kelopak mata belum juga terbuka lebar
gelagapan mencari puisi ke sudut-sudut kamar
gelagapan mencari puisi ke sudut-sudut kamar
ternyata sedang duduk-duduk santai di selasar
asyik berkelakar dengan mentari yang baru saja keluar
"Puisi yang satu lagi mana?"
aku menanyakan pada puisi pertama
aku menanyakan pada puisi pertama
di kejauhan tampak dia melambaikan tangan bersama dedaunan
hijau berkilau setelah semalaman mendesau
terdengar cicitcuit dari atap-atap rumah yang seperti saf salat
menemani puisi yang bersiap rapat
"Puisiku masih kurang satu, ada yang tahu?"
coba kutanya pada dunia dan mereka
"Dia masih lelap dalam gumpalan gelap
di bawah rongga dada"
serempak jawaban terlontar kompak
kunyalakan lampunya
puisi terbangun dari gulita
dan bergegas menyiapkan rasa.
/ekp --- 26 Juli 2021