Tampilkan postingan dengan label Cerpens (Cerita pendek sekali). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpens (Cerita pendek sekali). Tampilkan semua postingan

Permata

Saya mengenal Kartini DJA ini pertama kali saat kami bergabung dalam satu komunitas penulisan di DJA. Seorang teman yang menurut saya mempunyai hasrat belajar dan berprestasi yang begitu kuat dimanapun Beliau berada dan ditempatkan. Mungkin ini adalah buah dari doa yang disematkan oleh orang tua Beliau pada namanya” Permata”, sosok yang diharapkan akan sealau berkilau dimanapun dan kapanpun berada.

Saat bertugas di Sekretariat Ditjen Anggaran, Beliau adalah salah satu dari inisiator dan pengelola media sosial DJA, sebuah corong media terkini untuk mengamplifikasi kebijakan pemerintah khususnya berkaitan dengan pengelolaan anggaran.

Melalui tangan dinginnya, media sosial DJA semakin dikenal dan memperoleh banyak perhatian dan subscriber dari masyarakat. Dari dunia kepenulisan, Beliau juga pernah menjadi juara pada satu kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Bagian Pengembangan SDM DJA. Dalam dunia komunikasi Beliau menjadi langganan penugasan sebagai Master Of Ceremony untuk acara di level organisasi DJA maupun Kemenkeu. Beberapa kiprah yang telah dilakukan pada saat itu, pada kemudian hari menjadikan Beliau mendapat penghargaan sebagai kesatria inspirasi DJA.

Dalam hal belajar dan mencari ilmu, Beliau punya keinginan kuat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pernikahan dan/atau tugas tugas domestiknya selaku ibu rumah tangga tidak menjadi penghalang untuk mencapai cita-citanya tersebut. Beruntungnya, pasangan beliau sangat mendukung dan memegang prinsip bahwa “lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu”. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tersebut akhirnya datanga pada tahun 2021, setelah lolos dalam seleksi penerima beasiswa double degree dari FETA Scholarship di dua perguruan tinggi  ternama di dalam dan luar negeri.

Jalan Terjal

Berkat Karunia Allah yang Maha Kuasa, Kesempatan menuntut ilmu dan melanjutkan Pendidikan sebagaimana yang Beliau cita-citakan akhirnya datang. Sejak awal prosesnya, Beliau menyadari sepenuhnya bahwa melanjutkan pendidikan setelah menikah  mempunyai konsekuensi, harus bisa  membagi waktu, perhatian dan pemikiran agar bisa menjalani perkuliahan tanpa mengabaikan tugas domestiknya selaku  ibu rumah tangga.

Tetapi ternyata takdir Tuhan berkehendak lain, beliau harus menjalaninya dengan proses yang lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya. Pandemi covid 19 yang melanda tanah air dan beberapa negara, menjadikan demikian banyak hal berubah dan menuntut orang untuk menyesuaikannya. Termasuk dalam proses belajar mengajar.aktifitas belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka harus dilakukan secara daring/online. Namun yang lebih berat, selama proses perkuliahan  Beliau mengalami kehamilan yang tak direncanakan, melahirkan dan harus membawa putra putrinya yang masih bayi untuk menemani berangkat melanjutkan Pendidikan ke Melbourne.

Tanjakan pertama

Saat kuliah di Universitas Indonesia, kondisi pandemi menjadikan UI mengambil kebijakan proses belajar mengajar di lakukan secara online/daring. Perlu upaya ekstra untuk menyesuaikan dengan kebijakan ini, selain merubah kebiasaan dan budaya belajar, perlunya perangkat pendukung yang memadai, juga memerlukan konsentrasi lebih karena pada saat bersamaan harus membagi perhatian ke anak-anak/keluarga.

Selain kondisi tersebut, tantangan terberat yang dirasakan beliau adalah mengalami kehamilan yang tak direncanakan. Seperti kebanyakan ibu hamil pada umumnya, pada trimester pertama Beliau mengalami “morning sickness”’ satu kondisi di mana beliau merasa mual, lelah , kram dan emosi yang tidak stabil. Dalam kondisi seperti inilah, beliau  tetap harus menyelesaikan penugasan, thesis, publikasi dan diskusi Beberapa kali terjadi dalam perkuliahan, muntah sebelum dan sesudah presentasi menjadi semacam “’ritual”’ yang harus dijalani.

Berkat kerja keras, dukungan suami dan karunia Tuhan, pada bulan  Juni tahun 2021 Beliau menyelesaikan kuliah di Universitas Indonesia. Hal yang membanggakan dan patut dicontoh adalah di tengah tantangan yang dihadapi, Beliau memperoleh penghargaan sebagai mahasiswi peraih IPK tertinggi pada tahun ajaran 2021/2022.

Tanjakan kedua

Setelah menyelesaikan perkuliahan di Universitas Indonesia, Beliau tidak langsung berangkat ke Melbourne.  Selain pandemi Covid 19 yang belum mereda yang menjadikan penutupan/pembatasan perjalanan lintas negara dan perkuliahan dilakukan secara daring/online, pada awal pertengahan perkuliahan beliau juga mengajukan cuti untuk persiapan dan pemulihan pasca melahirkan. Hingga akhirnya lahir putri kedua Beliau dalam kondisi sehat walafiat.

Dengan meredanya pandemi covid, pada bulan Juni 2022 perkuliahan di Universitas Melbourne mulai dilakukan secara tatap muka/offline. Sebuah pilihan berat harus Beliau ambil, membawa serta kedua anaknya ke Melborne,  di mana sibungsu belum genap berusia dua bulan. Beruntungnya kebijakan organisasi  memungkinkan suami Beliau untuk mengajukan cuti karena alasan penting, sehingga bisa mendampingi Beliau ke Melbourne selama sisa masa perkuliahan.

Dalam beberapa momen, proses keberangkatan dan masa-masa perkuliahan di melbourne ini menghadirkan drama yang cukup menguras air mata (namun menjadi kenangan indah bermasa-masa setelahnya). Bayi kecil yang belum genap dua bulan  harus menjalani perjalanan dari Jakarta ke melbourne selama sepuluh jam. Rentang waktu perjalanan yang bahkan buat orang dewasa sekalipun terasa meletihkan. Namun bersyukurnya sepanjang perjalanan bayi kecil tersebut  sehat, anteng dan  tidak rewel dalam pelukan Ibu dan Bapaknya secara bergantian.

Tiba di Melbourne, Beliau dan keluarga harus segera beradaptasi dengan perbedaan budaya, bahasa dan cuaca antara Melbourne dan Jakarta.  Terkait kendala bahasa dan budaya, sang kakak yang di sekolahkan di Taman Kanak-kanak, sempat mengalami kesulitan beradaptasi.. Ada rasa sedih ketika terkadang menyaksikan teman sang kakak tak bisa memahami apa yang sang kakak  ingin sampaikan demikian juga sebaliknya, hingga sang kakak lebih memilih untuk menyendiri. Secara telaten beliau dan suami membantu dan mengajari sang kakak untuk bisa berkomunikasi dan beradaptasi, hingga tak lama kemudian telah mempunyai banyak teman belajar dan bermain. 

Di Kampus , Beliau harus menjalani padatnya rutinisas perkulihan, penugasan, diskusi, presentasi, publikasi dan kunjungan ke perpustakan. Di luar itu, Beliau bersama suami bahu membahu menjalani kehidupan berkeluarga, memasak bersama , membersihkan rumah, mengantar vaksin anak, bermain dan mengunjungi tempat-tempat wisata di seputaran kota.

Akhirnya, sesuai target pada bulan Agustus Tahun 2022.Beliau menyelesaikan pendidikannya di Unievrsitas Melbourne. Seperti tak pernah bosan untuk berprestasi, Beliau juga mendapatkan first class honours Sebuah gelar untuk peraih nilai IPK tertinggi.

 

Epilog

Hasrat dan keinginan untuk berprestasi, akan mendorong orang untuk berupaya melakukan dengan cara terbaik dan meraih hasil terbaik. Beliau masih terus menjadi “’permata”’ di tempat penugasan berikutnya. Terakhir kali pada acara serambi DJA tahun 2023 Beliau menerima penghargaan sebagai AnggaranKsatriainsipirasi.

 

Demikian,

Selamat Hari Kartini, untuk seluruh Ibu di Indonesia

 

Sutikno Slamet, 21 April 2023


Tulisan ini saya ikutsertakan dalam lomba menulis dalam rangka hari anggaran 2024

Surat Cinta Untuk DJA

 

DJA-kami tercinta,

Ibu Menteri Keuangan Kita, Ibu Sri Mulyani Indrawati, dalam banyak kesempatan selalu mengingatkan kita untuk tak pernah lelah mencintai negeri ini.  Beliau pasti sangat paham bahwa ketika cinta yang bukan semata ungkap manis kata,  cinta yang  lebih banyak memberi ketimbang menerima, cinta yang dijelmakan karya akan  menguras emosi, pikiran dan tenaga mereka yang menyandangnya. Sebagai manusia biasa,  mungkin karena beratnya uji dan coba, terkadang muncul keinginan  menyerah dan menanggalkannya atau mungkin sekedar sejenak memberi  jeda pada rasa cinta itu. 

Aku yakin, dalam masa pengabdianmu kau kerap mengalami juga, ketika karya- terbaikmu tak selalu menghadirkan apresiasi, namun justru caci maki, upayamu yang paripurna, terkadang justru menghadirkan cela.  

Ibu pasti tak menginginkan kau berhenti atau menyerah, karena tugas dan pekerjaanmu demikian bermakna bagi negara, engkau bagian dari penjaga pundi Keuangan negara, nagara dana rakca.  Ibu kita memahami sepenuhnya,  hanya pada mereka yang mengerjakannya dengan penuh cinta akan menghasilkan mahakarya,  hanya mereka yang bekerja dengan cinta,  tak menjadi terbang oleh pujian, tak menjadi tumbang oleh cacian.

DJA-kami  tercinta,

Padamu tersemat tugas dan fungsi yang luar biasa, melaluimu tersemat sebua harapan setiap tahun akan hadir APBN kita yang makin tinggi kualitasnya.  Karena seumpama darah yang membawa energi dan zat penting bagi organ-organ tubuh kita,  APBN adalah juga darah yang mendukung Bapak  polisi, Bapak dokter dan Perawat serta Bapak tentara melaksanakan tugasnya melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

APBN adalah darah yang mendukung Bapak dan ibu guru, pendidik, dosen  dan widyaiswara melaksanakan tugasnya mencerdaskan kehidupan bangsa.

APBN adalah darah yang mendukung para diplomat, atase,  duta duta perwakilan bangsa  kita yang memperjuangkan peran kita untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia,

dan APBN juga darah  bagi semua anak bangsa sesuai  bidang tugasnya berkontibusi mewujudkan tujuan bernegara dalam konstitusi kita.

Sehingga peningkatan kualitas APBN, akan semakin mengakselerasi pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara kita

 DJA- kami tercinta,

Pada unit manapun di DJA, semua insan DJA adalah simpul-simpul  yang  menguatkan dan menjaga kualitas APBN kita.

Beberapa di antara mereka bertugas menghimpun , mengelola dan menencanakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Di tangan mereka,  fungsi PNBP sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai belanja dan mengatur masyarakat akan berjalan optimal.

Beberapa di antara mereka  bertugas menghitung postur APBN,  hingga belanja dan pendapatan terukur, menjaga defisit sesuai batasnya, menjaga pagu pinjaman penutupnya tetap dalam batas kemampuan mengelola, sehingga APBN kita juga mewujudkan keadilan antar generasi.

Beberapa di antara mereka  bertugas menjaga dan mengharmoniskan berbagai regulasi, sehingga tak ada lagi regulasi baru  yang memandatkan alokasi mandatory, yang membuat semakin sempit ruang fiskal untuk membiayai prioritas terkini.

Beberapa di antara mereka bertugas menelaah belanja dan pendapatan K/L dan BA BUN, memastikan alokasi anggaran efisien dan relevan dengan sasaran kinerja. Memastikan semua rupiah yang dialokasikan menghasilkan manfaat terbanyak untuk rakyat.

Beberapa di antara mereka bertugas menyusun regulasi dan aplikasi untuk menfasilitasi proses penyusunan APBN yang efisien efektif, transparan  dan akuntabel.  

Beberapa lainnya,  bertugas menyiapkan dukungan agar semua tugas fungsi berjalan dengan baik. Mereka semua penting, mereka semua berharga  hadirnya,  mereka layak berbangga  menjalaninya.

 

DJA-kami tercinta,

Kata ulama dan tetua kita, bahwa ada banyak perbuatan yang tidak hanya melahirkan kebaikan pada saat kita melakukannya saja, tetapi berlipat ganda dan mengalir setelahnya bahkan setelah kita tiada, mereka menyebutnya jariah.

Bahwa ada kebaikan dan pahala yang bukan hanya diberikan kepada orang yang mengerjakannya, tetapi juga buat orang yang telah membantu, menfasilitasi , memudahkan untuk mengerjakannya

Kau pasti tahu, melaui APBN kita,  anak anak dan orang nestapa yang dalam konstitusi kita harus di pelihara negara, saat ini telah banyak dipenuhi kebutuhan dasarnya. Ada bantuan sosial,  subsidi, kompensasi dan beberapa intervensi yang menjadikan kebutuhan minimalnya terpenuhi.

Aku yakin dan percaya saat saat ini, banyak dari mereka saat ini bisa tersenyum dan  bersuka cita, gerak bibirnya melafalkan tulus berdoa kebaikan kepada  semua. Kau bisa bayangkan, jika jutaan doa doa mereka memenuhi angkasa, akankah kau berpikir itu lafal lafal tersia?

Kau pastinya tahu, melalui APBN kita akses dan kesempatan mengenyam pendidikan makin terbuka buat anak bangsa, bahkan bagi mereka yang berdiam di tempat terluar, terpencil dan perbatasan negeri kita sekalipun. Pendidikan yang tentunya akan meningkatkan taraf pengetahuan , keterampila dan hidup mereka. Dari pendidikan yang dijalani, mereka bisa berkarya untuk sesama,  berkarya untuk negaranya. Kebaikan dan pahala itu bukan hanya untuk mereka, tetapi juga mengalir pada mereka yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk belajar.

Kau bisa bayangkan, ada demikian banyak profesi dan ruang berkaya yang ada untuk mereka, dan berapa banyak limpahan kebaikan dan pahala yang tercatatkannya

Kau pastinya tahu, melalui APBN kita pertahanan dan keamanan negara menjadi salah satu bagian belanja. Alokasi yang diharapkan akan meningkatkan citra dan reputasi nasional di dunia internasional[1], alokasi yang diharapkan akan mewujudkan tujuan bernegara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Perasaan terlindungi yang akan menjadikan mereka yang bekerja, fokus pada tugas dan pekerjaannya, mereka yang sekolah fokus pada pelajarannya, mereka yang beribadah akan khusuk pada doa dan pengharapannya.

Betapa banyak manfaat dan kebaikan yang bisa terwujud, berapa banyak kebaikan dan pahala yang akan mengalir karenanya.

Keyakinan  dan pengharapan itulah yang menjadikan kerja insan insan DJA bukan karena gaji dan tunjangan semata, tetapi ada harapan yang lebih besar akan kebaikan dan pahala  yang diterima.

 

DJA Kami tercinta,

Kau beruntung, pada pijakan cinta dan harapan itulah kebanyakan insan DJA bekerja.

Jika bukan karena itu, mungkin kau tak akan jumpai mereka-mereka  yang rela berangkat dinihari dan pulang malam hari untuk menyelesaikan kerja, dengan atau tanpa kompensasi ekstra.

mungkin kau tak akan jumpai mereka-mereka yang rela bekerja di luar hari kerja, mengorbankan sabtu minggu mereka untuk DJA karena kadang ada yang perlu diselesaikan segera.

Mungkin kau tak akan menjumpai mereka-mereka yang tetap semangat bekerja, berprestasi dan berkinerja meskipun kadang  karir dan kesempatan berkembang  “’tak ramah”’ pada mereka.

Jaga dan sayangi mereka dan doakanlah agar mereka tetap siteguh pada rasa cintanya, agar tetap kukuh dengan keyakinan dan pengharapannya, karena dengan itu semua,  mereka akan selalu menghadirkan kaya terbaik yang  mewarnai kiprahmu untuk negara

 

Selamat Ulang tahun DJA-kami Tercinta

Gedung Sutikno Slamet, Lantai 3, 05 April 2024



[1] https://nasional.kompas.com/read/2023/07/31/16002651/geopolitik-dalam-modernisasi-alutsista?page=all


Tulisan ini saya ikutsertakan dalam Lomba menulis  dalam rangka hari anggaran 2024

"'Sang Pejabat""

 Prolog

Reformasi birokrasi yang  sudah beberapa saat dicanangkan pemerintah dan secara bertahap diterapkan telah menjadikan proses perekrutan, pengembangan,  mutasi dan promosi SDM dilakukan dengan pendekatan meritokrasi. Melalui pendekatan ini pengelolaan SDM didasarkan pada kompetensi dan kemampuan pegawai. Menurut hikayat, konsep meritrokrasi ini pada awalnya diperkenalkan oleh filsuf Aristoteles dan Plato (gak tahu bener atau gak)  yang menyatakan bahwasanya sebuah negara seharusnya dipimpin oleh orang-orang yang paling pandai, paling baik dan paling berprestasi.

Dalam pendekatan meritokrasi, semua orang dalam organisasi mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang, mendapatkan promosi dan mutasi (tentu saja dengan catatan sesuai kebijakan organisasi). Tak ada lagi (semoga) pengembangan dan promosi yang dilakukan semata karena urut kacang, senioritas, gender dan/atau kedekatan kandidat dengan pejabat (dalam bahasa debat kandidat beberapa saat lalu, ini disebut dengan istilah “’ordal” (orang dalam).

Salah satu contoh implementasi meritokrasi ini dalam peengelolaan SDM adalah saat ini terdapat proses panjang dan berjenjang ketika seorang kandidat akan diproyeksikan menduduki jabatan tertentu. Sang kandidat harus berada dalam boks talent tertentu yang didasarkan hasil uji kompetensi manajerial sosio kultural dan  kompetensi teknis  (serta ada pertimbangan atasan). Sang kandidat juga  harus tetapkan sebagai talent untuk jabatan tertentu, dan diminta mempersiapkan Statemen of Pupose (SoP) untuk jabatan target.  SoP tersebut antara lain memuat rumusan ide-ide dan inovasi yang diusulkan talent untuk diterapkan dalam  jabatan targetnya,  Selanjutnya talent akan mengikuti seleksi rekam jejak dan administrasi serta menjalani wawancara berjenjang. Bahkan konon kabarnya, terkadang ada penugasan/persyaratan tambahan,  Ketika Pimpinan berpendapat seluruh instrumen pengukuran kompetensi yang ada, belum cukup memadai untuk mengukur kompetensi yang dipersyaratkan

Dengan lika-liku dan tahapan proses yang dijalani, orang yang akhirnya berhasil menduduki jabatan tersebut bisa dianggap orang yang sangat kompeten dan luar biasa, kalau di miiter mungkin setara dengan pasukan khusus pada beberapa kesatuan. Sehingga layak kiranya, Jika seseorang yang berhasil menduduki jabatan tertentu menjadi berbangga hati dengan pencapaiannya tersebut.

Dari omon-omon di sela bekerja, ada beberapa teman yang berpendapat  bahwa cara pejabat berinteraksi dengan bawahan dan pegawai lainnya juga bagian dari ekspresi rasa bangga mereka atas pencapaiannya tersebut. Ada beberapa cerita menarik tentang itu meskpun belum tervalidasi kebenarannya, karena sangat subyektif dari penuturnya dan banyak sekali kondisi atau kata orang suasana kebatian saat peristiwa yang diceritakan terjadi. Namun apapun itu, semoga beberapa kisah ini bisa dijadikan pelajaran atau bahan obrolan ringan saat rehat pekerjaan wkkwkwkkwkw.

Inilah beberapa kisahnya.

 Satu

Sayalah Bosnya, Saya yang menentukan

 Ada satu kisah yang disampaikan seorang teman saat bulan bulan pertama bergabung menjadi ASN, Semangat dan pemikiran mudanya masih menggelora dan terbawa dalam semua pelaksanaan tugasnya termasuk saat berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Mungkin bisa jadi caranya dalam berkomunikasi saat masih jadi aktifis di kampus masih terbawa. Ada dua kalimat yang sampai dengan saat ini masih dia suka ceritakan tentang masa masa pertama bekerja tersebut.

Yang pertama saat dia beragumentasi dengan sengit tentang pemikiran dan pendapatnay dalam diskusi internal di tempat kerjanya. Pimpinannya saat itu itu mengatakan “ sayalah bosnya, saya yang menentukan “’ , sebuah pernyatan yang membuatnya menjadi terdiam seribu Bahasa.

Yang kedua , saat dia mempertanyakan alasan tentang pemimdahannya ke seksi lain yang baru ditempatinya dua minggu dan sedang proses beradaptasi dengan pekerjaan dan suasana baru , jawaban pimpinannya :’’ kalau semua yang diketahui atasan, harus diketahui bawahan, apa bedanya atasan dengan bawahan”’  

Dua

Mendadak Formal

 Temen saya  bercerita:  

“’saya mengenal Ibu itu sudah lama, kami sering terlibat dalam penugasan bersama baik tusi maupun non tusi. Tak ada kendala dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam pelaksanan tugas tim ini. Kami berdua saling bahu membahu dalam penyelesaian banyak penugasan, jika ada salah satu kami yang kerepotan maka yang lainnya tak segan membantu untuk menyelesaikan, demikian sebaliknya. Jika ada salah satu yang salah keliru maka yang lainnya tak segan untuk mengingatkan bahkan kadang dengan bahasa yang mungkin buat orang yang tidak tahu , adalah kata kata yang memerahkan telinga.

Interaksi semacam ini masih berlanjut meskipun  beliau sejak beberapa tahun yang lalu dipercaya pimpinan menduduki jabatan kepala seksi. Sebuah penghargaan sepadan atas kecakapan. Kemampuan dan kompetensinya dalam pelaksanaan tugas.

Namun, beberapa bulan yang lalu sikapnya mulai berubah. Ada satu peristiwa yang mungkin menjadi pemicunya. Kami mendapatkan penugasan menyelesaikan suatu pekerjaan dalam sebuah tim. Seperti biasanya, meskipun tdak tertulis dan menjadi kesepakatan, dalam menyelesaian pekerjaan bersama tersebut  untuk bagian tertentu sayalah yang menyusun konsepnya terus beliau menyempurnakan , dan di bagian  yang lain beliau yang menyusun dan sayalah  yang memberikan masukan.

Saat mendekati tenggat waktu penyelesaian pekerjaan tersebut , beliau mendapat penugasan lain dan menurut saya agak  mengabaikan penyelesaian  tugas tim yang ada. Mungkin saja beliau punya pandangan  bahwa  tugas berikutnya lebih prioritas sehingga tugas lain bisa ditunda atau didelegasikan.

Ketika saya secara terbuka mengkritiknya (sesuatu yang sudah sering saya lakukan sebelumnya ) beliau terlihat marah dan merubah gaya berkomunikasi dengan saya. Kata-katanya menjadi sangat formal seolah -olah ingin menunjukan bahwa ‘’saya kasi dan kamu umbi”’. Entah mungkin saya terlalu baper yaa “, ujar teman saya saat menceritakan ini

Sejak saat itu,  kata teman saya, saya juga terpaksa menyesuaikan untuk bersikap formal, panggilan kepada beliau tidak lagi dengan mbak tetapi Ibu, dalam berinterakasi baik teks maupun lesan juga menyesuaikan menjadi lebih formal misalnya penggunaan kata mohon arahan dan petunjuk, mohon perkenan.

Meskipun pada awalnya membuat saya hampir kram lidah,  tapi sekarang sudah agak terbiasa

 

Tiga

“Bapak yang Rendah Hati”

 

teman saya bercerita : saya bersama Bapak Itu sejak beliau masih menjadi pelaksana. Seorang pegawai yang masuk melalui jalur Sarjana S2. Beliau dikenal sangat cakap di bidangnya dan menjadi andalan pada unit kerja. Kemampuan verbal dan analisa sangat menonjol, semangat belajar luar biasa dan semua penugasan yang diberikan selalu tuntas diselesaikan. Sehingga semua teman saat itu memprediksi bahwa karirnya ke depan akan cemerlang.

Terbukti kemudian beberapa tahun kemudian, beliau telah menduduki jabatan menengah pada salah satu kementerian. Pencapaiannya tersebut tidak membuat belia menjadi sombong dan angkuh, beliau tetap seperti yang saya kenal bertahun tahun yang lalu rendah hati dan ramah kepada semua orang. Dalam berdiskusi beliau memberikan kesempatan kepada anggota timnya untuk bisa mengemukakan pendapat dan argumennya, tidak pernah membatasi hanya dari kalangan pejabat saja. Sangkin sopannya beliau tidak pernah memanggil anggota timnya langsung dengan nama saja  tetapi  selalu melekatkan mas atau mbak, Bapak atau Ibu di depannya misalnya Mas anu, Mbak Itu dst.

 

Empat

“’Ikut rame-rame”’

Beberapa teman pernah bercerita:

“’Dulu saat masih sama sama satu ruangan’’ demikian teman saya memulai ceritanya “’ Mas Pejabat itu dalam kesehariannya sangat egaliter tidak pernah membeda-bedakan orang dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sosok yang senang diskusi tentang semua topiik dengan siapapun. Salah satu yang membuat orang nyaman dengan beliau adalah dinamika apapun yang terjadi di ruang diskusi tidak akan terbawa keluar ruang diskusi. Jadi meskipun saling beradu argument secara keras ngotot dan panas dalam diskusi,  setelahnya akan kembali bercanda dan tertawa bersama, ngopi bersama.

Sikap Itu tak menjadi berubah setelah beliau mendapat kepercayaan menduduki jabtatan yang lebih tinggi, kepada kami beliau masih sering wa,  menelpon sekedar untuk bercanda atau meledek. Tetap akrab seperti sebelumnya. Ada satu momen ketika kami bepergian untuk acara resepsi salah satu teman kerja, Beliau tidak menggunakan transportasi udara dan lebih memilih bersama kami menggunakan  kendaraan darat kami agar bisa seru-seruan. Tak ada yang berubah dari sebelumnya.

 

  Lima

Bapak dari Unit mana?

 Kata teman Saya :

“’Saya dan beliau sudah saling mengenal sejak beberapa tahun yang lalu. Selain sering bersama-sama hadir dalam rapat untuk mewakili unit kami masing masing, kami sering bertemu saat  menggunakan transportasi umum KRL. Meskipun tidak intens mengobrol,  kami sering bertegus sapa  saat menunggu kereta ataupun turun kereta.

Pada masa pandemi kami tak pernah bertemu fislk, hanya sesekali bertemu dalam rapat daring. Setelah pandemi berakhir suatu ketika kami bertemu dalam sebuah rapat offline. Saat itu, setelah rapat saya menghampiri kursinya yamg kebetulan berjauhan. Saya menyapa dengan pertayaan standar orang yang lama tidak bertemu, mas apa kabar? Saya kaget ternyata bukan jawaban standar yang biasa saya terima dari beliua, tetapi justru pertanyaan : Bapak siapa, dari unit mana?

Pertanyaan yang membuat saya terkesima dan bertanya tanya, apakah saya sekarang terlihat beda sehingga tak dikenali lagi oleh orang-orang? Namun saat pembawa acara  mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan mengucapkan nama beliau  beserta jabatannya sebagai Kabag, saya menduga-duga bahwa inilah penyebabnya. Kata sebuah lagu “”kamu yang dulu bukanlah, yang sekarang “’ saya harus lebih sopan dan formal karena perbedaan kasta, saya pegawai biasa dia pejabat di tempatnya’’ begitu teman saya menutup ceritanya.

Enam

Panggil saya Bapak/Ibu

Dulu para pejabat di level seksi telah mendapatkan ruang kerja khusus yang terpisah dengan pejabat yang lain. Kalaupun tidak mereka di tempatkan dengan meja dan kursi yang menghadap pada pegawai yang menjadi bawahan. Dalam berpakaian beberapa organisasi terdapat ketentuan tentang tatacara berpakaian dan/atau tanda tanda jabatan yang menjadi atribut pada pakain untuk menunjukan pangkat dan/atau jabatan yang mengenakannya.

Saat ini, pengaturan ruang kerja sudah sangat berubah dari pengaturan sebelumnya, beberapa unit mendesain tidak ada ruangan atau meja untuk  orang atau jabatan tertentu. Dalam berpakaianpun beberapa unit organisasi   tidak lagi  membedakan atribut untuk menunjukan pangkat dan  jabatan. Sehingga orang yang baru tahu atau memasuki unit baru akan suit membedakan yang manakah pejabat pada ruangan itu.  

Nah, satu cara yang digunakan untuk membedakan seorang pejabat dengan pegawai biasa adalah dengan melihat bagaimana orang disekeliingnya berinteraksi dan berkumunikasi. Jika orang orang sekelilingnya bersikap formal salah satunya dengan panggilan ibu/ Bapak meskipun masi muda maka kemungkinan orang tersebut adalah pejabat di situ.

Ada satu cerita dari teman saya, bahwa ada temannya yang sejak awal pelaksana bersama sama dan terbiasa memannggil dengan panggilan mas karena akrabnya. Tetapi begitu menjabat jabatan tertentu beliau tidak lagi berkenan di panggil mas. Sejak saat itu, kata teman saya, maka dalam interkasi di pekerjaan maupun di luar pekerjaan beliau mulai membiasakan dengan panggilan Bapak.

 

Tujuh

Jangan Terlalu Maju

Dalam Penyelesaian pekerjaaan atau tugas sangat sering dilaksanakan rapat pembahasan yang melibatkan unit unit terkait. Dalam rapat tersebut selain dihadiri pejabat, juga mengikutsertakan tim tekniis dari unit yang bersangkutan.  Dalam pelaksanaan rapat, kata beberapa teman ada   pejabat yang mempunyai kebijakan yang berbeda dalam mengikut sertakan timnya dalam rapat.. Ada yang membebaskan tim untuk ikut menyampaikan pendapatnya , tetapi ada juga yang sangat membatasi timnya untuk bicara. Mungkijn ini berkaitan dengan pandangan bahwa kewibawaan sang atasan akan menjadi turun kalau timnya sama atau lebih banyak berpendapat dibandingkan pejabat yang bersangkutan.

Karena kondisi seperti ini, biasanya saat seseorang baru pindah dan bergabung pada sebuah unit dan diminta mengikuti rapat dengan atasannya, ada yang berinisiatif untuk meminta arahan bagaimana harus bersikap dan berkontrinusi dalam rapat, sehingga membuat nyaman sang atasan.

Ada satu cerita , ketika seorang teman melakukan hal ini, yang dia terima dar atasannya adalah : “Ok , silahkan kamu bicara sesuai keahlian dan tusi kita , tetapi jangan terlalu maju”

 

Epilog

Dalam bekerja kita tidak bisa memilih siapa teman kerja kita dan siapa atasan kita. “’Kepala boleh sama, rambut boleh sama hitamnya atau sama putihnya karena usia, tetapi isi kepala orang berbeda beda. Cerita-cerita ini mungkin benar, tetapi bisa saja salah, tetapi mungkin  bisa menjadi referensi dalam kita berinteraksi dengan bapak ibu pejabat kita.karena kita masih harus bekerja bersama inshallah bukan satu dua hari lagi saja, tapi masih akan bertemu lagi selama masa pengabdian kita.

Saya sendiri selama 29 tahun bekerja, Alhamdulillah ketemu atasan baim baik saja, mungkin karena saya orang baik wkkwkwkwkkw…

Ada sebuah kalimat yang sering dijadikan status oleh beberapa teman dalam medsosnya  “jabatan akan tamat, tetapi bagaimana kau memperlakukan orang akan selalu diingat’

 

Mohon maaf sekiranya ada yang tidak berkenan

 

Kampung Ujung Harapan, Mei 2024


LDR

Kalau kau tahu semua ketakutan yang kurasakan saat ini, aku yakin kau tak akan pergi dariku walau sedetik saja.


Lembaran akhir buku harian kedua miliknya yang kubaca. Buku harian yang masih sama dengan buku harian sebelumnya. Sebuah buku biru berukuran sedang dengan gembok kecil di sisi luarnya.

Belum usai perasaan syahdu yg menerpaku ketika kubaca buku harian pertama yg ditinggalkannya, ini bagai badai kedua yang hempasannya tak dapat ku tahan lagi. Air mataku tumpah bagai aliran sungai tanpa batas, memuntahkan semua emosi penyesalan dan rasa bersalah yang tercipta. Aku terkulai lemas di atas bekas meja kerjanya, bercengkrama bersama hayalan, mencoba meraih kenangan kembali bersamanya.

Hatiku lumpuh, badanku runtuh, tak ada tenaga yang tersisa lagi untuk membuka lembaran berikutnya, hanya isak tangis yg terdengar bagai rangkaian nada yang tak beraturan.
Aku ingin teriak memanggil namanya. Tapi apakah dia masih mendengarnya? Apakah sang waktu mau menyampaikan maaf dan kerinduanku padanya?

Kupeluk erat meja kerja yang membisu sedari tadi. Pelukan hangat penuh cinta yang lalai kuberikan padanya saat kami masih bersama. Air mataku menghiba pada Tuhan agar memberikan pelukan hangat pada kekasihku yang tersenyum di sisi Nya.

 

KOS di WBC

(Kumpulan Obrolan Santuy di Warung Bang Casman)


Ibuku Tak Sempurna


 


Ibuku bukanlah ibu yang sempurna. Dia tidak mempelajari ilmu parenting. Tidak juga memakai tips bagaimana mendidik anak. Bukan pula ibu yang mengganti kata 'jangan' dengan 'sebaiknya'.


 Seringkali ibuku juga bersikap keras pada anak-anaknya.Yang kadang tak bisa kunalar dengan pikiran kritisku. Ibuku juga sering membiarkan anaknya mencari penyelesaian atas masalahnya sendiri walau di satu sisi ingin juga ikut campur kehidupan anak-anaknya.


Walaupun tak sempurna bukan berarti ibuku tak pernah melakukan sesuatu yang heroik bagi anak-anaknya. Ibuku tak pernah membelikan anak-anaknya baju baru tapi ia menjahitnya untuk kami dengan renda bertuliskan nama kami di baju.  Tak pernah juga memberi uang untuk pergi ke salon untuk sekedar memotong rambut tapi ia memotong sendiri rambut anak-anaknya. Tak juga sanggup memberikan uang jajan berlebih tapi ia selalu memasak dan membuatkan cemilan untuk kami.


Ternyata aku mendapatkan masa kecil yang bahagia di tengah keterbatasan walau dulu tak pernah kusadari. Aku sering membandingkan dengan kehidupan anak lain yang lebih hebat menurutku, yang bisa menyombongkan diri ketika membeli baju baru, atau pergi ke salon atau juga makan di restoran mewah. Andai aku bisa kembali ke masa itu, tentu aku akan lebih mensyukuri apa yang kupunya saat itu.


Setiap anak pasti memiliki kenangan tersendiri tentang ibunya masing-masing. Bersyukur adalah cara terbaik ketika kita masih memiliki ibu. Saat ini hanya doa yang bisa kulafalkan dalam setiap helaan nafasku, agar ibuku, ibu mertuaku dan juga ibu-ibu lainnya selalu sehat dan bahagia. Selamat Hari Ibu untuk semua Ibu....❤️❤️


Depok,  22 Desember 2020

LELAKI INI DAN PEREMPUAN ITU DAN GUGATAN MASA LALU


Lelaki ini terperenyak. Sederet aksara bersungkup rahasia menggugat bayangannya. Menyeret paksa luka-luka lama, menggenangi diri dengan darah basi. Menggurati hati yang bahkan sudah tidak ada spasi. Lelaki ini tak tahu lagi. Harus tertawa geli atau menangis sedih. Cinta coba-coba, mencumbu nafsu di sudut-sudut kota adalah masa lalu yang sudah terbingkai rapi. Terpajang di bilik-bilik sunyi patala[1]. Menggugahnya tak ubah memicu daiwi astra[2], akan menghancurkan bahkan yang tak berdosa. 

*
"Ini kupat tahu paling enak se-Asia Tenggara" bual Perempuan itu lucu. Lelaki ini hanya tertawa. Mana ada kupat tahu diperingkat layaknya sekolah. Kupat tahu itu mungkin bukan yang terenak seperti bualannya, tapi menikmatinya akan selalu dirindui bertahun-tahun setelahnya. "Coba lihat tumpukan bunga-bunga ungu itu!" Perempuan itu sudah berpindah lagi. Cepat sekali layaknya gonta ganti kanal televisi. Dilihat sekilas, tak suka lalu ganti. Lelaki ini cuma geleng-geleng kepala. Cekrek...cekrek...We keep this love in photograph, we made these memories four ourselves[3]. Bagai puzzle yang saling melengkapi. Tuhan menciptakan keindahan Perempuan itu bagai tumbu ketemu tutup dengan hamparan ungu guguran bunga yang jatuh. Lelaki ini membeku, terhipnotis pantulan prisma yang tak terduga. Jalanan kota perjuangan ini memang selalu hangat. Meski tak sehangat dulu saat wedhus gembel masih nyaman berkubang lava. "Keretamu nanti jam berapa?" tanya Perempuan itu, entah yang ke berapa. Lelaki ini hanya membalas dengan tawa, "nanti juga jumpa" sambungnya. Perempuan itu terlihat mempesona, dalam balutan cardigan abu. Kontras dengan rambutnya yang berwarna ungu. "Dingin ya?" tegur Perempuan itu sambil mengurangi suhu pendingin udara. Lelaki ini cuma tersenyum. Kecanggungan merayapi ruangan sempit itu. Seminggu terasa cepat sekali berlalu, menyisakan deru nafas memburu siang malam tak kenal waktu.

*
Lelaki ini masih menatapi gugatan aksara itu. Tidak lupa tapi tidak benar-benar ingat yang mana. Waktu adalah senjata yang ampuh, menggilas angkuh makhluk-makhluk fana. Tak terkecuali rasa. Dibukanya sebuah layar baru, lalu mulai menuliskan kata "Aku adalah sekarang, laluku mungkin sama dengan lalumu, tapi tidak kemana aku akan menuju".


Jakarta, 27062020




[1] Alam bawah
[2] Senjata para dewa
[3] Photograph, Ed Sheeran

Lelaki Ini Dan Perempuan Itu Dan Waktu Yang Tak Mau Berhenti


Hujan. Lagi. Namun tak seramai tadi. Pasukan tirta terjun lembut bagai prajurit berparasut. Mendarat lalu berebut mencari lubang semut. Lelaki ini memejamkan matanya. Menangkap hening, mencoba menyerap hembusan nafas-nafas yang mendengkur halus. Mendengarkan derap kaki kelabang yang tergopoh menghindar tenggelam.

Layar monitor itu masih kosong. Hanya tertulis Document1-Word. Dan kursor yang tak lelah berkedip menggoda. Sesekali terlihat mencela “ayooo…mana tintamu? Hentakkan jemarimu…tidakkah kau lihat aku sudah menunggu lama?”. Lelaki ini tak acuh. Diraihnya cangkir kopi, sial tinggal tetesan terakhir. Cangkir ketiga dalam 3 jam 25 menit ini. Bercak coklat kehitaman membekas. Lelaki ini sedetik tergidik, membayangkan bercak yang sama di lambungnya.

Lelaki ini masih terdiam di kelengangan. Tak ada angin, hujan pun sudah sudah lelah turun. Menyisakan gigil dan petrichor. Tadinya lelaki ini ingin membuat puisi. Menyamarkan rasa dalam kata-kata berima. Mengisyaratkan cinta dibalik kata-kata penuh makna. Makin dicoba makin buntu rasanya. Saat diam kata-kata indah menyeruak kepala. Saat tertumpah yang keluar sumpah serapah. 4 jam 5 menit. Malam sudah 2/3. Satu dua suara mulai terdengar. Lelaki ini sungguh berharap waktu berhenti. Agar dapat menyelesaikan puisi ini sebelum pagi. Dilemaskannya jemari, dikerutkan kening memicing mata. Harus selesai sebelum pagi. Layaknya janji Bandung Bondowoso kepada Rara Jonggrang. Tepat sebelum ayam tetangga berbunyi, puisi itu jadi. Lelaki ini menghembus nafas lega. Diregangkan punggungnya, rebah seadanya mengusir lelah.

***
Disudut lain kota. Perempuan itu terjaga denting lembut gawai di atas meja. Jam 04.12. Setengah kantuk dibacanya pesan masuk : Aku Rindu. Selarik senyum tipis, lalu kembali menyuruk ke balik selimut. Menghangatkan diri menenangkan hati di sela dengkur kekasih hati.

Jakarta, 06052020


Trauma

Ketika matahari baru menampakkan diri, ia berjalan menuju pantai seraya mengukur batas cakrawala. Hari ini cerah, batinnya. Sedikit sisa angin malam melewatinya lalu pergi terusir matahari yg kian tinggi.

Ombak datang dan pergi mengiringi langkah laki-laki itu. Setiap kali ia menjejakkan kaki, ombak datang menghampiri, menghapusnya. Sesekali ia menoleh ke belakang menyaksikan jejak-jejaknya yg hilang. Dalam diam pikirannya berkata, 'Ah, seandainya semudah itu menghapus semua kenangan ini'

Pantai itu indah, juga tenang. Sedikit sepi karena tempatnya yg tersembunyi. Tempat yg cocok untuk menentramkan diri atau mencari inspirasi. Namun laki-laki itu sepertinya bukan berada diantara keduanya karena ia hanya berjalan tak lama lalu pergi entah kemana.

Sorenya ia kembali. Tak lagi berjalan, ia hanya duduk di pinggir pantai. Hanyut dalam lamunan. Terkadang bibirnya terlihat bergerak mengucap kata yg entah apa. Tampaknya ia tengah membiarkan berbagai kenangan muncul bergantian di layar ingatan.

Tiba-tiba ia mengeluarkan sepotong kertas dan pena. Menuliskan sesuatu. Matahari jingga mulai melukis cakrawala. Waktunya tak lama lagi. Ketika kalimat terakhir dituliskannya, senja telah temaram. Segala warna mulai terhisap kegelapan.

Perlahan ia memisahkan pena dari kertas yg ditulisnya. Angin datang bergantian semakin kencang. Lalu Ia berdiri sambil memegang kertas catatannya dengan dua jari. Dan pada hembusan angin terkencang yg dirasakannya, jarinya membuka. Kertas itu pun melayang. Dan sebelum ia jatuh menyentuh lautan, lelaki itu telah membalikkan badan.

Gelap lalu berkongsi dengan sepi ketika lelaki itu pergi. Kertas yg ditulisnya telah tenggelam bersama buih dan tarikan gelombang. Di antara pasir dan karang, lautan menyerap tulisan laki-laki itu. 'Segala peristiwa yg datang dan pergi, tak bisa menghapus kenangan akannya. Semakin kulawan semakin aku merasa terus berhadapan. Pernah kutitipkan ingatan ini pada mentari senja, ia hanya menyimpannya dalam malam untuk kemudian mentari pagi membawakannya padaku kembali. Hari ini aku serahkan ingatan ini padamu wahai lautan. Seperti sungai-sungai kotor yg mengalir dan larut denganmu. Jika ia ingin kembali, biarlah ia datang sebagai hujan. Ia tetap ada tapi aku mengingatnya dengan cara berbeda agar hidup tak lagi hanya berputar di jalan yg sama.'

Lalu laut pasang. Kertas itu semakin dalam tenggelam. Ada tetapi telah entah dimana. Seperti harapan lelaki itu pada ingatan buruknya.

END