Senin, Pukul 10.30
Dismissed!
Kelas dengan total kredit 3 sks di pertemuan kedua semester ini berakhir dengan pesan-pesan singkat, mengingatkan mahasiswa untuk membaca modul, memahami, membuat resume untuk didiskusikan di pertemuan selanjutnya.
‘English for Effective Presentation’ merupakan salah satu subjek yang saya ajarkan setiap tahun sejak 2013.
Dan biasanya program presentasi yang dijadikan contoh pembahasan utama adalah ‘PowerPoint’ karena program ini terbilang lebih aplikatif dan banyak digunakan dibandingkan beberapa program serupa seperti Prezi, Google Slides, Keynote, Powtoon dan lain-lain.
Program yang dibuat oleh Gaskins & Austin dan dirilis pertama kali di tahun 1990-an ini sepertinya menjadi salah satu pilihan utama para praktisi ketika ingin menyajikan materi mereka dalam berbagai kegiatan.
PowerPoint >>> … when the presenter has ‘the power’ to convey the message through ‘points’
Berbekal beberapa buku teks sebagai referensi untuk menggambarkan ‘presentasi yang efektif’, pembahasan awal yang saya berikan biasanya “Dos and Don’ts” bagi presenter ketika mendisain slides presentasi mereka, seperti:
§ Do not put one full sentence on the slides, moreover one full paragraph
§ Maximum 6 words in each point
§ Use relevant pictures/images
§ Graphs/charts talk more than texts
§ So on, so forth …
Dan penjelasan ini juga saya sertakan dengan tautan salah satu artikel yang pernah saya paparkan dalam satu kegiatan konferensi berjudul “Oral Presentation: Attract or Distract?”
Ketika sesi diskusi, dari tahun ke tahun selalu ada saja pertanyaan yang dilontarkan mahasiswa: “Why do some lecturers present their topic discussion by putting more texts on the slides, like one paragraph?”
Dan biasanya saya menanggapi pertanyaan tersebut sambil bercanda: “Because they never join my class!”
Pengalaman yang sama juga saya alami ketika mengikuti beberapa tahapan ujian studi lanjut dimana draft PPT saya selalu diawali dengan ‘penolakan’ yang berujung ‘revisi’.
“I think you should put more information here, and here … and also here … “(dosen pembimbing saya berkomentar sambil asyik mencoret-coret lembaran slides yang sudah saya persiapkan ‘seefektif’ mungkin), lalu … “See? How could the examiners will get the idea of your content if you only put limited words here? They can’t read your thoughts, neither can I, you need to revise them before getting my approval.”
Again, penjelasan yang akan saya sampaikan hanya terhenti di kerongkongan, dan kata-kata yang keluar hanya: “Yes Prof, will do!”, lalu saya berlalu sambil bergumam dalam hati: “I don’t have any power to rebut you, Sir …”