365 hari kita
Seperti kanak kanak,
mata terlelap seusai terompet terakhir berbunyi, dan nyala petasan terakhir berpendaran,
Dalam lamat cahaya dan mata yang sepat, masih berusaha memahat
"ini kutulis harapan dan cita cita untuk setahun mendatang"
Lalu seperti kanak kanak,
Tetiba suatu sore kita terperanjat
Tukang terompet, petasan, jagung muda dan arang bakar berteriak sekelebat,
Menawarkan dagangan yang mereka muat,
" mari mari, tidakkah kita bersiap wahai penghuni bumi, nanti malam tahun akan lagi berganti"
Tak seperti kanak kanak,
Kita bertanya "kenapa sudah tahun baru lagi?
Kenapa waktu melesat begitu cepat?untuk setahun waktu terlewat,
"apa saja telah ku buat?"
semua seperti dejavu
Bagai keledai pandir dan dungu,
Terperosok berulang pada lubang satu
Setiap akhir tahun mengutuki waktu
Apa mungkin kita jauh tersesat,
Oleh muslihat dunia yang menjerat
harapan dan cita di awal tahun di catat,
Di pegang erat serupa amanat,
tapi laku lampah jarang sependapat
Kita kerap terbuai akan nikmat sesaat, kita kerap menoleh pada sorak sorai yang ramai
Hingga di simpang jalan kita hilang arah,
mana tujuan
mana gangguan,
mana mudarat
mana manfaat
Kalau suara petasan di telinga,
Dan pendar cahaya kembang api,
adalah satu satunya cara
Membuat kita tersadar akan banyak waktu telah tersia,
Maka sebelum terlambat,
Sebelum tubuh makin berkarat
Sebelum nafas menjelang sekarat
Nyalakan saja petasan di tepi telinga,
Pendarkan saja kembang api di ujung retina,
agar sepanjang tahun kita selalu terjaga
(stasiun juanda, akhir tahun 2019)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar