“Kamu tau kenapa hati kita
ada dua?,” tanyamu saat itu.
Aku menggeleng.
Aku bergeming, tidak terlalu
peduli dengan kata-katamu yang sarat makna tentang sebuah rongga yang berada
dibawah diafragma.
Yang terpenting bagiku ketika
itu, kita saling mencinta dan bahagia.
Tak kutanya pula rasamu
padaku kau simpan disisi mana, atau berapa besar kadarnya.
Waktu berlalu seiring masa
...
Aku terus mencoba menghapus
semua, sia-sia ...
Cardia yang ditempati kama
yang lebih mempesona tak juga mampu menggerus manah.
Sosokmu tetap berada
disana.
Merangkul erat bagai kisah
Cleopatra.
Tak pula ku tau ada di ruang sebelah mana
.
Ya, aku selalu mendua. Tak
apa.
Bukankah katamu Tuhan tak
pernah salah dalam menganugerahi tresna?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar