Pukul
06.12
“Lo
yakin mau turun disini?”, aku menatap ragu ke arah wanita yang sejak semalam
menemaniku. Entahlah, sejak beberapa jam yang lalu, ada perasaan tak biasa yang
tiba-tiba membuatku seperti merasa iba. Ah tidak juga, mungkin sedikit sayang,
namun bukan cinta.
“Iya,
tuh angkotnya yang di ujung itu,” dia menunjuk ke sebuah angkot yang sedang
ngetem tak jauh dari kendaraan kami. “I
am familiar enough to take angkot, don’t worry,” lanjutnya sambil
mengerlingkan mata indahnya.
Begitu
laju kendaraan kuhentikan persis di belakang angkot tua tersebut, dengan sigap
Ayu, nama wanita itu, bersiap segera turun. “Safety drive ya, Ndra ...,and thanks a lot for all,” ujarnya lembut lalu mengecup pipiku
sekilas sejenak sebelum berlalu meninggalkan harum aroma parfumnya yang khas
menari-nari dalam rongga sedan mungilku.
Tiba-tiba
aku merasa ada sesuatu yang hilang.
***
Entah
sudah berapa puluh atau ratus kali Jum’at aku mendapat jadwal untuk kegiatan
kantor yang diadakan di beberapa tempat atau hotel terkait suatu program yang
harus dituntaskan karena menumpuknya beberapa agenda rutin. Namun tidak untuk
Jum’at malam kemarin. Aku merasa jenuh sekali, burning-out.
Ayu
adalah teman lama yang kukenal sejak aku di masa SMA. Sosok perempuan yang
cantik, aktif dengan berbagai kegiatan, cerdas dan sangat supel. Orang tua nya
yang cukup berada di kota kecil kami saat itu, menambah nilai plus pada kebekenannya.
Secara tak sengaja, kami bertemu di kota ini kira-kira 2 minggu yang lalu,
ketika aku dan salah seorang teman sedang menikmati makan siang di salah satu
resto yang ternyata tak jauh dari tempat Ayu kost.
Saat
itu kami tidak banyak bicara, namun sempat bertukar nomor telpon lalu beberapa
kali saling mengirim pesan singkat hanya sekedar saling sapa. Hingga kemarin
sore. Di akhir hari kerjaku minggu ini, aku seperti enggan sekali untuk pulang
ke rumah. Aku benar-benar menginginkan suasana baru untuk menghilangkan
kepenatanku. Gayung bersambut, ketika dengan ragu aku menelpon Ayu lalu
mengajaknya makan malam bersama, dia menerima ajakanku dengan senang hati. Tak
sulit untuk izin tidak pulang kepada istriku, karena dia tahu bahwa kegiatan
kantorku memang sering mendadak.
***
“Hidup
gw tuh udah ky’ sinetron, Ndra ...”, Ayu memulai ceritanya semalam. Seingatku,
Ayu adalah satu-satunya teman yang memanggil namaku dengan sebutan “Ndra ...”,
bukan “Ren ...”.
“Yah
seperti cerita-cerita kliselah, pacaran cukup lama, trus nikah, trus mulai
ribut-ribut kecil sampe akhirnya harus melewati berbagai masalah ekonomi,
perselingkuhan yang berujung dengan KDRT lalu perceraian,” Ayu melanjutkan
ceritanya. Senyum getir memoles ujung bibirnya.
Huffttt
... dalam kepenatanku, aku menatap dalam wajahnya. Beban yang dia sembunyikan
jelas tergambar pada wajah cantiknya yang terlihat lelah. Entah mengapa,
sekelebat bayangan masa-masa kami SMA terlintas begitu saja. Aku berusaha keras
mencari sosok Ayu yang dahulu, namun pencarian itu justru menimbulkan rasa
perih dan iba. Rentang waktu 12 tahun menikah bukanlah masa yang terbilang
singkat. Ayu pasti sudah sangat menderita jika akhirnya dia memutuskan untuk
pergi membawa anak-anaknya meninggalkan suaminya.
**A hundred days have made me
colder, since the last time I saw your pretty face ...
I’ve heard this life is overrated, but I hope that it gets better as we
go ...
Lantunan
musik yang terdengar seperti mewakili kecamuk perasaanku mendengar cerita Ayu.
“Udah
ah, kita cerita yang laen aja. Lo gimana sih, gw minta temenin lo jalan malem
ini tu buat menghibur gw, bukan buat dengerin cerita-cerita beginian,” aku
menekan keras suara parauku, agar terdengar biasa. Lalu kami mulai bercerita
tentang berbagai hal semalam. Suasana kafe 24 jam yang sederhana dan tak
terlalu ramai itu membuat kami leluasa untuk bersenda gurau hingga shubuh
datang.
***
Jalanan
di depanku sudah mulai terlihat ramai. Aku melambatkan laju kendaraanku,
mematikan AC. lalu membuka jendela untuk menikmati udara Sabtu pagi yang sejuk.
Pikiranku dipenuhi oleh sosok Ayu. Pekan ini, dia ingin bermalam di rumah
saudaranya, dimana dia menitipkan anak-anaknya. Dia meminta pengertianku untuk
tidak mengantarkannya.
**I’m here without you baby,
But you’re still on my lonely mind
I think about you baby and I dream about you all the time
**
Here without you, 3 Doors Down
Sebuah cerita yang menarik.
BalasHapusMonggo, maen ke rumah maya saya di : www.storiespark.blogspot.com.
🙏🙏🙏😊🦉
Siyap mb Sri ... Terima kasih untuk undangan maen nya, hhehehe
BalasHapusAda saran/masukan untuk blog pribadi saya?
Hapus