Untuk diketahui, Bang Bujet
merupakan tokoh utama dalam serial kartun strip berjudul Bang Bujet & Pren
di majalah Warta Anggaran, terbitan Ditjen Anggaran, antara tahun 2009-2015.
Kartun strip ini selalu menghiasi halaman paling belakang dari majalah
tersebut. Keberadaan kartun strip pada dasarnya adalah untuk menertawakan diri
sendiri. Menurut orang bijak, orang yang bisa menertawakan diri sendiri itu maqom-nya sangat tinggi dari sisi
keluasan jiwanya. Dunia memang tidak sempurna.
Kartun strip ini penulis buat berdasarkan
pengalamana nyata maupun ide-ide liar yang tidak mungkin dibuatkan dalam bentuk
tulis. Pengalaman tersebut tidak selamanya dari pengalaman pribadi tapi bisa
juga berasal dari kejadian yang menimpa rekan atau teman. Tema yang diceritakan
mencakup kehidupan sehari-hari PNS yang bergelut di bidang penganggaran. Ada
yang berkaitan dengan penerapan konsep penganggaran dan cara menyikapinya. Ada
juga yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari seperti mengejar absensi.
Bahkan ada juga yang menceritakan suka-duka hubungan atasan dan bawahan. Tentu
saja, tulisan ini tidak akan mengulas mengenai apa saja yang telah diceritakan
tetapi bercerita mengenai bagaimana awal mula serial kartun tersebut terbit.
Melongok lorong waktu kalau bisa, cerita
Bang Bujet & Pren masih menyisakan pertanyaan: mewakili karakter siapa saja
gambar kartun tersebut. Mungkin tidak banyak yang mengenal Bang Bujet apabila
tidak membaca majalah Warta Anggaran. Namun sabar sebentar, sebelum membahas
karakater kartun Bang Bujet, perlu saya menceritakan mengenai situasi-kondisi
pada saat itu. Karakter ini (menurut saya) sangat pas muncul sesuai dengan masa
DJA pada saat itu (2008).
Munculnya Bang Bujet anggaran tidak
terlepas dari berdirinya Direktorat sistem penganggaran di penghujung tahun
2007. Direktorat ini mempunyai Tusi yang mengatur mengenai sistem penganggaran,
mulai dari pendapatan Negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran (cita-citanya).
Fakta yang ada sekarang, Direktorat sistem penganggaran hanya mengatur mengenai
anggaran belanja pemerintah pusat saja: meliputi anggaran kementerian
negara/lembaga dan bagian anggaran bendaharawan umum negara (BA BUN). Sedangkan
mengenai pendapatan (khususnya PNBP) belum dijamah. Begitu juga mengenai
pembiayaan anggaran.
Kebetulan penulis merupakan salah
satu generasi pertama yang ikut mengisi Direktorat Sistem Penganggaran, khususnya
Subdit Sistem Penganggaran di awal berdirinya. Karena direktorat baru, semuanya
tugas dikerjakan secara keroyokan antarsubdirektorat. Semuanya pekerjaan selalu
dikoordinasikan. Wajar, apa yang dilakukan oleh Subdit Sistem Penganggaran akan
menjadi awal pekerjaan subdirektorat lainnya (Subdit Standar Biaya, Subdit
Evaluasi Kinerja Penganggaran, dan Subdit Teknologi Informasi Penganggaran).
Karena pada masa itu, isu-isu yang dikerjakan oleh Direktorat Sistem
Penganggaran merupakan hal baru. Oleh karena itu, semua pegawai di dalamnya
ikut terlibat dalam diskusi dan mengetahui isu-isu permasalahan penganggaran.
Begitu banyak permasalahan yang
harus diatur oleh sistem penganggaran memicu ide untuk membuat persoalan serius
tersebut menjadi lebih cair. Yang jelas tidak melalui tulisan karena bisa
menimbulkan pro-kontra tetapi melalui media gambar kartun. Kebetulan penulis
menyukai dunia gambar-menggambar, termasuk kartun. Sedikit info, bukan untuk
sombong, tapi bolehlah sedikit narsis,
penulis pernah aktif ngartun dari
tahun 1993 sampai dengan akhir 1995. Kartun paling fenomenal yang pernah dibuat
penulis dimuat di Tabloid Bola.
Nah, ide ngartun sudah ada. Pertanyaan berikutnya adalah siapa tokoh dan
bagaimana karakter kartun tersebut. Untuk diketahui, kartun strip yang biasa
penulis kirim ke media massa tidak perlu nama maupun karakter. Asal ada
ceritanya dan akhirnya lucu, itu sudah cukup. Dalam konteks Bang Bujet ini,
penulis menemukan pada sosok karakter tidak jauh, lebih tepatnya di samping
kanan dan kiri meja penulis.
Saya memperhatikan kawan di samping kanan-kiri
mempunyai karakter unik dan menarik. Di samping kiri meja penulis, duduk
seorang rekan yang mempunyai visi mengatur sistem penganggaran sangat jauh, ngedab-ngedabi. DJA merupakan institusi
yang mengatur penganggaran pemerintah tidak hanya di pusat tetapi daerah,
itulah visi dan pandangannya mengenai DJA. Sementara itu, rekan yang duduk di
sebelah kanan mempunyai kemampuan tidak kalah saktinya. Beliau mempunyai
kemampuan menjelaskan anggaran pemerintah secara makro dan ekonomi global. Dan
kemampuannya ini diimbangi dengan humor joroknya. Pokoknya unik, pas mantab.
Nama rekan yang duduk di samping kiri
tersebut adalah Walidi almarhum. Terakhir jabatannya adalah Kepala Seksi Riset
Standar Biaya. Wajah dan penampilannya sederhana tetapi pemikirannya tidak
sesederhana casing-nya. Pikirannya bisa
melenting 2-3 tombak ke depan (meminjam kalimat pengarang Khopingho dalam
cerita silatnya). Salah satu pemikiran yang masih dikenang penulis adalah sistem
penganggaran utuh diatur oleh DJA (meliputi pendapatan negara, belanja Negara,
dan pembiayaan anggaran) mencakup pusat dan daerah. Jadi, DJA c.q. Direktorat Sistem
Penganggaran tidak hanya fokus mengatur anggaran belanja pemerintah pusat saja.
Mungkin suatu saat akan terwujud ide ini.
Benar, Mas Walidi, panggilan akrab
penulis, merupakan penggambaran karakter Bang Bujet sebenarnya. Dalam
penggambaran sosok atau karakter Bang Bujet, mungkin saja ada ketidakcocokan
atau malah bertentangan dengan gambaran bagi yang melihat dan membaca kartun
strip tersebut dengan pribadi Mas Walidi yang aseli. Jadi dalam tulisan ini,
saya meminta maaf karena ini adalah perspektif atau sudut pandang penulis dan
menjadikannya sebagai karakter dalam kartun strip.
Dalan kartun strip tersebut, Bang
Bujet merupakan tokoh utama. Sebagai tokoh utama, Bang Bujet selalu ditemani
oleh sahabatnya yang dipanggil Pren (diambil dari kata friend tapi di-Indonesia-kan). Penulis tidak akan mengutarakan
secara jelas, karakter Pren ini. Pembaca boleh menebak dari karakter maupun
dari gambarnya. Biarlah itu menjadi rahasia penulis. Mungkin ada yang menuduh
penulis, “Paling penulis khawatir dimintai royalty.”
He..he..pikir sendiri.
Tulisan ini adalah
pertanggungjawaban moral pembuat karikatur Bang Bujet & Pren yang tiba-tiba
menghilang bak ditelan bumi. Juga, tulisan ini merupakan kenangan kepada Mas
Walidi almarhum, semoga dedikasinya untuk DJA mendapat tempat yang semestinya. Selamat
jalan Mas Walidi. Tidak seperti film-film Hollywood atau novel thriller yang
diakhir cerintanya ada tulisan to be
continued alias bersambung, penulis pastikan bahwa Bang Bujet & Pren
tidak akan muncul lagi.
Catatan:
- Ngedab-ngedabi (bahasa Jawa) = kemampuannya di atas rata-rata, sakti
- Maqom (bahasa Arab) = tempt kedudukan
- Tulisan ini untuk mengenang Mas Walidi almarhum sebagai rekan yang asyik diajak berdiskusi.
like this
BalasHapusPantesan gak bikin lagi....
BalasHapusmohon dimaafkan....
HapusMas Zoen, dulu kita sering bekerja sama. Terima kasih banyak saya sering dibantu. Semoga semakin sukses...
BalasHapusTerima kasih Ibu Rini, cerpenis DJA. Tulisannya itu... sudah mulai membuat saya... terbawa ceritanya. Lanjutkan...
HapusWah keren Kang Azoen. Ketika kenal awalnya dulu juga agak sanar dan akhirnya kenal bahwa Kang Azoen ini memang begawan di dunia tulis menulis. Terima kasih masih mau berkenalan dengan saya yang masih jauh dari sempurna. Semoga sukses di lingkungan yang baru Kang.
BalasHapus