Pagi ini sebenarnya sudah janji akan lari pagi dengan istri, mumpung libur. Sudah kebayang tuh segarnya udara pagi, tanpa buru-buru dan grusa-grusu ke kantor atau nganterin anak sekolah. Sedapnya indomie rebus atau harumnya bumbu kacang ketoprak langganan juga sudah tercium, sebagai tempat finish olahraga pagi hahaha.
.
Rencana tinggal rencana, pas adzan subuh hujan turun dengan lebatnya. Kegiatan apa lagi yang menyenangkan selain kembali bergelung di bawah selimut?. Alhasil, mata pun kembali terpejam dengan nikmatnya, sampai kemudian panggilan alam mengharuskan diri ini keluar kamar.
.
Di luar kamar, ternyata si sulung sudah asyik nonton televisi. Awalnya saya pikir dia nonton serial yang biasa dia tonton, tapi ternyata bukan. Entah kenapa saya akhirnya tertarik bergabung di sofa, ikutan nonton. Film itu ternyata bertema natal, oops udah Desember ya ternyata, yang menceritakan tentang bagaimana seorang Santa Klaus membagikan hadiah natal kepada anak kecil di seluruh dunia. Di jaman modern ternyata Santa Klaus tidak lagi berkeliling naik kereta salju yang ditarik delapan ekor rusa. Sang Santa sudah menggunakan semacam pesawat yang sangat canggih.
.
Pekerjaan membagi hadiah natal tersebut ternyata dikendalikan dari sebuah tempat tersembunyi di kutub utara. Tempat itu sangat canggih, surat-surat permohonan hadiah natal yang menjadi keinginan anak-anak diproses dengan sangat baik, dari mulai menyortir surat-surat tersebut, menyiapkan hadiahnya dan kemudian membagi-baginya ke masing-masing rumah anak tersebut di seluruh dunia. Tujuannya hanya satu: semua anak kecil harus berbahagia mendapatkan hadiahnya di hari natal.
.
Komando pusat kendali tersebut dipegang oleh Steve, anak tertua Santa Klaus yang bertugas saat ini. Dia dibantu oleh ribuan peri dengan tugasnya masing-masing. Selain itu juga ada Arthur, adik Steve, yang bertugas di bagian persuratan. Arthur ini berbeda 180 derajat dengan Steve, baik dari segi perawakan maupun sifat dan karakter. Steve adalah seorang pemuda yang gagah, tinggi-besar, tegas dan sangat disiplin, sedangkan Arthur terlihat sebagai anak yang ringkih, selalu gugup dan ceroboh serta dikenal sebagai sumber masalah di pusat kendali tersebut.
.
Pembagian hadiah natal yang ditampilkan di film tersebut ternyata adalah misi ke-70 dari Santa Klaus. Misi ini sangat penting, pertama, sesuai tujuannya, tidak boleh ada satu anakpun yang terlewat untuk mendapatkan hadiahnya; kedua, misi ke-70 biasanya adalah misi terakhir Santa Klaus bertugas sebelum digantikan keturunan berikutnya. Menjalankan misi dengan sukses bukanlah hal yang susah, peralatan yang canggih, peri-peri yang terlatih dan disiplin serta ketegasan Steve sudah terbukti selama bertahun-tahun. Dan benarlah, semua hadiah terbagi tanpa ada satupun penduduk dunia yang menyadari kehadiran Santa Klaus dan rombongannya.
.
Masalah kemudian timbul ketika Arthur menemukan bahwa ada satu anak di Inggris yang belum mendapatkan hadiahnya. Gwen, nama anak tersebut, menginginkan sebuah sepeda sebagai hadiah natalnya. Keributan lalu terjadi, dan diakhiri dengan keputusan Steve bahwa 1 anak terlewat bukanlah masalah besar dibandingkan jutaan keberhasilan lainnya. "Kereta" Santa pun sudah masuk kandang. Menerbangkannya kembali akan beresiko tinggi. Sang Santa pun sudah masuk kamar untuk beristirahat, tidur dan tidak mau diganggu. Hanya satu anak kecil diantara jutaan lainnya. Masalah kecil.
.
Keputusan itu sangat mengecewakan Arthur. Baginya, tidak ada toleransi untuk kebahagiaan natal. Semua anak harus berbahagia, semua anak harus mendapatkan hadiah natalnya. Dia tidak bisa membayangkan Gwen yang bangun di pagi hari lalu tidak menemukan sepeda impiannya. Hanya anak nakal yang tidak mendapatkan hadiah natal, bagaimana mungkin Gwen mampu menerima ejekan itu dari teman-temannya.
.
Sisa film akhirnya menceritakan bagaimana Arthur, dibantu Kakeknya (Santa Klaus tua), seorang peri pembungkus kado dan kereta salju tua berusaha mengantarkan hadiah untuk Gwen di sisa waktu 2 jam sebelum matahari terbit di Inggris. Bermacam kekacauan yang kemudian timbul dan akhirnya terpaksa membuat Steve dan Santa Klaus ikut terlibat di dalamnya. Gwen akhirnya mendapatkan hadiahnya berkat kerja keras 3 generasi Santa Klaus, terutama Arthur. Akhir yang berbahagia pun terjadi di pusat kendali; Arthur dinobatkan menjadi Santa Klaus berikutnya, Steve menjadi Chief Operational Officer, Santa Klaus tua mendapatkan teman bermain ludo.
.
Perut mulai menuntut sarapan, biji-biji kopi menanti untuk digiling dan diseduh, tapi film Arthur Christmast ini berhasil membuat saya tetap di sofa sampai selesai. Film yang ringan dan tentunya sudah bisa ditebak akhir ceritanya, from zero to hero. Entah karena kurang kerjaan atau memang sedang 'beres', pikiran saya lalu mulai memikirkan lesson learnt dari Arthur Christmast.
.
Pelajaran pertama, ketika target ditetapkan,semua anak harus mendapatkan hadiah dan berbahagia, target tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin. Toleransi nol koma nol nol nol nol nol nol tidak berlaku untuk target kebahagiaan. 1 Anak tidak berbahagia dibandingkan jutaan lainnya tidak berbahagia adalah sebuah kegagalan. Saya jadi teringat ketika memberikan rekomendasi terhadap kasus meledaknya tabung gas 3kg. Saat itu saya menyampaikan bahwa secara persentase jumlah korban akibat ledakan tabung gas 3kg tidaklah material dibandingkan jutaan tabung yang tidak meledak dan orang-orang yang selamat sehat wal afiat menggunakannya. Saya ingat persis tulisan tangan Bu Dirjen saat itu "Pak Indra, tolong rekomendasinya diperbaiki, nyawa orang jangan dikuantifisir, tidak manusiawi". Film ini, dan disposisi Bu Dirjen tadi mengingatkan bahwa ketika menetapkan target kita harus tahu persis apa indikator suatu target itu bisa disebut berhasil. Kita harus sangat hati-hati ketika bagian dari target itu ada hal-hal yang sulit dikuantitatifkan, perlu pertimbangan masak-masak sebelum kita menyatakan hal tersebut telah terpenuhi.
.
Pelajaran kedua, bahkan dalam sebuah kesempurnaan pun ada celahnya. Sistem yang sedemikian canggih masih dapat melewatkan sebuah surat permintaan hadiah. Sistem adalah sistem, tetap orang-orang di dalamnya yang dapat memastikan semuanya berjalan dengan baik. Sinergi antar sub-sistem harus berjalan dengan baik. Dalam kasus Arthur, 'stempel' sumber masalah yang sudah melekat didirinya membuat dia hanya diberikan porsi peran yang tidak terlalu penting dalam keseluruhan sistem tersebut, meskipun dia adalah salah satu keturunan Santa Klaus. Arthur memiliki karakter dan membutuhkan cara kerja sendiri yang seharusnya juga diperlakukan dan diberikan peran tersendiri. Satu baut roda lepas/kendor mungkin tidak terlalu berpengaruh dalam kinerja kendaraan dalam waktu pendek tapi dalam waktu panjang, hal ini bisa sangat membahayakan sehingga perlu dipasang kembali atau dikencangkan.
.
Pelajaran ketiga, kita suka mengabaikan orang-orang atau hal-hal yang tidak sejalan dengan kita. Meskipun mungkin orang itu atau hal itu tadinya penting untuk kita. Sama halnya seperti kita membuka lemari pakaian dan menemukan baju/celana lama yang tidak pernah kita pakai lagi, padahal dulu begitu ingin kita memilikinya. Bijaksanalah, tidak sejalan bukan berarti tidak setujuan. Ego yang dipertahankan tidak akan mendatangkan kemaslahatan. Pakaian yang tidak terpakai mungkin lebih berguna buat orang lain daripada hanya disimpan bertumpuk di lemari.
.
Jadi panjang ya ceritanya? Ya begitulah, ternyata libur itu menyenangkan kecuali omelan istri yang menyadarkan bahwa saya harus mandi dan bergegas ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Jumat.
Jakarta, 1 Desember 2017