Tuan, kalau kau lupa
Biar ku ingatkan lagi,
Kau duduk di sana
Sebagai wakil kami
Pembawa mandat yang kami titipkan
Melalu pemilu penuh legitimasi
Melaluimu,
Telah kami titipkan aspirasi dan mimpi,
Sebuah negeri bebas dari korupsi,
kejahatan serius
Yang tak cukup ditangani
Oleh jaksa dan polisi
Bertahun lalu
atas nama konstitusi,
Pendahulumu dan pemimpin negeri berkongsi
Lembaga superbody dibidani
Diberikannya fasilitasnya mumpuni,
sumberdaya yang mencukupi,
cegah, tangkal dan tindak prilaku korupsi
Aku dan engkau sama sama menjadi saksi,
betapa kiprah lembaga itu telah teruji,
dari ujung barat sampai timur negeri,
Ketua mahkamah konstitusi, anggota legislatif,
aparat pajak, bupati, menteri dan polisi ,
Pelaku pelaku korupsi dilibas tanpa kenal jeri,
Lalu kemana akal sehatmu pergi?
Mengatas namakan konstitusi,
Tetiba rancangan undang undang kau inisasi,
rumusan omong kosong,
tentang urgensi pengaturan kembali kewenangan,
yang tak lebih dari langkah kebiri,
penguatan dengan lembaga pengawas,
yang tak lebih merecoki fungsi dan tugas,
limitasi sumber perekrutan penyidik,
yang akan hadirkan keraguan akan independensi
Apakah mungkin harimau di hutan sana ditakuti,
hanya karena suara auman yang lantang,
Sementara geliginya habis diprotoli
Wajarkah,
kalau kadang terlintas di pikir kami
Mungkin ada yang tersembunyi,
pat gulipat dan persekongolan di jalan sunyi,
yang satu memberi janji, yang satu bikin konsesi
Biar ku ingatkan lagi,
Umurmu kita mungkin tak panjang lagi,
Tak sampai seabad semua kita akan pergi,
Tapi yang kau tulis dan kerjakan akan jadi prasasti ,
Yang diingat, dicatat lintas dimensi
bisa jadi negeri ini punah karena pilar pilarnya digerogoti korupsi,
Lalu kau akan jawab apa,
ketika nanti anak cucu kita dan Sang Maha Abadi,
menanyaimu nanti?
Sutikno Slamet, 16 September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar