Panas sedang terik-teriknya
di dalam kepala,
sejenak berteduh di bawah rindang
pohon-pohon virtual,
menghela nafas meregangkan
sengkarut kerut-kerut masalah.
dari lini masa ke lini rasa,
Berembus angin sepoi
kadang asoi,
tak jarang amboi,
seringnya koboi,
Woi!
Di hadapan mata, jalanan amburadul,
mampet, lalu marah-marah
sepertinya harus belajar pada otakku,
amburadul, mampet, tapi ngampet.
Isi kepala malah jadi kalap
meskipun bulan datang
berusaha menengahi
membawa lampu petromaks,
agar bisa pulang menembus gelap.
Sial, malah bau spiritus, dan bau asap,
Sudah sumbunya pendek,
memompanya terlalu kuat pula
Alamak, bukannya terang
malah terbakar kepalaku.
Kusiramkan air
dari sumber-sumber nasihat digital,
suhunya dingin dan menyejukkan
supaya padam,
lumayan,
rambutku belum semuanya botak,
tapi masih bau sangit
Bukannya pulang, malah melanglang
menyusuri jalanan ibu kota,
yang anak-anaknya sudah dewasa,
sibuk mencari uang dan kesenangan,
larut dalam hiruk pikuk
yang terus-terusan binal,
menanggalkan akal, meninggalkan moral,
lalu bertingkah di luar normal,
kemudian menghamba pada viral.
Sambil harap-harap cemas,
esok hari masih ada tombol update
atau tinggal uninstal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar