dinamakan 7-day (reverse) repo rate yang baru berlaku Agustus 2016 lalu. Suku bunga yang baru ini lebih cepat dalam mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.  



Referensi:
djppr.kemenkeu.go.id
bi.go.id



[1] Refixing mengukur porsi utang yang memiliki eksposur terhadap perubahan suku bunga dalam satu tahun, yang terdiri dari porsi utang dengan suku bunga variabel dan utang dengan suku bunga tetap yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.

Surat dari Amri



Apa yang kita pandang baik, belum tentu benar baik bagi kita.
Apa yang saat ini kita puja puji dan sayangi, belum tentu sama di kemudian hari.

duhai yang maha membolak balikkan hati,
Tetapkanlah hatiku di atas agamaMu

------------

Meyr belum juga beranjak. Hatinya masih gamang, pikirannya masih ruwet, tak jua ia ingin bertemu orang.

Masih terngiang suara merdu Amri. Suara yang jika wanita mendengarnya, sulit untuk tidak terpukau: intonasi yang jelas dengan nada sedang, pita suara yang terlalu sempurna, bicara tidak terlalu cepat maupun terlalu lambat, tidak pernah keluar dari bibirnya kata kata hinaan, sangat mengesankan pribadi yang bijaksana dan dewasa.

Meyr tidak paham, ia tidak mengerti. Mengapa Amri memutuskan hubungan dengannya. Tanpa ia melakukan kesalahan.

"Amri.."

Meyr terkesiap saat suara di jendela memecah konsentrasinya.

"Ah, hujan..", segera ditutupnya jendela yang separuh terbuka.

Sial baginya, hujan menambah temaram hatinya. Meyr tidak menangis. Ia sudah banyak menangis pada waktu waktu lalu. Sulit rasanya membasahi matanya lagi untuk perkara lelaki seperti ini.

Ia tercenung dengan bagaimana hatinya bisa koyak begini.
"Ini hanya sebuah hal yang biasa...  come on, Meyr.."

Amri adalah lelaki ketiga dalam hidupnya setelah Ayah dan Brent. Amri datang saat Brent telah menghancurkan banyak hal, tidak hanya hati tapi juga fisiknya. Brent yang pemarah dan emosional kerap memukul, menampar, mendorongnya kala Meyr dirasanya melakukan kesalahan.

Namun seperti banyak orang jatuh cinta lainnya, matanya terbuka tetapi hatinya dibutakan. Ia tetap bersama Brent, karena Brent adalah lelaki yang pertama kali menyatakan cinta kepadanya, saat semua orang menjauh darinya, termasuk ayah.

"Ah, bukan. Ayah tidak pergi, ia hanya terlalu sibuk...."
Pikirnya kala itu.


Tapi hati yang kosong begitu mudah diisi cinta, meskipun itu ternyata palsu dan menyakitkan. Brent yang memenuhi masa remajanya dengan kisah lebam di muka dan badannya.

Meyr tidak hanya buta oleh cinta, saat itu mungkin ia juga mati rasa.

"When i am fall in love... it will be...forever .. "
Ia menyanyi dengan iringan gerimis di luar. Dramatis.

Matanya masih menatap kosong.

Amri pernah berkata cinta. Itu kata kata yang jauh lebih meyakinkan daripada mulut si pemarah Brent. Namun Meyr tidak jua dapat menjawab, mengapa Amri memutuskannya.


Amri hanya menitipkan surat kepada Rein, temannya di kantor.


Surat yang sejak tadi dipegangnya. Surat yang belum sepenuhnya, mampu dicernanya.

--------

Assalamu'alaikum Meyr.

Meyr, alhamdulillah aku bisa menulis ini kepadamu dalam keadaan sehat.

Semoga kamu juga sehat selalu Meyr.


Meyr, izinkan aku meminta maaf soal percakapan kita di restoran kemarin. Aku tahu... kamu pasti merasa tersakiti. Aku benar benar minta maaf.

Meyr yang tidak pernah berkata buruk,

Kamu adalah wanita yang baik, aku yakin itu. Hubungan kita selama dua tahun membuatku tahu bahwa... hati yang baik masih bisa kita miliki meskipun telah berkali kali terluka. Itulah yang aku lihat darimu.

Seperti yang kau tahu...aku telah memutuskan hubungan kita. Aku berkata begini bukan karena aku benci kepadamu. No. 
Bukan pula karena aku mencintai wanita lain. No.

Aku meminta sedikit waktumu mendengar penjelasanku.

Perjalanan jiwa yang kualami.. dan begitu membekas di hati.

Meyr, aku telah mengenal Ibrahim, teman kuliahku dulu. 
Ia membawaku ke sebuah tempat yang sangat damai, bernama masjid cordova. 

Di sana aku menemukan rasa yang belum pernah kutemui sebelumnya. Suatu nuansa yang penuh ketenangan. Lebih tenang dari memandang lautan. Lebih damai dari melihat langit seperti kegemaranmu.

Meskipun aku muslim, tak banyak kukenal agamaku, Meyr. Sebab ayah ibuku telah tiada, dan aku dibesarkan dalam panti asuhan katolik. 


Yang aku tahu aku adalah muslim, karena para suster di panti menghormati surat yang dititipkan orang yang menaruhku di panti, yang berkata demikian. Aku adalah anak muslim. Dan namaku; Amri.


Bertahun tahun aku menjadi muslim tanpa kenal agamaku dengan baik.

Bertahun tahun aku lalai mencari makna hidup yang lebih dalam. 

Ibrahim telah membawaku ke dalam suasana magis yang tal mampu kulukiskan seluruhnya. 

Satu dua kali..hingga berkali kali aku dan ia ke sana.

Aku diajarinya solat dan macam macam lainnya tentang Islam.  
Sampai pada suatu hari, ia memandangku serius dan bertanya tentangmu yang selalu kugandeng saat ke kampus dulu.

Ia tersenyum dan memegang pundakku.

Ia katakan dengan lembut namun pasti.. bahwa dalam Islam.. tidak ada pacaran.

Aku berkata kepadanya,
"Pardon, brother... what do you mean? I love a girl and i will marry her... at the right moment. So ... we try to know each other deeper and deeper and we build a relationship. There is nothing wrong with that"


Ia pun menjawab,

Bahwa dalam Islam, tidak dikenal pacaran. Yang ada adalah taaruf (berkenalan) sebelum menikah. Tidak ada berpelukan, mencium walau di kening, atau bahkan menggandeng tangan. 

Aku sejujurnya juga masih belajar, Meyr. Namun aku ingin sekali mengenal agamaku lebih jauh...Aku ingin berusaha taat..walaupun di sisi lain sebenarnya sangat ingin menikahimu. 

Namun aku tidak boleh menjanjikan apa apa sebelum aku melamarmu, dan kau pun tahu... aku terikat kontrak beasiswa untuk tidak menikah selama masa kuliah. Aku baru saja masuk program S3 ku...

Oleh sebab itu Meyr, maafkanlah aku

Kulepaskan dahulu ikatan kita. 
Biarlah aku dan dirimu belajar dahulu..
Aku tahu Meyr, kau bisa bertahan tanpa aku. Karena Allah selalu membersamaimu.

Meyr, ayo kita
Mencari tahu lebih jauh... 
Menenangkan diri..
Mencari di dalam hati, apa yang sebenarnya menjadi sumber ketenangan itu.


Semoga Allah selalu merahmatimu, Meyr..

Wassalamu'alaikum

Amri-

------


Meyr menatap langit mendung lewat jendela.

digenggamnya surat itu.. erat sekali.

Ketika saya dapat memilih...

Ketika saya dapat memilih...


Bismillah,


Telah sering kita dengar atau baca, bagaimana sedekah itu perbuatan yang sangat baik dan bermanfaat.

Namun..ternyata dalam bersedekah, kita bisa pilih-pilih. Misalnya, apakah kita punya uang 50.000 dan mau memberikan makanan kepada seseorang, yang bila makanan itu menjadi tenaganya, maka selama tenaga dari makanan itu masih di tubuhnya dan ia melakukan amal seperti sholat, dan lain-lain.. maka kita ikut mendapat pahalanya (tanpa pahala orang tersebut dikurangi sedikitpun). 

Tapi kita juga bisa memilih, apakah kita akan menggunakan 50.000 itu misal untuk membeli qur’an, yang setiap kali dibaca maka pahalanya kita juga akan mendapatkannya, dimana kebaikan yang didapat dari membaca qur’an adalah per huruf (alif-lam-mim= bukan 1, tetapi 3 huruf).  Ditambah lagi, kalau yang membaca itu penghapal qur’an. Bagaimana orang menghapal qur’an? Jarang sekali... hanya dengan sekali baca langsung hapal. Diulang-ulang... diulang lagi.. masyaAllah...berapa kebaikan yang ikut kita dapat tuh jadinya? @_@

Demikian juga kalau kita belikan mukena, atau sandal untuk berwudhu.. bagaimana orang yang solat dengannya kita juga dapat pahalanya? MasyaAllah untung sekali ya...

(ya Allah semoga kami termasuk yang bisa mengamalkan dan mendapat kebaikan itu)

Dengan uang/sumber daya yang sama.. bisa mendapat hasil yang berbeda. Ada pahala yang terputus dan ada yang terus mengalir.. Namun ini bukan berarti sedekah makanan itu ga menguntungkan. InsyaAllah dah, Allah maha tahu niat kita.Siapa tahu itu makanan menjadi dagingnya
Saya jadi ingat kisah sumur Usman bin Affan.. sumur yang dibeli dari seorang Yahudi..dipakai bermanfaat bagi banyak orang.. airnya dipakai untuk apa saja? Menghapus dahaga? Berwudhu? Mandi? Sangat bermanfaat ..  mungkin bagi sebagian orang terdengar biasa, namun pada saat itu, konon harga sumurnya sangatlah mahal dan kalau bukan karena iman kepada Allah dan percaya kepada RasulNya.. mungkin Usman bin affan juga enggan melakukannya. 

(Bagi yang belum mendengar kisahnya, lihat di bawah ya... )

Berapa ratus tahun Usman bin Affan telah mendapat pahala dari wakafnya tersebut? Sementara jasadnya di tanah tetapi pahalanya masih terus berjalan kepadanya. MasyaAllah....
(semoga Allah mampukan kita menirunya)

MasyaAllah-nya lagi, kita ternyata dapat bersedekah bukan hanya buat diri kita, tapi untuk ayah ibu kita yang telah wafat. Bayangkan kalau kita punya uang, kita pengen ngasih orang tua lebihan.. tapi orang tua kita udah engga ada, ternyata kita masih bisa “ngasih” ke mereka. InsyaAllah pahalanya sampai. Bakti kita tidak hanya saat mereka hidup, tetapi saat sudah di dalam kubur, orang tua masih dapat kita berikan bakti kita. InsyaAllah... [1]

Demikian saja tulisan saya, semoga ada manfaatnya. Selamat memilih ya..

Semoga kita bisa melakukan amal amal shalih yang pahalanya terus mengalir bahkan ketika ruh telah berpisah dari badan, insyaAllah juga bisa memberikan hadiah juga kepada ayah ibu kita meskipun telah tiada di sisi kita. 

(aamin)

 =================================================================


Utsman bin Affan, Pewakaf Sumur Raumah yang Barakah[2]
Al Ustadz Aziz Rachman, Lc

Dari sekian banyaknya shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada beberapa di antara mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang sangat dermawan. Kedermawanan mereka, terkadang seperti “tak masuk akal” jika dilihat dari kaca mata dunia, lantaran begitu banyaknya harta yang mereka infaqkan di jalan Allah.
Di antara shahabat dermawan itu, tersebutlah nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Seorang shahabat mulia, yang masuk Islam di awal masa dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang  shahabat mulia, yang menjadi menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang shahabat mulia, yang menjadi saksi hijrahnya kaum muslimin ke negeri Habasyah. Seorang shahabat mulia, yang menjadi khalifah dan pemimpin kaum muslimin.
Begitu banyaknya kisah tentang keutamaan dan kemuliaan yang dimiliki oleh Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Salah satunya, adalah kisah Utsman bin Affan dengan sebuah sumur, yang dikenal dengan sumur Raumah.

Surga Bagi yang Membebaskan Sumur Raumah
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat berhijrah ke kota Madinah, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan air yang bersih dan segar. Apalagi kaum Muhajirin ketika di Mekkah begitu terbiasa dengan segarnya air zam-zam. Di Madinah, mereka tidak mendapati air yang jernih dan segar.
Tak jauh dari Masjid Nabawi, tinggallah seorang Yahudi yang terkenal dengan sifat culasnya. Ia memiliki sumur yang cukup besar, dengan air yang segar dan jernih pula. Adapun rasanya, memiliki kemiripan dengan air zam-zam.
Ia tidak mau berbagi air tersebut kepada penduduk Madinah meskipun hanya setetes. Ia menjadikan sumurnya sebagai ladang bisnis, dengan menjual air pada orang-orang Madinah. Para shahabat kemudian menyampaikan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda :
مَنْ يَشْتَرِي بِئْرَ رومَةَ فَيَجْعَلَ دَلْوَهُ مَعَ دِلَاءِ المُسْلِمِينَ بِخَيْرٍ لَهُ مِنْهَا فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa membeli sumur Raumah dan menjadikan gayung miliknya bersama dengan gayung-gayung milik kaum muslimin dengan kedermawanan miliknya, maka kelak ia di surga.”[2]
Berdirilah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan memberikan penawaran untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya.
“Seandainya sumur ini aku jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian kata lelaki Yahudi tersebut menolak penawaran Utsman.
Tapi Utsman pantang mundur. Keesokan harinya atau beberapa lama kemudian, Utsman kembali mendatangi lelaki Yahudi tersebut untuk memberikan penawaran lagi. Kali ini Utsman berusaha untuk membeli “setengah bagian” dari sumur tersebut.
Maksudnya, Utsman berusaha agar lelaki Yahudi tersebut tidak merasa terganggu perdagangannya. Utsman mengusulkan agar sumur itu dibeli setengahnya, dengan pembagian yang nantinya disepakati.
“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu?”  kata Utsman bernegosiasi.  “Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti tiap hari. Bagaimana?” kata Utsman.
Lelaki Yahudi itu mengangguk lantaran ia berfikir akan mendapatkan uang dari Utsman tanpa kehilangan penghasilan dari menjual air sumurnya. Imam Ibnu Abdil Barr menyebut bahwa Utsman bin Affan radhiyallahu anhu membayar uang sejumlah 12 ribu dirham untuk bisa memiliki setengah dari bagian sumur tersebut.
Utsman yang dermawan segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang hendak mengambil air dari sumur Raumah, agar mengambil air untuk kebutuhan mereka tanpa harus membayar karena hari tersebut adalah jatahnya milik Utsman. Tidak lupa Utsman mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk dua hari, karena besoknya, hari sumur itu bukan lagi jatah milik Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata : “Wahai Utsman, engkau telah merusak perdaganganku, belilah setengah lagi sumurku ini”. Utsman pun setuju, lalu diberikanlah uang sebesar 8 ribu dirham sehingga totalnya menjadi 20 ribu dirham. Dengan itu, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.

Wakaf Utsman untuk Kaum Muslimin
Setelahnya, sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Arab Saudi, hingga jumlahnya mencapai lebih dari seribu pohon.
Selanjutnya pemerintah Arab Saudi, menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar. Setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan dari Departeman Wakaf Arab Saudi.
Subhanallah, betapa besarnya pahala dari wakaf Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Meskipun sudah berlalu lebih dari 1400 tahun, wakaf Utsman bin Affan ini terus memberikan manfaat bagi kaum muslimin.


[2] http://majalahshahabat.com/utsman-bin-affan-pewakaf-sumur-raumah-yang-barakah/







“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah aku bisa bersedekah atas namanya?”. Beliau menjawab: “Ya”. Aku berkata: “Sedekah apa yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Pengairan air”. (HR. Ahmad dan Nasa’i)
“Sesungguhnya ibuku meninggal dunia  secara mendadak, aku kira bila dia semapt berbicara pasti beliau bersedekah, lalu apakah ada pahala baginya jika aku bersedekah atas namanya? Beliau menjawab: “ya”. Bersedekahlah atas namanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

What to notice: Pick up your skin care and cosmetics products

Not everybody is born and grew with the same skin; the color tone, the appearance, the moisture, and the problem they face. A person might be having good and glowing natural, perfect skin, while the others face acne and big pores, drying, and oily ones. Talking about skin and appearance is like talking about love: very personal.
Thinking about our look is actually a form of selfishness. Yes, it’s a very normal for me (in the normal range) and even it’s in particular circumstance needed more than as an additional beautifer but as a way to be keeping “exist”, sometimes. It sounds too far to say that. Imagine you are an artist, your care of how your skin look will be expected higher than a nonpublic figure.
The way we love our skin and look is different in one person to another. Since everybody has their own priority and perspective in looking upon life. A woman might be loving to take care of her kids and households only and a bit ignoring her looks, while the other is very care of her skin and appearance. Its not a true of false matter, for me. It is more on choice and priority, as i am not a skin care and cosmetics mania as well :p
Then, when you choose to “do” something more to your beloved asset namely skin, there are some points that you might be considering:
First, if you are a moslem, you need to know whether the skin care or cosmetics product are halal certified or not. Some products are just so tempting yet they are not halal certified. You might be aware of, maybe gelatine, a  pure protein and a natural foodstuff which is made from the skins of pigs and cows or from demineralized animal bones. They contain the collagen protein that we use to manufacture gelatine[1]. Gelatine is not always not halal, yet it shall be know whether the gelatine used in the skin products are halal or not.

Second, we should be asking whether this is safe or not? For example, some products are said to contain over hydroquinon and also has mercury in it. Hydroquinon is used to lighten the skin and it is harmful if used overdose. Mercury is also found in many cosmetics products. It could give serious impact to health, not only for the person use that cosmetics, but also for their children who holds towel or handclothes that is contaminated with mercury[1]. Mercury in soaps, creams, and other cosmetics products also could contaminate the water. The wastewater enters the environment and the food chain as highly toxic methylmercury in fish. Pregnant women who consume fish containing methylmercury transfer the mercury to their fetuses, which can later result in neurodevelopmental deficits in the children[2]. In Indonesia, to be simple we could say that “safe measure” refers to whether the products are listed in the BPOM (Indonesia National Agency of Drug and Food Control). In 2017, there are more than 37 thousand cosmetics products got their distribution permit. You might be interested to check the BPOM registration number through this link: http://cekbpom.pom.go.id/. Be careful that the registration number has a chance to be faked too.

Third, it’s lovely to know before buying, whether the product presumably will match your skin or not. Some products are very attractive for its benefits offer, or might be from the cute packaging they have. However, if possible, its so lovely if we could ask for small sample of it or to seek for some reviews. Today, there are so many beauty blogger reviewing cosmetics and skin care products. Thanks a lot for internet access! Last but not least, if you can, please buy those products in the trusted seller to avoid falsification products.




Well, i am not a beautie junkie nor an expert. It was just a slight memo that i need to write for you, beautiful!

 

 

PS: I use Nu Skin, herbal product, wardah, and zoya







[1] https://www.gelita.com/en/knowledge/gelatine/what-is-gelatine
[2] https://www.fda.gov/ForConsumers/ConsumerUpdates/ucm294849.htm
[3] http://www.who.int/ipcs/assessment/public_health/mercury_flyer.pdf