Drupadi,
merasa dirinya menjadi maharatu,
Ibu Peri pintar dengan manis tingkah laku,
Wajah cantik mempesona sepanjang waktu
Tempat segenap mata dunia tertuju
Drupadi
Puja dan puji padanya melahirkan congkak,
Reputasi sebagai penakluk lelaki tertanam di benak
Ditebarnya pesona pada setiap pijak,
Kata dan sikap manis yang menjebak
Dan hati lelaki tak ubah mainan kanak kanak,
Direngkuh asik dalam permainan sejenak
Lalu setiap bosan mendera, satu persatu dicampak,
Kesedihan mereka, menjadi bahan tawa tergelak
Drupadi,
Tak takutkah dia akan karma?
Satu dua hati yang terluka ,
akan menyisakan bara,
Yang terus akan berkobar menemukan cara
Untuk menjadikan drupadi dinista
Seumpama dulu , satu persatu kain penutup raganya
Direnggut dan dicabik tangan kotor dursasana
(Bandung, 26 Desember 24)