Pedang terhunus, pistol terendus
Sigap mengintai, tak kenal lalai
Serentak beranjak, membentangkan tegak
Perang tak kunjung usang, kian luas mengembang
Pasukan bersorak maju, berharap hapuskan pilu
Nahas mereka kembali tersedu, kenyataan memilih tetap sendu
Bukan tidak gigih dalam berjuang, memang lawan di luar jarak pandang
Menyerang gesit jasad yang sakit, berpindah tempat jejak tak sempit
Berdiam dalam sangkar jadi pusaka, senjata mujarab agar tak mengganda
Sayangnya banyak tak percaya, berlagak anti putus asa
Ada merasa belum rela, abai demi lapar dan dahaga
Tak sepenuhnya mereka salah, tapi banyak tabib mulai lelah
Peluh menyentuh sekujur tubuh, terenyuhnya perantara sembuh
Ingin rasanya sekadar menyeka, apalah daya tak menyentuh muka
Tawa canda mengalirkan lega, masker rapat membuat tak bisa
Bersandar sejenak hilangkan penat, apa lacur harus berganti hazmat
Baiknya kita ulurkan tangan, maksimal meski tak bersentuhan
Memaku laku di balik tembok, selepas ayam jantan berkokok
Tatap kaca mengganti tatap muka, menghemat langkah menghentikan masa
Bersama merapal seragam damba, tengadah dua tangan dalam esa
Ini serius bukan sebuah gurau, agar sandal-sandal kembali ke surau
Biar puing celengan pecah, kembali dihuni rupiah
Menghibur gedung-gedung memandang lengang, pulihkan garang menatap lalu lalang
Mendinginkan cemas yang lama memanas, terangi senyuman menyunggingkan ikhlas
Kini memang terasa berat, suratan nasib tak bersekat
Tergeraklah sedikit berkhidmat, sebelum hujan lekatkan karat
Mungkin telah melanda kebosanan, merindukan lekuk tubuh jalanan
Bisa jadi justru bumi sedang jemu, lama terjamah ingin dan ego semu
Coba tangkupkan kedua tangan, wujud sesal dalam pertobatan
Tak jua merasa paling benar, cukup ketakwaan jadi ikrar
Mari berpelukan dalam ikhtiar, semoga dunia sudi berbinar
Enyahkan walau setitik kikir, hapuskan sombong agar tak mampir
Mudah-mudahan Sang Raja mengabulkan pinta, menurunkan bahagia dan tawa menggema
Sigap mengintai, tak kenal lalai
Serentak beranjak, membentangkan tegak
Perang tak kunjung usang, kian luas mengembang
Pasukan bersorak maju, berharap hapuskan pilu
Nahas mereka kembali tersedu, kenyataan memilih tetap sendu
Bukan tidak gigih dalam berjuang, memang lawan di luar jarak pandang
Menyerang gesit jasad yang sakit, berpindah tempat jejak tak sempit
Berdiam dalam sangkar jadi pusaka, senjata mujarab agar tak mengganda
Sayangnya banyak tak percaya, berlagak anti putus asa
Ada merasa belum rela, abai demi lapar dan dahaga
Tak sepenuhnya mereka salah, tapi banyak tabib mulai lelah
Peluh menyentuh sekujur tubuh, terenyuhnya perantara sembuh
Ingin rasanya sekadar menyeka, apalah daya tak menyentuh muka
Tawa canda mengalirkan lega, masker rapat membuat tak bisa
Bersandar sejenak hilangkan penat, apa lacur harus berganti hazmat
Baiknya kita ulurkan tangan, maksimal meski tak bersentuhan
Memaku laku di balik tembok, selepas ayam jantan berkokok
Tatap kaca mengganti tatap muka, menghemat langkah menghentikan masa
Bersama merapal seragam damba, tengadah dua tangan dalam esa
Ini serius bukan sebuah gurau, agar sandal-sandal kembali ke surau
Biar puing celengan pecah, kembali dihuni rupiah
Menghibur gedung-gedung memandang lengang, pulihkan garang menatap lalu lalang
Mendinginkan cemas yang lama memanas, terangi senyuman menyunggingkan ikhlas
Kini memang terasa berat, suratan nasib tak bersekat
Tergeraklah sedikit berkhidmat, sebelum hujan lekatkan karat
Mungkin telah melanda kebosanan, merindukan lekuk tubuh jalanan
Bisa jadi justru bumi sedang jemu, lama terjamah ingin dan ego semu
Coba tangkupkan kedua tangan, wujud sesal dalam pertobatan
Tak jua merasa paling benar, cukup ketakwaan jadi ikrar
Mari berpelukan dalam ikhtiar, semoga dunia sudi berbinar
Enyahkan walau setitik kikir, hapuskan sombong agar tak mampir
Mudah-mudahan Sang Raja mengabulkan pinta, menurunkan bahagia dan tawa menggema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar