Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Drupadi (2)

Drupadi,

merasa dirinya menjadi maharatu,

Ibu Peri  pintar dengan manis tingkah laku,

Wajah cantik mempesona sepanjang waktu 

Tempat segenap mata dunia tertuju


Drupadi

Puja dan puji padanya melahirkan congkak,

Reputasi sebagai penakluk lelaki tertanam di benak 

Ditebarnya pesona pada setiap pijak,

Kata dan sikap manis yang menjebak 


Dan hati lelaki tak ubah mainan kanak kanak,

Direngkuh asik dalam permainan sejenak

Lalu setiap bosan mendera, satu persatu dicampak,

Kesedihan mereka, menjadi bahan tawa tergelak


Drupadi, 

Tak takutkah dia akan karma?

Satu dua hati yang terluka ,

akan menyisakan bara,

Yang terus akan berkobar menemukan cara 

Untuk menjadikan drupadi dinista

Seumpama dulu , satu persatu kain penutup raganya 

Direnggut dan dicabik tangan kotor dursasana


(Bandung, 26 Desember 24)






  

Drupadi



Bagaimana mungkin kita bisa seperti mereka,

memenuhi senja dengan bersahut kata rindu dan cinta,

karena sepanjang cerita yang terenda

adalah tentang aku yang menjadikanmu satu satunya

sementara kau jadikan aku hanya salah satunya


Gedung Sutikno Slamet Lantai 4, 

19.00 WIB,  

31 Oktober 2024,

diiringi  "'mawar jingga"'


Interaksi

Jejak selalu menjadi yang tertinggal

Kadang juga bukan menjadi yang ditinggal

Namun memang perjalanan itu sebuah kepastian

Dalam mencari sebuah kenangan kehidupan

 

Dalam perjalanan yang cukup lama

Bukan hal mudah untuk dilupakan

Meski suka dan duka dalam makna

Hingga sekian purnama pun akan terlewatkan

 

Interaksi dalam kehidupan akan banyak makna

Bukan interaksi dari Tulus yang penuh cinta

Interaksi ini penuh makna kehidupan fana

Meskipun dalam sebuah fakta dan realita

 

Namun perjalanan itu akan menjadi akhiran

Tanpa aksara dan suara

Hingga kehilangan menjadi sebuah oase kenangan

Tanpa pamitan dan bara

 

Jakarta, 06 Oktober 2023


Puisi ini juga bisa dinikmati pada tautan berikut :

https://rulyardiansyah.blogspot.com/  

Sepeninggal

 Jejak jejak langkah telah dijalani

Adakah tanda kehidupan yang tertinggal

Perlukah stempel kehidupan di tandai

 

Perjalanan hidup akan menjadi guru terbaik

Tanpa cela dan tanpa dusta

 

Kirakah kami yang menetap menjadi nyaman ?

Bukankah kehidupan itu berputar

 

Pencarian diri atas hingar bingar kehidupan

Hanya bagian dari sandiwara kehidupan

 


Bekasi, 16 September 2023

Puisi ini juga bisa di lihat pada tautan berikut 
https://rulyardiansyah.blogspot.com/ 

Pemimpin

Luasnya samudra tak bisa dinakhodai

Bila tidak dengan seorang yang pandai

Tingginya gunung tak bisa didaki

Bila tidak dengan seorang yang rendah hati

 

Banyaknya pengalaman tak bisa di jalani

Bila tidak dengan jejak yang mumpuni

Banyaknya tugas tak bisa di geluti

Bila tidak dengan nurani yang suci

 

Seberapa banyak orang yang dipimpin

Tak akan berhasil dengan kearifan

Seberapa banyak harta yang dimiliki

Tak akan nikmat tanpa keberkahan  

 

Seberapa banyak kekuasaan yang di dekam

Tak akan berhasil dengan sikap bijak

Seberapa banyak dunia yang kau genggam

Tak akan berhasil dengan hak hakiki

 

Pemimpin itu ibarat angin

Bisa dirasakan tapi tak bisa dikuasai

Pemimpin itu ibarat cinta

Bisa dirasakan tapi tak bisa dimiliki

 

Hingga akhirnya angin yang membawa kebenaran

Hingga akhirnya cinta yang membawa kebahagiaan

 

 

Bekasi, 14 November 2021

Puisi ini bisa dilihat pada tautan berikut :
https://rulyardiansyah.blogspot.com/ 

Terpesona

 Senyum yang ramah

Dan kaki yang melangkah

Tak menyilaukan arah

Namun pasti menjadi mudah

 

My friend Fulanah

Pertahankan ghirah

Kami tidak menyerah

Dan tidak juga pasrah

 

Kebaikan selalu teringat

Menjadi sebuah perekat

Hubungan pun menjadi dekat

sesuai dengan hakikat

 

Doa kami selalu lekat

Tanpa harus memikat

Tanpa tangan berjabat

Meskipun jauh namun dekat

 

Bekasi, 15 September 2021


This poet can be seen in the link :

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/05/terpesona.html   

Laksana Hamba

Berikan aku sebuah air

Akan kuminum hingga habis

Berikan aku sebuah syair

Akan kuhidupkan sebuah tahbis

 

Jauh sumur mendekati uzur

Akan kukejar meskipun sakit

Berikan aku sebuah busur

Akan kulepas dengan sebuah bait

 

Jadikan aku seorang kaisar

Akan kurangkul sebuah dunia

Berikan aku sebuah bunga mekar

Akan kuberikan kepada putri istana

 

Jadikan aku orang shaleh

Akan kukejar hingga akhirat

Berikan aku petunjuk yang shaheh

Akan kuberikan ilmu yang manfaat


Bekasi, 11 September 2021 


This poet can be seen at link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/05/laksana-hamba.html 


Dialog antara Aku dan Jendela Kaca


Halo, selamat pagi

Sekian lama kita tak jumpa

Apakah kau semakin menua

hingga terlihat renta? 


lihatlah, dedaunan menari-nari 

mereka bahagia karena semilir angin sejuk menyapa 

sekawanan semut berjalan beriringan di cabang pepohonan

Dedaunan itu berpegang erat dalam meniti kehidupan


Aku memang menua

seiring berlalunya waktu tanpa memberi tahu

apalagi sekedar mengingatkanku 

; begitu katamu


Namun, meski renta aku bahagia

meski kadang duka kerap kali menyapa

karena aku menjadi saksi

yang datang dan juga yang pergi


katamu kemudian


Bagaimana denganmu dirimu sendiri?


tanyanya kepadaku


bukankah kau juga terlihat menua?

cobalah berkaca kepadaku

helai demi helai rambutmu sebagian memantulkan cahaya

garis panjang di keningmu laksana aliran Nil


Apakah kamu bahagia?


Segelas Aren Latte Coffee


Jendela kaca terdiam

akupun demikian



Buaian Sayang Bak Piring Melayang


Tetesan hujan  yang jatuh di atas jerami

Tak membuat rasa ini menjadi doremi

Terbayang eropa yang musim semi

Mengingatkan dia bermain kartu remi

 

Kembali hujan berkawan malam sepi

Tak mampu menjaga rindu jati diri  

Terbuai nyanyian sendu kekasih hati

Mengobati asa yang mulai mati

 

Masih hujan seperti malam sebelumnya

Tak mendua angan tanpa nyata  

Pun ingatan masih terkoyak hampa

Mengurai jeritan sebuah jiwa

 

Andaipun hujan tak seperti biasanya

Berilah awak kesempatan bersuara

Agar jiwa yang duka dan terluka

Mampu meminang adinda

 

Bekasi, 11 September 2021


This poem can be seen at the link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/buaian-sayang-bak-piring-melayang.html

Senja


Kala langit merah di ufuk barat

Begitu juga merah pipimu yang teringat

Terbayang senja di pantai Sulawesi barat

Tak kan ku lupa pesan yang yang tersirat

 

Ketika malam mulai mendekat

Tak banyak yang akan kulihat

Meskipun aku berusaha dekat

Tanpa diri dan bayangan yang melekat

 

Kuingat senyuman mu yang memikat

Dibalik sebuah gondola yang terikat

Tak banyak yang kurasa dan kuingat

Namun cinta ku selalu melekat

 

Ketika malam sudah mulai pekat

Tak terasa diri ini semakin teringat

Wajah ayu yang selalu lekat

Jika diri ini masih mampu mendekat

 

Bekasi, 2 September 2021


This poem can be seen in the link below 

https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/senja.html 

Hujan di Akhir Pekan

Di penghujung pekan, 
Langit mendung menggantung rendah, 
Namun hati riang tak terbendung, pulang menanti ceria. 
Di meja kerja, pikiran melayang ke rumah, 
Juga kenangan tawa renyah teman-teman,
dan halaman-halaman kisah. 

Kembali ke rumah, pena dan kertas menunggu setia, 
Melukis kata, menari dalam irama sastra. 
Seni, musik, dan film, jendela jiwa yang terbuka, 
Mengajak berkelana, meski duduk tenang di sofa. 

Ah, weekend mendung, kau bukan kelabu, 
Namun kanvas bagi impian dan ragam warna baru. 
Di rumah yang hangat dan selalu setia, 
Temukan kebahagiaan, dalam simpul-simpul cerita.

Jakarta 26 April 2024

Note : all arts made in collaboration with AI

D.A.M.S

 

It can’t be word

But it is an abbreviation

Some works should be hold

Not only a creation

 

It is an assignment

That should be finished

It is a kind of supervision

That made assignment cleared

 

It is a homophone sound

Like a dumb without “s”

But it is not playground

Like a drum without “s”

 

It is look like daily

But it is incidentally

The meeting is held routinely

But it reported immediately

 

I am only human

That can be a servant

I only deliver an assignment

Without less feeling reluctant

 

Without any hesitation

Please cheer me up

And go to any invitation

Then let it show up

 

Bekasi, 31 Agustus 2021


This poets can be seen in link below 
https://rulyardiansyah.blogspot.com/2024/04/d.html 

Gadis Ketek (3)

Jeng yah,


pernah,

sepatah kata "'terserah"'

mu lebih punya tuah 

dibanding ribuan kata berbusah

membuat semua langkah 

menjadi serba salah


tetapi, ketahuilah,

bahkan lelaki paling perkasapun,  punya rasa lelah

pada akhirnya aku memilih menyerah

kata terserah mu  menjadi untaian indah

pengantar  mengakhiri kisah 


Muaaah.....


(Gadog, 280224)

Kampanye

Saya berjanji,

Kalau saya terpilih nanti

Saya pasti akan memberi 

Penduduk seluruh negeri

Kebebasan untuk  bermimpi


Kalau saya tidak tepati,

Nanti janjinya saya revisi


(Gedung Sutikno Slamet, 10 Jan 2024)

Buah Catur

di permainan

aku mungkin sekedar bidak,

dan kau yang jadi  raja atau menteri nya

atau bisa jadi sebaliknya,


Tapi seusai permainan,

kita sama sama berakhir

di sebuah kotak

 

lalu untuk alasan apa,

kita harus berbangga

atau bersusah hati...


(Gedung Sutikno Slamet, 281223)


Gadis Ketek

Jeng yah..


aku sudah merasa payah,

urusan berdusta kaulah juaranya,

kau bilang dalam hidupmu akulah satu satunya,

teman berbagi keluh kesah dan cerita

bahu tempatmu bersandar ketika kau begitu lelah akan dunia


tapi tak begitu adanya ku rasa,

sebentar saja aku hilap mata

langkahmu   telah bebas berkelana

menjawab setiap kerlip mata yang memuja 

pesonamu yang menyilaukan dunia 


dan setiap kali aku diserang cemburu buta

kau akan berkata, apakah aku berhak melarang orang lain mencinta


Jeng yah,

mungkin saja aku telah salah

berlebihan menjadikanmu rumah

tempat menuju pulang ketika lelah dan payah

tapi setiap kali aku kembali pergi melangkah 

maka  mereka mengerumunimu  seperti kumpulan lebah

yang menemukan kembang mekar yang merekah


setiap kali aku bilang aku  marah,'

kau selalu berkilah, "' kalau ada yang datang, 

tanpa kuundang, apa harus aku yang salah? "'


(Kampung Ujung Harapan, 27 November 2023)



Peringatan


Tuan yang punya kuasa,

Jika separoh saja dari mereka

yang padamu, seperti tak berdaya

memilih memendam dalam rasa sakitnya,

hingga tumpah ruah dalam aliran doa


apakah kau masih berpkir

seluruh doa itu, sekedar lafal tersia?








Peron

Kenapa mengeluh 
ketika menunggu, 
padahal di luaran sana 
banyak yang tak punya lagi 
tempat pergi 
 ataupun  pulang 


 (4 agustus 2023)

Ada Aku Disini


Ketika sayap tak cukup tinggi membawamu terbang menari nari..
Meninggalkan bumi dan semua yang pernah menyakiti…
Turunlah kembali,
Ada aku di sini…
Dengan cerita aku juga bisa membawamu menari nari..
Dengan dekapan hangat aku bisa membawamu terbang tinggi..
Tak perlu Peri untuk mengobati perih..
Tak perlu Dewa untuk mereda kecewa..
Ada aku di sini..




Sekali ini saja, Bunda

Bunda ..

Seingatku telah berulang kali kau meminta

Jangan pernah lelah untuk mencinta

Tanah air tumpah darah kita


Tapi sekali ini saja,  bunda

Ijinkan aku minta jeda

Ijinkan aku untuk lelah sejenak saja

Ternyata seperti di buku buku remaja

Mereka yang cinta harus rela untuk terluka


sekali ini saja, bunda

Mungkin besok atau lusa

Aku telah kembali terbuai kidung asmarandana

Yang menjadikanku rela untuk sekedar memberi 

Tanpa pernah berharap meminta 


Sekali ini saja, bunda

(Ujung Harapan, Bekasi_ Juni 2023)