Saya baru memahami mengapa negara-negara maju semakin maju saja dan negari miskin semakin terpuruk. Itu kesimpulan dari pemahaman saya setelah membaca teori yang dikemukakan Maskin.
Sebenarnya tulisan ini merupakan
rangkuman dari tajuk tokoh di harian Kompas, Jumat, 20 Januari 2017. Judulnya
sudah lupa tetapi berkisah mengenai Teori Desain Mekanisme yang dikemukakan Eric
Stark Maskin, peraih Nobel bidang Ekonomi 2007.
Dalam skala negara, perbedaan
negara maju dan negara miskin adalah dari sisi produktivitasnya. Ukuran
produktivitas dalam makroekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Mudah-mudahan
masih ingat dengan rumus yang paling diingat oleh orang ekonomi Y = I + C + G + (X-M). Teori maskin tidak
menjelaskan soal ini tetapi ada kaitannya secara tidak langsung. Untuk
menghasilkan ‘Y’ atau pendapatan nasional tersebut, faktor yang sangat
menentukan adalah produktivitas orang atau masyarkatnya (logis).
Maskin mengemukakan bahwa kesenjangan,
baik secara ekonomi maupun sosial (keduanya saling terkait), hanya bisa
mengandalkan pemerintah untuk menguranginya. Dalam konteks teori, Maskin
menjelaskan bahwa manusia dibedakan berdasarkan kemampuannya: nilai kemampuan 4
(skala tertinggi), 3, 2,dan 1.
Dalam konteks produktivitas orang
yang bekerja dalam perushaan atau organisasi, Maskin menggambarkan
produktifitas untuk mengurangi kesenjangan sebagai ‘O’ dengan rumus O = M2
x S. Rinciannya, M adalah kemampuan manajer dan S adalah kemampuan karyawannya.
Gambaran untuk menjelaskan mengenai produktivitas tersebut ada pada 2 kondisi berikut.
Kondisi A, manajer dan
karyawan beda tipis kemampuannya (kepintaran/kemampuannya). Untuk
kondisi ini, lebih baik mereka bekerja sama. Janganlah mereka dikelompokkan
dalam kualitas yang setara, Si Sangat Pintar dan Si Pintar dikelompok-kelompokkan
tersendiri. Coba perhatikan hitungan di bawah ini.
Suatu perusahaan memiliki ada 2 unit dengan 2 pegawai (manajer dan
staf). Manajer mempunyai nilai produktivitas 4 dan staf memiliki nili
produktivitas 3. Hasil perhitungan yang didapat apabila kemampuan yang tinggi
dan sedikit dibawahnya digabung adalah 96, sebagai berikut:
Unit 1: (42
x 3) = 48
Unit 2: (42 x 3) = 48
Total unit 96
Hasilnya akan berkurang menjadi
91 apabila manajer dan staf dikelompokkan tersendiri sesuai dengan kemampuannya.
Perhitungannya menjadi:
Unit 1: (42 x 4) = 64
Unit 2: (32 x 3) = 27
Total unit 91
Yang menarik, Maskin memberi catatan bahwa negara-negara maju lebih
suka bekerja sama dengan negara yang kemampuannya setara atau sedikit
dibawahnya (tidak jauh-jauh amat). Itulah alasannya, mereka tidak mau
produktivitasnya berkurang atau terganggu.
Kondisi B,
manajer dan karyawan beda jauh kemampuannya. Untuk kondisi ini, lebih
baik mereka dikelompokkan dalam kualitas yang setara; Yang tinggi kemampuannya
disatukan dan yang rendah kemampuannya disatukan di kelompok lain. Hasil
perhitungannya menghasilkan nilai 72, dengan perhitungan sebagai berikut:
Unit 1: (42
x 4) = 64
Unit 2: (22 x 2) = 8
Total unit 72
Bandingkan apabila mereka
dicampur dalam satu kelompok antara pegawai dengan kemampuan tinggi dan yang
rendah. Hasilnya atau produktifitasnya menjadi lebih kecil sebagaimana
perhitungan berikut:
Unit 1: (42 x 2) = 32
Unit 2: (42 x 2) = 32
Total unit 64
Untuk kondisi B, beberapa catatan Maskin adalah:
1. Negara maju akan membiarkan
negara yang mempunyai kemampuan 2, tetap sebagai 2 (selamanya);
2. Kesenjangan terkadang
dibiarkan tetap ada bagi kelompk tertentu karena menguntungkan bagi mereka,
istilahnya kesenjangan ini sebenarnya bermuka dua;
3. Pendidikan yang baik akan
membawa pekerja dengan level 2 akan menjadi 3. Selain mengurangi kesenjangan,
hal itu akan menjadikan dunia lebih baik.
Jadi, kepada rekan-rekan muda DJA dan sudah S1, bersekolahlah karena sekolah S2 sekarang 'gratis' (karena diberi beasiswa) dan sebelum sekolah itu dilarang (karena kebanyakan yang sekolah dari pada yang kerja).
ciyee Pak Juun...prikitiew..
BalasHapus...dan mendadak gw jadi keriting
BalasHapusNggak perlu sampe kriting kok memahaminya. Cuman sedikit mengerutkan kening kita.
BalasHapusMembaca tulisan ini membawaku ke masa dimana aku dikejar-kejar guru matematika di kantin karena sering bolos pelajarannya
BalasHapus