Indonesia memberikan batasan/ capping utangnya. Selain defisit yang tidak boleh di atas 3 persen
dari PDB, rasio utang per PDB juga dijaga di bawah 30%. Selain batasan
tersebut, berbagai indikator profil portofolio utang juga dimonitor, misalnya variable rate ratio (rasio utang yang
tingkat bunganya tidak tetap terhadap total utang) dan refixing rate[1],
average time to maturity (waktu
rata-rata tertimbang jatuh tempo utang), dan proporsi utang valas dibanding
rupiah. Ini terkait dengan adanya risiko tingkat bunga, risiko membayar kembali
(refinancing), dan risiko mata uang.
Porsi Surat Berharga Negara (SBN) dalam total utang
Pemerintah sekitar 80%. Artinya, 20% lagi berupa pinjaman dalam dan luar negeri,
dengan dominan pinjaman luar negeri (sekitar 18,9% dari total utang). Dari
proporsi tersebut, porsi utang dalam valas ternyata lebih banyak dalam bentuk
SBN (SBN valas) dibandingkan dalam bentuk instrumen pinjaman luar negeri. Per
September 2017, porsi utang SBN valas mencapai 22% dari total utang. Utang
dalam bentuk valas masih diperlukan untuk komplemen utang dalam rupiah (tidak
mengandalkan pasar SBN domestik saja) serta sebagai cadangan devisa.
Penerbitan SBN idealnya sesuai dengan kebutuhan defisit
berjalan dalam pelaksanaan APBN. Artinya, SBN diterbitkan sebesar X pada suatu “timing”
ketika kebutuhan APBN sebesar X pula. Dengan begini, tidak ada SILPA (sisa
lebih pembiayaan anggaran). Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. SBN
dijual kepada investor dengan tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian
dan pasar SBN. Tidak sepanjang tahun kondisi pasar stabil dan ideal untuk
penerbitan. Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha mencari waktu dan jadwal yang
pas untuk penerbitan. Pada tahun 2017 kemarin, penerbitan SBN sudah lebih
mempertimbangkan cash management
sehingga tidak “jomplang” terbit di awal tahun. Penerbitan memang masih
menggunakan strategi front loading
atau lebih banyak dalam semester pertama, namun juga lebih mempertimbangkan kondisi
kebutuhan kas negara.
Prefunding SBN juga
masih dilakukan. Prefunding ini
bermakna, SBN diterbitkan pada kuartal IV tahun sebelumnya untuk pelaksanaan
APBN tahun ini. SBN yang digunakan untuk prefunding
biasanya SBN dalam bentuk valas. Pemerintah melakukan ini awalnya untuk
membiayai kebutuhan kas di awal tahun anggaran. Yakni, pada awal tahun anggaran
biasanya pendapatan, misalnya dari pajak, belum masuk, sehingga dengan
tersedianya kas dari prefunding SBN,
APBN dapat berjalan lancar dan “cepat”. Cepat di sini bermakna, kebutuhan
belanja negara termasuk apabila ada kebutuhan mendesak untuk infrastruktur bisa
segera dimulai tanpa terkendala persoalan kas. Namun, prefunding SBN sebetulnya bisa bermakna lebih dari itu. Prefunding dengan waktu yang pas juga dapat
menjadi momentum yang tepat untuk menerbitkan SBN dengan harga yang baik bagi
Pemerintah. Sebab, yield SBN juga
kerap menjadi sorotan. Oleh sebab itu, Pemerintah mencari kapan waktu yang pas
untuk mendapat yield yang relatif
rendah dengan permintaan SBN yang tetap besar, meskipun hal tersebut tidak
terbatas pada SBN prefunding namun berlaku
juga untuk semua penerbitan SBN lain.
SBN juga digunakan dalam operasi moneter Bank Indonesia. BI
memiliki Surat Utang Negara (SUN) yang digunakan dalam repo (repurchase agreement). Repo ini berarti
bahwa BI menjual SUN kepada perbankan dan akan dibeli dalam jangka waktu
tertentu. Repo dilakukan dalam rangka kontraksi moneter dengan mekanisme lelang
dan suku bunga yang diberikan di bawah suku bunga BI/ BI rate. Suku bunga inilah yang dinamakan 7-day (reverse) repo rate yang baru berlaku Agustus 2016 lalu. Suku
bunga yang baru ini lebih cepat dalam mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Referensi:
djppr.kemenkeu.go.id
bi.go.id
[1] Refixing mengukur porsi utang yang
memiliki eksposur terhadap perubahan suku bunga dalam satu tahun, yang terdiri
dari porsi utang dengan suku bunga variabel dan utang dengan suku bunga tetap
yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.
Mba Nana hanya orang-orang berimana saja yang akan berkomentar topik ini. Bukan karena tulisannya jelek. Sekali lagi bukan itu. Tapi, karena isi atau materinya...emm hanya dibaca orang yang tertarik saja. Btw...jangan putus harapan...
BalasHapusHahahaha suhu... bimbing saiya.. :D
BalasHapus