Tapak-tapak tua berbekas di atas alas
Telah lama menghuni pongah berdiri
Peran penjaga bumi jatuh terjerembab dalam kerusakan
Gumpalan tanah yang jadi moyang dipakainya tumpuan kemaksiatan
Ingatkah engkau pada masa penciptaan
Malaikat sempat tak setuju penunjukan dirimu
Watak perusak jadi alasan ragu
Sang Khalik membelamu karena Dia yang Maha Tahu
Acuhmu masih saja meninggi saat petunjuk jelas menerangi
Larangan tetap kau daki, perintah beraninya kau kangkangi
Lirih nasihat tak lagi mempan
Teriakan peringatan tak jua menggetarkan
Kini penggenggam bumi bertindak
Al Malik menurunkan setitik kuasa yang dipunya
Membolak balik lempengan daratan
Mengangkat yang di bawah, meruntuhkan atribut lambang jumawa
Air asin pun diajaknya beranjak
Menggulung segala apa yang diajak
Sang Raja sejak lama telah berkata,
Musibah alam semesta adalah andil tangan manusia
Bukan...bukan hanya Palu - Donggala
Bukan pula waktu silam bagian barat nusa tenggara
Tapi seluruh insan di negeri Indonesia
Semua karena kalian, seluruhnya karena kita
Mereka jadi akibat teguran keras kepada kita
Mereka jadi akibat balasan atas dosa kalian
Apakah kini kalian hanya berdiri bersedih hati
Bermodal muka sedih yang tak tentu dari hati
Membiarkan mereka di sana menderita sendiri
Jadi penebus banyaknya dosa-dosa kita di sini
Bergerak dan bangun lah...
Ulurkan tangan suapkan bantuan
Sebagai permintaan maaf kita pada mereka
Yang luluh lantak oleh desingan teguran atas kesalahan masing-masing kita
Dan yang pasti, karena kita semua utuh bersaudara.
kesadaran akan keberadaan dirinya dan dimana dia berada adalah hal pertama yang harus dipahami oleh manusia
BalasHapussepakat pak, dan seringnya manusia tidak sadar akan hakikatnya
HapusPesannya jelas mas. Hanya saja kadang keindahan perlu sedikit misteri.. he3..
BalasHapussiap pak, perlu diasah lagi jadi misterius, hehe
HapusNasehat yang dibungkus dalam rangkaian puisi, keren!
BalasHapus