Ia hadir disaat kegersangan hati melanda
Angin lelah berhembus menjadi pertanda
Gumpalan awan menjelaga
Rintik hujan mengubah kelopak mata menjadi telaga
Telaga air mata
Ia hadir disaat kegersangan hati melanda
Angin lelah berhembus menjadi pertanda
Gumpalan awan menjelaga
Rintik hujan mengubah kelopak mata menjadi telaga
Telaga air mata
Sepasang kaos kaki usang
Teronggok di sudut kota metropolitan
Kusam, dekil, tak menarik
Ribuan mata enggan tuk melirik
Kaos kaki usang ingin menghangatkan
Melindungi kaki-kaki mulus terawat
Disimpan rapih dan wangi di dalam laci lemari indah
Atau tergantung di etalase-etalase pusat perbelanjaan mewah berpendingin udara
dan kaki-kaki mulus terawat lalu lalang
Sekedar tuk cuci mata
Sebagaimana dahulu ia pernah merasakannya
Suatu hari, ia bertanya kepada langit
Tentang takdirnya menjadi usang
Namun langit tak menjawabnya
Langit hanya mengutus angin tuk menghibur dirinya
Sepasang Kaos kaki usang kini sadar
Takdir harus dijalani dengan sabar
Meski ia kini teronggok di dalam plastik butut
Ia masih mempunyai manfaat menghangatkan kaki yang juga dekil seperti dirinya
Ia pun bersyukur
Karena baginya syukur melapangkan hatinya
Begitupun aku …
“Ini keputusanku! Kamu tau ‘kan aku itu sangat pencemburu, dan aku gak suka kalo foto-foto kamu dinikmati banyak orang, apalagi laki-laki …”
Itu keributan yang kesekian puluh kalinya sepanjang usia pernikahan kami … dan seperti biasa, aku tidak mau begitu saja menerima hal yang menurutku terlalu berlebihan, hingga akhirnya kata-kata itu meluncur: “Gak ada negosiasi, tutup semua akun medsos kamu, atau kamu aku anggap sebagai istri yang pembangkang!”
Sebut saja namanya Bram … lelaki yang sangat menyayangiku dengan caranya yang juga teramat unik bahkan sering kali menyakitkan … Pengalaman hidupnya berpuluh tahun hidup dalam ‘topeng’ membuatnya ‘sakit’ dan merasa bahagia dengan ‘memaksaku’ berubah menjadi sosok wanita dan istri yang dia idamkan
‘Mengalah’ menjadi pilihanku … karena aku tiba-tiba menjadi takut untuk ditinggalkan [lagi]
Terbebas dari hiruk pikuk media membuatku pelan-pelan menjadi ‘terbiasa’, lalu lebih berhati-hati dalam berbagai hal … Bahagia? Rasanya akupun tak tahu harus menguraikannya seperti apa ...
Terkadang aku sangat rindu membagikan perasaan dan keadaanku dalam bentuk unggahan cerita, namun lagi-lagi aku takut jika wahana yang kugunakan, dengan satu nama tanpa inisial akan dikenali dan membuatku kembali kehilangan dan ditinggalkan …
Karena, semua orang takut untuk ditinggalkan, begitupun aku …
[Agustus 2021]