di sebuah petang di sekitaran embong miring
sebelah wetan kota kecil L. di kaki mahameru. dengan jingga yang semakin tua.
aku masih terbang.
ingin sekali aku membacakan sajak yang kubuat
siang tadi kepadamu. sajak tentang rimbunan angin. tentang asmaradhana.
kupicingkan mata. mencari-cari. sepertinya kau
tak ada di sana.
tapi, siapa tau kau segera lewat. berkerudung putih
berumbai-rumbai sambil mengayun. bersepeda.
di tangan kirimu membawa kembang-kembang. semoga
kembang itu bertahan pada tangkainya. meski tiada apa (senyum) di antara kita.
lalu tangan lembut daun-daun pohon angsana
menyapa kita. sambil membawa cendera mata seharga lima rupiah. yang bernama
setya.
dan seketika pipiku merah muda. Dan pandanganmu
terpapar di sepanjang garis sungai yang sedang berwarna keemasan. tak terputus.
mengalir begitu saja.
dan sebab kita tak perlu kata lagi. maka, tak ada
yang bersisa. biarlah rindu menyulut risau.
dan aku kembali terjaga. dikelilingi angin.
dengan jingga yang semakin beku. aku masih di sini. masih saja terbang.
dan hei...., tiba tiba saja kau lewat.... dan
tersenyum padaku.... Amboi.....
Mantaaap... sang Pujangga akhirnya mempublikasikan hasil karyanya.
BalasHapuskeren pak Don!
klepek-klepek aku bacanya mas... ini super keren
BalasHapussastrawan dari sono nya :) kerennn beungeuutt
BalasHapussastra ini..
BalasHapus