Baru-baru ini terjadi perdebatan
dahsyat di sebuah grup WA dari para pegawai sebuah institusi keuangan yang
sedang tidak membuat nota dinas. Penyebab debatnya sederhana, yaitu gara-gara
ada salah satu member grup yang ngiklanin ini untuk kemudian ditanya
kembali oleh saya “Apasih inklusi keuangan?” pertanyaan yang simple karena
emang saya tidak tahu apa itu artinya inklusi keuangan walaupun punya background
ekonomi. Awalnya memang ada yang menjawab, walaupun alakadarnya tapi cukup lah
buat saya yang gak tahunya banyak. Tapi mungkin karena pengaruh energy pagi hari
yang memang luar biasa, apalagi kalau habis isi BBM di kantin parkir favorit,
ada aja oknum grup yang tiba-tiba mengkaitkan inklusi keuangan dengan RIBA. Ya saya
tulis pakai capital semua karena memang 4 huruf ini emang jadi momok bagi sebagian
orang tertentu yang mengusik sebagian orang lainnya.
Tapi mari
kita kembali dulu ke laptop apa sih itu inklusi keuangan? Supaya mendapat
informasi yang jelas dan berimbang, saya pun memutuskan untuk bertanya pada
sahabat saya yaitu mas gugel, dan diperolehlah informasi yaitu ”Definisi
inklusi keuangan berdasarkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif dari Bank
Indonesia memiliki pengertian yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan
layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan
terjangkau biayanya dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya”. Hmmmm….
Apa hubungannya sama riba ya? Dan jika ditelaah lagi dengan seksama, inklusi
keuangan bertujuan untuk:
1.Meningkatkan efisiensi ekonomi.
2.Mendukung stabilitas sistem keuangan.
3.Mengurangi shadow banking atau irresponsible finance.
4.Mendukung pendalaman pasar keuangan.
5.Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan.
6.Mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia.
7.Berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional
yang sustain dan berkelanjutan.
8.Mengurangi kesenjangan (inequality) dan rigiditas low income trap
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya
berujung pada penurunan tingkat kemiskinan.
Bukankah ini sangat positif
sekali, riba nya dimana? Tapi ya sudahlah, saya gak mau menciptakan polemik
baru dengan membahas masalah riba yang ujung-ujung nya OOT.
Intinya adalah daripada menyalurkan
energy untuk membahas sesuatu yang berujung pada sebuah topik baru alias OOT lebih
baik focus kepada topik tersebut yaitu apakah yang dimaksud dengan kompetisi
inklusi keuangan KOINKU 2017? Nah sebaiknya di baca aja disini. Jangan
tergiur oleh besarnya hadiah karena toh banyak dari kita yang memang tidak
eligible untuk ikut serta termasuk saya. Dan berhubung kerjaan saya lagi banyak
yowes lah tak sudahi dulu breaknya. Tapi sekedar saran mungkin ada baiknya
acara coffee morning diadakan setiap hari mengingat energy para sohib saya yang
tidak membuat nota dinas yang sangat besar di pagi hari tapi kendor pasca lunch
break (mungkin karena mereka membuat nota dinas di siang hari). Apakah kegiatan
ini akan mengurangi debat di pagi hari di grup WA? Tentu saja tidak. Lagian debat
kusir di grup WA juga kan bagus untuk olahraga jari hehehe.
Kalau gak ketemu Riba-nya dimana, ya Mas Ari berarti sangat pandai memisahkan hal-hal non religi dengan religi :D
BalasHapus