Sebenarnya udah agak lama aku nonton film ini ketika film ini baru release. Agak telat aku membahas film ini, tertunda beberapa hari. Disclaimer di awal, tak ada niatku untuk spoiler dan ini reviu dari sudut pandangku sendiri.
Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga dengan latar belakang Batak yang terdiri dari Bapak, Ibu, dan empat orang anak. Film ini dibuka dengan ibu yang menghubungi tiga orang anak laki-lakinya yang merantau di luar pulau agar segera pulang. Sayangnya ketiga anak laki-laki tersebut menolak dengan berbagai alasan. Sang Bapak memanfaatkan anak perempuannya yang penurut dan tinggal bersama mereka untuk membujuk kakak dan adik-adiknya pulang. Dari situlah kisah dirangkai sampai dengan film berakhir.
Ada percakapan yang menarik bagiku dalam film ini. Percakapan antara Bapak dan Ibu ketika anak perempuannya berhasil membujuk kakak dan adik-adiknya pulang.
Bapak: Apa kubilang! Kalau kau ikuti usahaku, pasti berhasil, kan?
Ibu: Kau memang paling hebat di dunia. Danau Toba ada pun karena kau!
Menurutku percakapan ini sangat relate denganku, mungkin juga dengan banyak orang. Aku merasa muak menghadapi orang yang menyombongkan diri. Padanan kata yang menurutku sesuai untuk menggambarkan kesombongan sang bapak adalah “apa kubilang!” Sering kan kita bertemu dengan orang yang merasa dirinya paling berjasa atas suatu keberhasilan.
Di mataku, Tika Panggabean yang berperan sebagai isteri dan Arswendi Nasution yang berperan sebagai Bapak sangat pantas mendapatkan penghargaan atas aktingnya yang sangat apik sepanjang film. Salut kuberikan kepada penulis skenario dan sutradara, Bene Dion yang dengan cantik memotret budaya keluarga Batak di film ini. Juga semua casting yang sudah menampilkan aktingnya dengan baik, wajar dan tidak berlebihan.
Dari film ini, aku berpikir bahwa kita harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang beberapa pihak. Kita sebagai orang tua harus memikirkan kesulitan anak-anaknya yang harus bekerja di luar pulau sehingga waktu untuk pulang semakin terbatas. Selain itu mereka memiliki mimpi dan passion masing-masing untuk karier dan kehidupannya. Sebagaimana sudah dibahas Rhenald Kasali bahwa kita mendidik anak agar menjadi Rajawali tapi kita berharap anak kita menjadi burung dara yang harus selalu berada di dekat kita.
Begitu pula jika kita sebagai anak. Kita harus memahami bahwa orang tua kita semakin bertambah usia, perasaan kesepian itu selalu menghantui. Orang yang paling bisa “diganggu” adalah anak-anaknya yang dari kecil sampai remaja selalu dekat dengan kita. Dalam hati dan pikiran mereka tak ada yang dipikirkan selain anak-anaknya. Anak-anaklah sumber kebahagiaan orang tua.
Konflik yang terjadi dalam film Ngeri-Ngeri Sedap terjadi karena masing-masing pihak, baik Bapak, Ibu dan anak -anaknya tidak saling memahami kondisi masing-masing. Semua digambarkan dengan apik dan sewajarnya. Walaupun film ini menceritakan tentang keluarga Batak, tapi menurutku tetap relate untuk keluarga dari suku apa saja. Aku cukup murah hati dengan memberikan dua jempol untuk film ini. Tak heran penonton film ini sudah melewati angka 2 juta. Selamat!
Oya, film ini juga mengajak kita traveling ke Danau Toba yang sangat cantik. Mudah-mudahan suatu saat aku memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan Danau Toba…
Bandung, 24 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar