Aku terkurung dalam bangunan yang penuh dengan selasar
Segelintir orang berteriak depresi
Terkurung dalam ketidakpastian ruang dan waktu
Segelintir lainnya menangis meratapi kenyerian hebat melanda
Raungan dan teriakan berbaur tanpa bisa dikendalikan
Orang dengan baju putih mencoretkan pena sambil berbicara dengan orang-orang yang sedang gundah
Petugas lainnya hilir mudik mengusahakan yang terbaik dalam lelah berkelanjutan
Aku, yang harus lebih sabar dari semua orang, berdiri di samping ‘gravitasi hidupku'
‘Sang Gravitasi' sedang terkulai menunggu jawaban atas ketidakpastian ruang dan waktu
Kuperhatikan orang-orang yang lalu lalang, kemudian kuciptakan kaveling di otak dan pikiranku
Kucatat, suatu saat akan kutuangkan dalam kisah mendalam tentang perasaan mereka berada dalam kecemasan
Tiga ratus enam puluh menit terkurung dalam ruangan itu, aku memahami betapa cemasnya orang menunggu kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya pada hidupnya atau hidup orang yang dicintainya atau 'pusat kehidupan' keluarganya
Selama itu pula aku memahami betapa lelah dan tertekannya para petugas yang dituntut tetap ramah kepada orang-orang yang sedang depresi
Yang kulakukan saat itu adalah menumpahkan pikiran dalam tulisan sederhana dan tentu saja tak seindah garis pena para pujangga
Satu hal yang kurasa adalah menanti itu merupakan proses yang sangat melelahkan
Berjuanglah wahai jiwa-jiwa yang lelah, keluarkan segala gundahmu
Bertahanlah, lakukan yang terbaik yang kau sanggup
Kuberikan juga bunga mawar merah untukmu para petugas yang masih sabar memberikan harapan atas hidup orang lain
Di akhir bait, pertanyaan yang ingin kusampaikan adalah mampukah aku bertahan jika aku adalah orang yang berbaju putih
Somewhere, 14 Januari 2020
Segelintir orang berteriak depresi
Terkurung dalam ketidakpastian ruang dan waktu
Segelintir lainnya menangis meratapi kenyerian hebat melanda
Raungan dan teriakan berbaur tanpa bisa dikendalikan
Orang dengan baju putih mencoretkan pena sambil berbicara dengan orang-orang yang sedang gundah
Petugas lainnya hilir mudik mengusahakan yang terbaik dalam lelah berkelanjutan
Aku, yang harus lebih sabar dari semua orang, berdiri di samping ‘gravitasi hidupku'
‘Sang Gravitasi' sedang terkulai menunggu jawaban atas ketidakpastian ruang dan waktu
Kuperhatikan orang-orang yang lalu lalang, kemudian kuciptakan kaveling di otak dan pikiranku
Kucatat, suatu saat akan kutuangkan dalam kisah mendalam tentang perasaan mereka berada dalam kecemasan
Tiga ratus enam puluh menit terkurung dalam ruangan itu, aku memahami betapa cemasnya orang menunggu kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya pada hidupnya atau hidup orang yang dicintainya atau 'pusat kehidupan' keluarganya
Selama itu pula aku memahami betapa lelah dan tertekannya para petugas yang dituntut tetap ramah kepada orang-orang yang sedang depresi
Yang kulakukan saat itu adalah menumpahkan pikiran dalam tulisan sederhana dan tentu saja tak seindah garis pena para pujangga
Satu hal yang kurasa adalah menanti itu merupakan proses yang sangat melelahkan
Berjuanglah wahai jiwa-jiwa yang lelah, keluarkan segala gundahmu
Bertahanlah, lakukan yang terbaik yang kau sanggup
Kuberikan juga bunga mawar merah untukmu para petugas yang masih sabar memberikan harapan atas hidup orang lain
Di akhir bait, pertanyaan yang ingin kusampaikan adalah mampukah aku bertahan jika aku adalah orang yang berbaju putih
Somewhere, 14 Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar