Tubuh mungilnya meringkuk di atas selembar karpet lantai halaman samping masjid. Dinginnya udara dikala subuh, menjadi selimut dalam tidurnya yang pulas. Perutnya kempis, seakan-akan tiada makanan yang masuk mengisi lambungnya semalam.
Anak perempuan sekecil itu harus menanggung beban hidup yang demikian berat. Ibunya meninggal dikala ia masih berusia balita. Sedangkan sang ayah, beberapa tahun kemudian terkena stroke yang melumpuhkan seluruh persendiannya.
Dia anak bungsu dari tiga bersaudara. Sebut saja namanya Melati. Melati mempunyai seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan.
Sejak Ibunya wafat dan sang ayah terkena stroke, kehidupan Melati dan kedua kakaknya sangat memprihatinkan. Untuk makan sehari-hari, mereka mendapat bantuan dari para tetangga. Bahkan Melati dan kedua kakaknya terpaksa putus sekolah karena ketiadaan biaya.
Para tetangga telah berusaha mencari sanak saudaranya yang tersisa, namun apa daya, karena minimnya informasi membuat mereka kesulitan menemukannya.
Memasukan Melati dan kedua kakaknya ke Panti Asuhan telah pula dilakukan. Tapi Melati dan kedua kakaknya memilih untuk pergi dari sana karena ingin merawat ayahnya yang sedang sakit.
Beberapa waktu kemudian, sang ayah menyusul isteri tercinta. Ya, sang ayah wafat dipangkuan anak-anaknya.
Melati adalah anak perempuan yang paling tegar yang pernah saya kenal. Meski beban hidupnya demikian berat, namun tiada sepatah katapun keluhan yang terucap dari bibir mungilnya. Namun, sorot matanya tidak dapat menyembunyikan penderitaannya.
Ada rasa pedih yang menghujam hati tiap kali aku berkesempatan berjumpa dengannya.
Kini, aku tidak pernah lagi berjumpa dengan Melati. Entah bagaimana kehidupannya saat ini.
Duhai Melati, maafkan aku yang tiada mampu berbuat yang terbaik tuk sekedar meringankan beban hidupmu.
Aku tahu bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan HambaNYA.
Duhai Melati, do'aku senantiasa terpanjatkan untuk kebaikanmu.
Kelak, engkau akan mengetahui rahasia takdir Tuhan yang telah dipersiapkan untukmu.
Semoga kamu hidup bahagia saat ini.
Hiks hiks....mengharu biru
BalasHapusTerimakasih Bu Rini, kisah Melati memang bikin haru...
BalasHapusMas Gun, ini spt kisah nyata...
BalasHapusIya mba Di, sebetulnya ini kisah nyata
Hapus