Aku tak mengerti sama sekali dengan jalan takdir Tuhan. Apa
sebenarnya yang diinginkanNya dariku. Namun, dengan semua keterbatasan yang
ada, aku hanyalah manusia biasa yang tak mampu berbuat apa-apa. Yang hanya bisa
menuruti saja semua kemauan Tuhan. Sampai pada akhirnya aku harus menelan pil
kekecewaan yang teramat pahit. Yah mau bagaimana lagi yang terjadi itulah yang
terbaik untukku.
Sore itu, sepulang sekolah aku sedang makan siang. Tiba-tiba
saja Mama menghampiriku dan menyodorkankan secarik kertas. setelah aku lihat
ternyata isinya sebuah nomor handphone. Aku tanya, “Mama ini nomor telepon siapa?”.
Mama bilang itu nomor telepon anaknya Bu
Shindy. Perlu diketahui, Bu Shindy itu teman arisan Mama. Mama meminta tolong
padaku untuk mengirim pesan singkat pada Bu Shindy lewat nomor handphone
anaknya, yang isinya Mama tidak bisa datang arisan besok karena sedang tidak
sehat, ya memang aku lihat Mama sedang flu berat. Setelah makan ku ambil
handphone lalu ku kirim sebuah pesan
singkat seperti pesan Mama tadi “Assalamualaikum, Bu Shindy ini saya Bu Ani
maaf sepertinya saya tidak bisa datang arisan besok saya sedang kurang sehat,
trims”, kurang lebih isi pesannya seperti itu lalu aku kirim ke nomor yang tadi
Mama kasih, tak berapa lama handphone ku berbunyi ada pesan masuk rupanya
seseorang membalas pesanku tadi lalu kubaca pesannya “Wa’alaikum salam, nanti
saya sampaikan pesannya sama Mama maaf ini nomor siapa ya setahu saya nomor Bu
Ani bukan ini?”. upz aku lupa
memberitahu kalau ini nomor aku “Oh iya maaf ini Purnama anaknya Bu Ani, Mama
lagi ga ada pulsa jadi pakai nomor aku”, sesingkat-singkatnya aku balas
pesannya lagi pula aku fikir buat apa juga dijawab panjang lebar toh kami tidak
kenal satu sama lain, aku kira tak akan dibalas lagi pesanku ternyata dugaanku
salah seseorang disana membalas pesanku “Ohh Purnama ya saya Bulan anaknya Bu Shindy
salam kenal ya”, “Oh iya salam kenal juga” singkat padat dan jelas pikirku
mudah-mudahan saja dia tidak membalas lagi. Sepuluh menit berlalu kupandangi
handphoneku dan ternyata kali ini dia tidak membalasnya syukurlah.
Keesokan harinya pulang sekolah sesampainya aku di rumah handphone
ku berbunyi lagi, aku lihat satu pesan masuk setelah ku buka ternyata pesan
dari Bulan. mau apalagi ini orang, gerutuku akupun membaca pesannya “Selamat
sore Purnama ,maaf mengganggu langit begitu cerahnya Purnama bersinar dengan
gagahnya dan Bulan pun terang dengan cahaya sang Purnama. Menjadi temanmu adalah indah”, tersipu malu
aku membaca pesannya. Kalimat terakhir ‘menjadi temanmu adalah indah’
menunjukan kalau Bulan ingin berteman denganku, baiklah kali ini aku welcome
dengan niat baiknya. Entah bagaimana awal dan tengahnya kami menjadi sangat
akrab, di luar dugaanku ternyata Bulan sangat pandai sekali. selain dia baik dan
gampang akrab dengan orang yang baru dikenalnya, ternyata pengetahuannya juga
luas, dia banyak membantuku dalam mengerjakan tugas sekolahku. dia juga
penasehat yang baik berdiskusi dengannya sungguh sangat menyenangkan. Tapi ada
satu keanehan setiap kali aku menelepon dia tak pernah diangkat, jika aku
meminta dia untuk meneleponku dia selalu saja mencari-cari alasan untuk tidak
meneleponku. Aku bertanya pada Mama tentang sikap dia yang seperti itu. Dan wow
sungguh tidak pernah ku duga, Mama bilang kalau Bulan itu seorang tuna wicara,
itu artinya dia tidak dapat bicara. Oh God!! andaikan aku tahu dari awal, tidak
akan aku bersikap seperti itu padanya. Ttapi Mama bilang Bulan itu anaknya baik
tidak seperti anak yang lain, maka dari itu Mama merespon baik ketika aku
bilang berteman dengan Bulan. Tak kusangka malam itu Bulan mengirim pesan
singkat yang isinya mengajakku bertemu besok di masjid dekat rumahnya, dia
bilang ingin menjelaskan sesuatu padaku. aku menebak sepertinya dia akan menjelaskan
kalau dia seorang tuna wicara. apapun itu yang pasti tak sabar aku menunggu
esok tiba. Sesuai janjinya keesokan harinya aku datang lebih awal, aku menunggu
dia di teras masjid, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 14.00 WIB. sudah
tiga puluh menit berlalu, dia berjanji akan datang pukul 13.30 WIB.”sepertinya
macet.” Pikirku. Tapi setelah dua jam
berlalu aku tunggu-tunggu Bulan tak kunjung datang. kecewa sekali aku hari ini,
sampai malampun Bulan tak ada, nomor handphonenya tak dapat dihubungi. Tapi
sekitar pukul sepuluh malam, telepon rumahku berbunyi. Mama mengangkatnya dan
ternyata dari Mamanya Bulan. Shock sekali aku mendengar kabarnya. Mamanya Bulan
bilang Bulan kecelakaan siang tadi, motornya ditabrak bus ugal-ugalan dan Bulan
tewas, oh God sedih sekali aku mengapa aku harus bertemu dengannya dalam
keadaan dia tak bernyawa, tangisku mengiringi kepergiannya akupun ikut
mengantarkannya ke pemakaman, setelah proses pemakaman selesai semua orang berdoa
dan menaburkan bunga diatas pusaranya, sebelum aku pergi meninggalkan
kuburannya dalam hati aku berkata menjadi temanmu adalah indah Bulan andai Bulan
bisa bicara takkan dia bersusah payah menemuiku sehingga harus kehilangan
nyawanya.
Ajib ceritanya ...
BalasHapus