Dalam kisah perwayangan di Indonesia, kita sering mendengar adanya para punakawan yang biasa disebut juga dengan goro-goro. Kehadiran para punawakan ini, sangat dinantikan oleh penonton karena mereka menyuguhkan komentar, lelucon bahkan kritikan yang menghibur.
Punakawan yang terdiri dari Semar, bersama dengan ketiga anaknya, Bagong, Petruk, dan Gareng selalu tampil menyegarkan suasana pertunjukan. Gelak tawa selalu ditimbulkan oleh ketiga punakawan ini, baik melalui gerak-geriknya, maupun celotehannya. Mereka hadir sejenak di tengah konflik atau cerita inti dari kisah pewayangan sebagai abdi dari tokoh utama, namun sejatinya punakawan ini bukan hanya sekedar abdi, mereka juga berperan sebagai penasehat bagi tokoh utama. Mereka hadir ketika tokoh utama dalam kisahnya mengalami konflik/dilema dalam kehidupan, sosok punakawan inilah yang dapat memberikan panduan bagaimana jalan terbaik yang harus dipilih oleh tokoh tersebut, meskipun disampaikan dengan cara yang kocak dan jenaka.
Punakawan berasal dari dua bahasa pana dan kawan. pana berarti tahu dan kawan maksudnya sahabat. Maksudnya kawan yang tahu mana yang baik dan mana yang benar, yang dapat memberikan nasehat/kata-kata bijak tentang hidup dan kehidupan kepada tokoh utama dan penonton. Ada pula yang mengkiaskan punakawan ini adalah ''hati nurani' yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil haruslah yang didasari dengan kehati-hatian dan mempertimbangkan manfaatnya bagi kehidupan.
Dengan filosofi seperti itu, maka tokoh punakawan yang selalu mendampingi para pandawa (disimbolkan sebagai tokoh kebaikan), dapat berarti pula bahwa setiap manusia yang masih mau mendengarkan hati nuraninya, ia senantiasa akan mendengarkan suara hatinya, sedangkan bagi orang yang tak mau mendengarkan hati nuraninya, ia tak mampu mendengar atau mengabaikan suara-suara kebaikan dalam dirinya sendiri (disimbolkan dengan para kurawa).
Jadi punakawan meskipun tidak menjadi tokoh sentral, dan dengan penampilan fisiknya yang tak sempurna pun, tetap mampu memberikan manfaat di tengah jalannya kehidupan sang tokoh utama yang selalu penuh rintangan dengan suka cita. Seyogiyanya dalam diri dan kehidupan, kita mampu menciptakan dan menemukan punakawan ini.